Shalom semuanya.....
Saya ingin membagikan sebuah kesaksian yang saya rasa sangat luar biasa. Kesaksian dari seorang Rahib Buddha di Myanmar (Burma) yang sudah mati dan hidup kembali menjadi seorang yang diubahkan. Kisah ini diterjemakan dari kesaksian dan direkamkan oleh sang Rahib Buddha. Ini bukan sebuah wawancara atau biografi tapi kisahnya dituturkan oleh dia sendiri.
Mungkin pendapat kalian bisa berbeda beda ketika membaca kisah ini. Mungkin ada yang semangat ketika baca kisah ini, mungkin ada yang ragu, mungkin ada yang mengejek dan menertawakan dan mungkin ada yang marah dan gusar karena merasa agamanya dihina. Tapi tenang saja, ini bukan sebuah penghinaan atas agama tapi sebagai artikel yang bisa bertukar pikiran saja dan tidak ada ada unsur penipuan atau penghinaan.
Jika Tuhan ingin bagian dari cerita ini untuk memuliakan nama Dia dan untuk membangun umatnya, maka saya berdoa agar Roh Kudus bekerja di dalam hati setiap pembaca. Beberapa orang menceritakan bahwa mereka berpikir bahwa Rahib itu tidak bener bener mati tapi hanya ada dalam ketidaksadaran atau biasanya dibilan sebagai mati suri, dan hal hal yang dia lihat dan dia dengar adalah bagian dari halusinasi seperti orang yang terkena demam.
Apapun yang kalian pikirkan, faktanya tetap bahwa kejadian ini secara dratis telah menjadiakn orang ini hidup berubah 180 derajat sesudah kejadian yang dia alami saat itu. Dia tanpa rasa takut dan dengan berani menceritakan pengalaman yang dia alami saat itu dengan resiko yang besar yang harus dia alami seperti dipenjara saat menceritakan kisahnya itu. Dia juga dicaci maki oleh saudara saudaranya, temen temennya, rekan rekan-nya dan sampai diancam dibunuh karena ketidaksediannya untuk mengkompromikan kisahnya.
Apa yang memotivasi orang ini untuk beresiko? Kita mempercayainya atau tidak. Kisah ini layak untuk didengarkan dan dipertimbangkan. Dalam Masyarakat barat yang sinis banyak orang mendambakan bukti yang kuat untuk hal hal tersebut bukti yang berani dihadapkan di pengadilan. Inilah kesaksian seseorang Mantan Rahib yang bernama Athet Pyan Shinthaw Paulu.
Dibaca ya dan direnungkan pelan pelan.....
Halo, nama saya Athet Pyan Shinthaw Paulu. Saya dari negara Myanmar. Saya ingin berbagi dengan anda kesaksian saya ini tentang apa yang terjadi pada saya, tetapi sebelumnya saya ingin menceritakan sedikit latar belakang saya sejak saya kecil. Saya dilahirkan tahun 1958 di kota Bogale, di daerah delta Irrawaddy Myanmar selatan (dahulu Burma). Orang tua saya penganut agama Budha yang beriman (taat) seperti kebanyakan orang di Myanmar, memanggil saya si Thitphin (yang artinya pohon). Kehidupan di mana saya bertumbuh sangat sederhana.
Saya ingin membagikan sebuah kesaksian yang saya rasa sangat luar biasa. Kesaksian dari seorang Rahib Buddha di Myanmar (Burma) yang sudah mati dan hidup kembali menjadi seorang yang diubahkan. Kisah ini diterjemakan dari kesaksian dan direkamkan oleh sang Rahib Buddha. Ini bukan sebuah wawancara atau biografi tapi kisahnya dituturkan oleh dia sendiri.
Mungkin pendapat kalian bisa berbeda beda ketika membaca kisah ini. Mungkin ada yang semangat ketika baca kisah ini, mungkin ada yang ragu, mungkin ada yang mengejek dan menertawakan dan mungkin ada yang marah dan gusar karena merasa agamanya dihina. Tapi tenang saja, ini bukan sebuah penghinaan atas agama tapi sebagai artikel yang bisa bertukar pikiran saja dan tidak ada ada unsur penipuan atau penghinaan.
