Jawabannya ada di dalam diri kita sendiri. Tapi sebelumnya ini ada sebuah renungan yang mungkin dapat menjawab pertanyaan itu.
Ceritanya berawal dari iman dia sendiri, dia dijebloskan ke dalam penjara di Rusia. Penjara yang dia dijebloskan bukan sebuah penjara yang kita pikirkan itu. Tapi di dalam penjara yang dia tempati itu, tahanan tidak diijinkan untuk berbicara sepata katapun, tidak ada sesuatu yang bisa dibaca dan juga tidak ada sesuatu dorongan untuk mempertahankan kehidupan. Penjara yang sadis bukan? Alexander berkata... “Tekanan dan tindasan dari situasi itu amat kuat sehingga dia merasa tidak mungkin dapat keluar dari penjara itu”.
Jadi apakah Alexander berpikiran untuk bertahan di dalam penjara itu dan menunggu sampai pengadilan di Rusia memberikan suatu pembebasan buat dia? Ternyata tidak!!! Alexander berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Tapi dengan bagaimana dia melakukan bunuh diri itu? Ternyata dia berpikiran untuk melarikan diri, karena dengan cara melarikan diri, dia pasti akan ditembak mati dan akhirlah hidup dia. Karena itu cara yang paling mudah untuk mengakhiri hidup dia.
Ternyata imannya melarang dia untuk bunuh diri. Di pagi hari, semua tahanan di
dalam penjara itu keluar untuk bekerja dan ketika hari sudah siang, semua
tahanan beristirahat dan Alexander juga ikut beristirahat, dia beristirahat di
bawah sebuah pohon. Tangannya diletakkan di punggung, bertumpu pada sebuah
pohon itu dan bersiap siap untuk melarikan diri pada saat itu juga. Tapi tiba
tiba tiba ada sebuah bayangan yang datang untuk menghampiri dia. Ternyata yang
menghampiri dia adalah sesama tahanan di dalam penjara itu. Tahanan itu duduk
di atas tanah di samping Alexander.Karena di dalam penjara itu, semua tahanan dilarang untuk berbicara, jadi mereka berdua hanya diam diam saja di bawha pohon itu. Tapi tiba tiba Alexander melihat sesuatu yang luar biasa di mata temannya dan dia melihat sesuatu yang hidup di mata temannya yang juga belum lama masuk dalam tahanan itu. Dia belum pernah melihat sebuah wajah seperti itu yang memancarkan kasih dan sebuah kepeduliaan. Pandangan mata mereka beradu dalam sebuah keheningan hanya jiwa mereka yang mulai berkomunikasi. Tiba tiba orang itu mengambil sebuah carang kayu dan menggambar sebuah salib di atas tanah.
Tiga hari kemudian, dia dibebaskan dari penjara itu. Saat itu juga dia mengetahui bahwa di luar penjara sana banyak orang yang mendoakan dia. Dia tahu dengan keyakinan kuat bahwa Tuhan berdaulat dan selalu ada harapan.
Kita tidak boleh menyerah. Mungkin kita dapat dipakai Tuhan untuk mengkomunikasikan harapan kepada orang lain, mungkin hanya dengan bahasa isyarat, tanpa menggunakan kata kata. Kita harus mengasihi, mendoakan dan saling menguatkan.
Sekarang jawaban dan keputusan ada di tangan anda, anda yang memutuskannya!!!
Tuhan memberkati
SALAM DAMAI,
LOG
No comments:
Post a Comment