Jika Tuhan ingin bagian dari cerita ini untuk memuliakan nama Dia dan untuk membangun umatnya, maka saya berdoa agar Roh Kudus bekerja di dalam hati setiap pembaca. Beberapa orang menceritakan bahwa mereka berpikir bahwa Rahib itu tidak bener bener mati tapi hanya ada dalam ketidaksadaran atau biasanya dibilan sebagai mati suri, dan hal hal yang dia lihat dan dia dengar adalah bagian dari halusinasi seperti orang yang terkena demam.
Apapun yang kalian pikirkan, faktanya tetap bahwa kejadian ini secara dratis telah menjadiakn orang ini hidup berubah 180 derajat sesudah kejadian yang dia alami saat itu. Dia tanpa rasa takut dan dengan berani menceritakan pengalaman yang dia alami saat itu dengan resiko yang besar yang harus dia alami seperti dipenjara saat menceritakan kisahnya itu. Dia juga dicaci maki oleh saudara saudaranya, temen temennya, rekan rekan-nya dan sampai diancam dibunuh karena ketidaksediannya untuk mengkompromikan kisahnya.
Apa yang memotivasi orang ini untuk beresiko? Kita mempercayainya atau tidak. Kisah ini layak untuk didengarkan dan dipertimbangkan. Dalam Masyarakat barat yang sinis banyak orang mendambakan bukti yang kuat untuk hal hal tersebut bukti yang berani dihadapkan di pengadilan. Inilah kesaksian seseorang Mantan Rahib yang bernama Athet Pyan Shinthaw Paulu.
Dibaca ya dan direnungkan pelan pelan.....
Halo, nama saya Athet Pyan Shinthaw Paulu. Saya dari negara Myanmar. Saya ingin berbagi dengan anda kesaksian saya ini tentang apa yang terjadi pada saya, tetapi sebelumnya saya ingin menceritakan sedikit latar belakang saya sejak saya kecil. Saya dilahirkan tahun 1958 di kota Bogale, di daerah delta Irrawaddy Myanmar selatan (dahulu Burma). Orang tua saya penganut agama Budha yang beriman (taat) seperti kebanyakan orang di Myanmar, memanggil saya si Thitphin (yang artinya pohon). Kehidupan di mana saya bertumbuh sangat sederhana.
Pada umur 13 tahun saya keluar sekolah dan mulai bekerja di
perahu nelayan. Kami menangkap ikan juga udang di beberapa sungai besar dan
kecil di daerah Irrawaddy. Pada umur 16 saya jadi pemimpin perahu. Saat itu
saya tinggal di utara pulau Mainmahlagyon (Mainmahlagyon artinya pulau wanita
cantik), di bagian utara Bogale dimana saya dilahirkan. Tempat ini kira kira
100 mil barat daya Yangoon (Rangoon) ibu kota negara kami.
Suatu hari waktu saya berumur 17 tahun, kami menangkap banyak sekali ikan dalam jala kami. Saking banyaknya ikan yang kami tangkap, seekor buaya besar tertarik perhatiannya. Buaya itu mengikuti perahu kami dan mencoba menyerang kami. Kami jadi ketakutan sehingga dengan panik kami mendayung perahu kami menuju tepian sungai secepatnya. Buaya itu mengikuti kami dan menyerang perahu kami dengan ekornya.Walaupun tidak ada yang mati dalam kejadian ini, serangan itu mempengaruhi kehidupan saya. Saya tidak mau lagi menangkap ikan. Perahu kecil kami tenggelam kena serangan buaya itu. Malam itu kami pulang ke kampung naik perahu tumpangan. Tak lama sesudah itu, bos ayah saya memindahkan ayah saya ke kota Yangoon (sebelum disebut Rangoon).
Suatu hari waktu saya berumur 17 tahun, kami menangkap banyak sekali ikan dalam jala kami. Saking banyaknya ikan yang kami tangkap, seekor buaya besar tertarik perhatiannya. Buaya itu mengikuti perahu kami dan mencoba menyerang kami. Kami jadi ketakutan sehingga dengan panik kami mendayung perahu kami menuju tepian sungai secepatnya. Buaya itu mengikuti kami dan menyerang perahu kami dengan ekornya.Walaupun tidak ada yang mati dalam kejadian ini, serangan itu mempengaruhi kehidupan saya. Saya tidak mau lagi menangkap ikan. Perahu kecil kami tenggelam kena serangan buaya itu. Malam itu kami pulang ke kampung naik perahu tumpangan. Tak lama sesudah itu, bos ayah saya memindahkan ayah saya ke kota Yangoon (sebelum disebut Rangoon).
Pada umur 18 saya dikirim kesebuah biara menjadi Rahib muda.
Kebanyakan orang tua di Myanmar berusaha mengirimkan anak laki-laki mereka ke
biara Budha, setidaknya satu kali, karena merupakan suatu kehormatan mempunyai
anak laki-laki melayani dengan cara ini. Kami telah mengikuti adat ini ratusan
tahun. Seorang murid yang bersemangat Pada saat saya mencapai umur 19 tahun 3
bulan (tahun 1977) saya jadi Rahib. Rahib atasan saya di biara itu memberi saya
sebuah nama Budha baru yang sudah menjadi adat/kebiasaan di negara saya. Saya
dipanggil U Nata Pannita Ashinthuriya. Pada waktu kami menjadi Rahib kami tidak
lagi menggunakan nama yang diberikan orang tua pada waktu lahir.
Biara tempat saya tinggal disebut Mandlay Kyaikasan Kyaing. Nama Rahib kepala ialah U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (U Zadila adalah gelar). Dia Rahib yang sangat terkenal di seluruh Myanmar pada waktu itu. Setiap orang tahu siapa dia.
Dia sangat dihargai oleh orang-orang dan disegani sebagai guru besar. Saya katakan dulu karena pada tahun 1983 dia tiba-tiba mati dalam kecelakaan mobil yang fatal. Kematiannya mengejutkan semua orang. Saat itu saya sudah 6 tahun jadi Rahib. Saya berusaha jadi Rahib terbaik dan mengikuti semua ajaran Budha. Pada suatu tingkat tertentu saya pindah ke sebuah kuburan yang kemudian saya tinggali dan bermeditasi secara kontinyu. Beberapa Rahib yang sungguh-sungguh mengikuti kebenaran Budha melakukan hal yang saya lakukan ini. Beberapa bahkan pindah ke hutan dimana mereka hidup menyangkal diri dan miskin. Saya cari penyangkalan diri, fikiran dan keinginan, untuk menghindari penyakit dan penderitaan dan membebaskan diri dari kehidupan duniawi. Di kuburan saya tidak takut setan, saya berusaha untuk mencapai kadamaian batin dan sadar diri sampai-sampai bila ada nyamuk hinggap ditangan saya membiarkannya menggigit tangan saya dari pada mengusirnya. Bertahun-tahun saya berusaha untuk jadi Rahib terbaik dan tidak menyakiti makhluk hidup.
Saya belajar pelajaran Budha suci ini seperti semua nenek moyang kami lakukan sebelum saya. Kehidupan saya sebagai Rahib berjalan terus sampai suatu waktu saya menderita sakit keras. Saya ada di Mandalay waktu itu dan harus dibawa ke rumah sakit untuk perawatan. Dokter melakukan beberapa pengecekan pada saya dan memberitahu saya bahwa saya terjangkit penyakit kuning dan malaria bersamaan. Sesudah sebulan di rumah sakit saya malah makin gawat. Dokter memberi tahu saya bahwa tak ada harapan sembuh untuk saya dan mengeluarkan saya dari rumah sakit untuk mempersiapkan kematian. Inilah penjelasan singkat masa lalu saya.
Sekarang saya ingin menceritakan beberapa hal luar biasa yang terjadi pada diri saya sesudahnya. Penglihatan Yang Mengubah Hidup Saya Selamanya Sesudah saya dikeluarkan dari rumah sakit saya kembali ke tempat di mana para Rahib yang lain mengurus saya. Saya makin hari makin lemah dan makin susut karena badan busuk dan bau kematian, dan akhirnya jantung saya berhenti berdenyut. Tubuh saya dipersiapkan untuk kremasi dan melalui tata cara pemurnian agama Budha. Walaupun tubuh saya mati tetapi saya ingat dan sadar dalam fikiran dan roh saya. Saya ada dalam badai besar. Angin kencang meniup seluruh daratan sampai tidak ada pohon atau apapun yang berdiri, semua rata, saya berjalan sangat cepat di jalan rata itu untuk beberapa lama.
Tak ada orang lain, hanya saya sendiri, kemudian saya menyeberang sebuah sungai. Di seberang sungai itu saya melihat danau api yang sangat sangat besar. Dalam agama Budha kami tidak ada gambaran tempat seperti ini. Pada mulanya saya bingung dan tak tahu bahwa itu adalah neraka sampai saya lihat Yama, raja neraka (Yama adalah nama untuk raja neraka dalam kebudayaan Asia) mukanya seperti singa, badannya seperti singa , tetapi kakinya seperti seekor naga (roh naga). Dia mempunyai beberapa tanduk di kepalanya. Wajahnya sangat mengerikan dan saya sangat ketakutan. Dengan gemetar, saya tanya namanya. Dia jawab "Saya adalah raja neraka, si Perusak!" Danau Api Yang Sangat Mengerikan Raja neraka memberi tahu saya untuk melihat ke danau api itu.
Saya memandang dan melihat jubah warna kunyit yang biasa dipakai rahib Budha di Myanmar. Saya memandang dan melihat kepala gundul seorang laki-laki. Waktu saya lihat wajah orang itu saya mengenalinya sebagai U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (rahib terkenal yang mati kecelakaan mobil tahun 1983). Saya tanya raja neraka mengapa pemimpin saya, diikat dalam danau penyiksaan ini. Saya tanya "Mengapa dia ada dalam danau api ini? Dia seorang guru yang baik." Dia bahkan mempunyai kaset pengajaran yang berjudul 'Apakah anda manusia atau anjing?' Yang sudah membantu ribuan orang mengerti bahwa sebagai manusia sangat berharga jauh dibandingkan binatang. Raja neraka itu menjawab, "Betul, dia seorang guru yang baik, tetapi dia tidak percaya pada TUHAN YESUS KRISTUS.
Itulah sebabnya dia ada di neraka." Saya diberi tahu untuk melihat orang lain yang ada di dalam api itu. Saya lihat seorang laki-laki dengan rambut panjang di lilitkan dibagian kiri kepalanya. Dia juga mengenakan jubah. Saya tanya raja neraka : "Siapa orang itu?" , raja neraka menjawab, "Inilah yang kau sembah, Gautama (Budha)". Saya sangat terganggu melihat Gautama di neraka. Saya protes, "Gautama orang baik, mempunyai karakter moral yang baik, mengapa dia menderita di dalam danau api ini?" Raja neraka menjawab saya "Tak peduli bagaimana baiknya dia. Ia ada di tempat ini karena dia tidak percaya pada ALLAH yang kekal". Saya kemudian melihat seorang yang lain yang tampaknya memakai seragam tentara.
Dia terluka di dada-nya. Saya tanya "Siapa dia?", Raja neraka berkata "Ini Aung San, pemimpin revolusi Myanmar ". Saya kemudian diberi tahu, "Aung San di sini karena dia menyiksa dan membunuh orang-orang Kristen, Tetapi terutama karena dia tidak percaya TUHAN YESUS KRISTUS." Di Myanmar ada pepatah, "Tentara tak pernah mati, hidup terus." Saya diberitahu bahwa tentara neraka mempunyai pepatah "Tentara tak pernah mati, tetapi ke neraka selamanya."
Biara tempat saya tinggal disebut Mandlay Kyaikasan Kyaing. Nama Rahib kepala ialah U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (U Zadila adalah gelar). Dia Rahib yang sangat terkenal di seluruh Myanmar pada waktu itu. Setiap orang tahu siapa dia.
Dia sangat dihargai oleh orang-orang dan disegani sebagai guru besar. Saya katakan dulu karena pada tahun 1983 dia tiba-tiba mati dalam kecelakaan mobil yang fatal. Kematiannya mengejutkan semua orang. Saat itu saya sudah 6 tahun jadi Rahib. Saya berusaha jadi Rahib terbaik dan mengikuti semua ajaran Budha. Pada suatu tingkat tertentu saya pindah ke sebuah kuburan yang kemudian saya tinggali dan bermeditasi secara kontinyu. Beberapa Rahib yang sungguh-sungguh mengikuti kebenaran Budha melakukan hal yang saya lakukan ini. Beberapa bahkan pindah ke hutan dimana mereka hidup menyangkal diri dan miskin. Saya cari penyangkalan diri, fikiran dan keinginan, untuk menghindari penyakit dan penderitaan dan membebaskan diri dari kehidupan duniawi. Di kuburan saya tidak takut setan, saya berusaha untuk mencapai kadamaian batin dan sadar diri sampai-sampai bila ada nyamuk hinggap ditangan saya membiarkannya menggigit tangan saya dari pada mengusirnya. Bertahun-tahun saya berusaha untuk jadi Rahib terbaik dan tidak menyakiti makhluk hidup.
Saya belajar pelajaran Budha suci ini seperti semua nenek moyang kami lakukan sebelum saya. Kehidupan saya sebagai Rahib berjalan terus sampai suatu waktu saya menderita sakit keras. Saya ada di Mandalay waktu itu dan harus dibawa ke rumah sakit untuk perawatan. Dokter melakukan beberapa pengecekan pada saya dan memberitahu saya bahwa saya terjangkit penyakit kuning dan malaria bersamaan. Sesudah sebulan di rumah sakit saya malah makin gawat. Dokter memberi tahu saya bahwa tak ada harapan sembuh untuk saya dan mengeluarkan saya dari rumah sakit untuk mempersiapkan kematian. Inilah penjelasan singkat masa lalu saya.
Sekarang saya ingin menceritakan beberapa hal luar biasa yang terjadi pada diri saya sesudahnya. Penglihatan Yang Mengubah Hidup Saya Selamanya Sesudah saya dikeluarkan dari rumah sakit saya kembali ke tempat di mana para Rahib yang lain mengurus saya. Saya makin hari makin lemah dan makin susut karena badan busuk dan bau kematian, dan akhirnya jantung saya berhenti berdenyut. Tubuh saya dipersiapkan untuk kremasi dan melalui tata cara pemurnian agama Budha. Walaupun tubuh saya mati tetapi saya ingat dan sadar dalam fikiran dan roh saya. Saya ada dalam badai besar. Angin kencang meniup seluruh daratan sampai tidak ada pohon atau apapun yang berdiri, semua rata, saya berjalan sangat cepat di jalan rata itu untuk beberapa lama.
Tak ada orang lain, hanya saya sendiri, kemudian saya menyeberang sebuah sungai. Di seberang sungai itu saya melihat danau api yang sangat sangat besar. Dalam agama Budha kami tidak ada gambaran tempat seperti ini. Pada mulanya saya bingung dan tak tahu bahwa itu adalah neraka sampai saya lihat Yama, raja neraka (Yama adalah nama untuk raja neraka dalam kebudayaan Asia) mukanya seperti singa, badannya seperti singa , tetapi kakinya seperti seekor naga (roh naga). Dia mempunyai beberapa tanduk di kepalanya. Wajahnya sangat mengerikan dan saya sangat ketakutan. Dengan gemetar, saya tanya namanya. Dia jawab "Saya adalah raja neraka, si Perusak!" Danau Api Yang Sangat Mengerikan Raja neraka memberi tahu saya untuk melihat ke danau api itu.
Saya memandang dan melihat jubah warna kunyit yang biasa dipakai rahib Budha di Myanmar. Saya memandang dan melihat kepala gundul seorang laki-laki. Waktu saya lihat wajah orang itu saya mengenalinya sebagai U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (rahib terkenal yang mati kecelakaan mobil tahun 1983). Saya tanya raja neraka mengapa pemimpin saya, diikat dalam danau penyiksaan ini. Saya tanya "Mengapa dia ada dalam danau api ini? Dia seorang guru yang baik." Dia bahkan mempunyai kaset pengajaran yang berjudul 'Apakah anda manusia atau anjing?' Yang sudah membantu ribuan orang mengerti bahwa sebagai manusia sangat berharga jauh dibandingkan binatang. Raja neraka itu menjawab, "Betul, dia seorang guru yang baik, tetapi dia tidak percaya pada TUHAN YESUS KRISTUS.
Itulah sebabnya dia ada di neraka." Saya diberi tahu untuk melihat orang lain yang ada di dalam api itu. Saya lihat seorang laki-laki dengan rambut panjang di lilitkan dibagian kiri kepalanya. Dia juga mengenakan jubah. Saya tanya raja neraka : "Siapa orang itu?" , raja neraka menjawab, "Inilah yang kau sembah, Gautama (Budha)". Saya sangat terganggu melihat Gautama di neraka. Saya protes, "Gautama orang baik, mempunyai karakter moral yang baik, mengapa dia menderita di dalam danau api ini?" Raja neraka menjawab saya "Tak peduli bagaimana baiknya dia. Ia ada di tempat ini karena dia tidak percaya pada ALLAH yang kekal". Saya kemudian melihat seorang yang lain yang tampaknya memakai seragam tentara.
Dia terluka di dada-nya. Saya tanya "Siapa dia?", Raja neraka berkata "Ini Aung San, pemimpin revolusi Myanmar ". Saya kemudian diberi tahu, "Aung San di sini karena dia menyiksa dan membunuh orang-orang Kristen, Tetapi terutama karena dia tidak percaya TUHAN YESUS KRISTUS." Di Myanmar ada pepatah, "Tentara tak pernah mati, hidup terus." Saya diberitahu bahwa tentara neraka mempunyai pepatah "Tentara tak pernah mati, tetapi ke neraka selamanya."
Lalu saya amati dan melihat orang lain di danau api itu. Dia
orang yang sangat tinggi dan memakai baju baja militer. Dia juga menyandang
pedang dan perisai. Orang ini terluka di dahinya. Orang ini lebih tinggi dari
siapapun yang pernah saya lihat. Saya bingung karena saya tidak tahu siapa itu
Goliath dan Daud. Raja neraka berkata, "Goliath tercatat di Alkitab orang
Kristen. Kamu tidak tahu dia sekarang, tetapi kalau kamu jadi Kristen, kamu
akan tahu siapa dia.
Lalu saya dibawa ke sebuah tempat di mana saya lihat orang kaya dan miskin menyiapkan makan malam mereka. Saya tanya "siapa yang memasak makanan untuk orang-orang itu?" raja itu menjawab "Yang miskin harus menyiapkan makanan mereka, tetapi yang kaya menyuruh yang lain untuk memasak untuk mereka."
Ketika makanan sudah tersedia untuk yang kaya, mereka duduk untuk makan. Segera setelah mereka mulai makan asap tebal keluar. Yang kaya makan secepat sebisa mereka agar mereka tidak pingsan. Mereka berusaha keras untuk dapat bernafas karena asap itu. Mereka harus makan cepat-cepat karena mereka takut kehilangan uang mereka. Uang mereka adalah tuhan mereka. Seorang raja yang lain kemudian datang pada saya.
Saya juga melihat satu makhluk yang kerjanya menjaga api di bawah danau api agar tetap panas. Makhluk ini bertanya pada saya "Apa kamu juga akan masuk ke danau api ini?" Saya jawab, "Tidak! saya di sini untuk hanya mengamati!" Bentuk makhluk yang menjaga api itu sangat menakutkan.
Dia punya 10 tanduk dikepalanya dan sebatang tombak di tangannya yang pada ujungnya ada 7 pisau tajam. Makhluk ini berkata "Kamu betul, kamu datang ke sini hanya untuk mengamati. Saya tak temukan namamu disini". Katanya "Kamu harus kembali dari mana kamu datang tadi" Dia menunjukkan arah pada saya tempat terpencil rata yang saya lewati sebelumnya waktu datang ke danau api ini. Keputusan Untuk Memilih Jalan Saya jalan cukup lama, sampai saya berdarah. Saya sangat kepanasan dan kesakitan. Akhirnya setelah berjalan sekitar 3 jam saya sampai di sebuah jalan yang lebar. Saya berjalan sepanjang jalan ini beberapa lama sampai menemukan persimpangan.
Satu jalan arah kiri, lebar. Jalan yang lebih kecil menuju ke sebelah kanan. Ada tanda disimpang itu yang berbunyi jalan kiri untuk mereka yang tidak percaya pada TUHAN YESUS KRISTUS, jalan yang lebih kecil menuju ke kanan untuk yang percaya TUHAN YESUS KRISTUS. Saya tertarik melihat ke mana tujuan jalan yang lebih besar itu, jadi saya mulai melaluinya. Ada 2 orang berjalan kira-kira 300 yard di depan saya. Saya coba mengejar mereka agar dapat jalan bersama, tetapi sekerasnya saya coba tak dapat mengejar mereka, jadi saya putar balik dan kembali ke simpang jalan tadi.
Saya terus perhatikan kedua orang yang berjalan tadi. Waktu mereka mencapai ujung jalan tiba-tiba mereka ditikam. Kedua orang itu berteriak sangat kesakitan. Saya juga menjerit keras waktu melihat apa yang terjadi pada mereka Saya sadar akhir dari jalan yang lebih lebar sangat berbahaya untuk mereka yang menjalaninya.
Melihat Surga Saya mulai melangkah ke jalan Orang Percaya. Sesudah berjalan sekitar 1 jam, permukaan jalan berubah jadi emas murni.
Sungguh murni sampai-sampai waktu saya lihat kebawah saya dapat melihat bayangan saya dengan sempurna. Kemudian saya lihat seseorang berdiri di depan saya. Dia memakai jubah putih. Saya juga mendengar nyanyian merdu. Oh, alangkah indah dan murninya! Sangat jauh lebih baik dan berarti dibandingkan penyembahan yang kita dengar di gereja manapun di dunia. Orang berjubah tersebut meminta saya berjalan bersamanya. Saya bertanya padanya, "Siapakah namamu?" tetapi dia tidak menjawabnya. Baru sesudah saya tanya dia 6 kali orang itu menjawab, "Saya yang memegang kunci ke surga. Surga tempat yang sangat sangat indah. Kamu tak dapat pergi ke sana sekarang tetapi kalau kamu mengikuti TUHAN YESUS KRISTUS, kamu dapat pergi ke sana sesudah hidupmu selesai di bumi". Orang itu bernama Petrus.
Lalu saya dibawa ke sebuah tempat di mana saya lihat orang kaya dan miskin menyiapkan makan malam mereka. Saya tanya "siapa yang memasak makanan untuk orang-orang itu?" raja itu menjawab "Yang miskin harus menyiapkan makanan mereka, tetapi yang kaya menyuruh yang lain untuk memasak untuk mereka."
Ketika makanan sudah tersedia untuk yang kaya, mereka duduk untuk makan. Segera setelah mereka mulai makan asap tebal keluar. Yang kaya makan secepat sebisa mereka agar mereka tidak pingsan. Mereka berusaha keras untuk dapat bernafas karena asap itu. Mereka harus makan cepat-cepat karena mereka takut kehilangan uang mereka. Uang mereka adalah tuhan mereka. Seorang raja yang lain kemudian datang pada saya.
Saya juga melihat satu makhluk yang kerjanya menjaga api di bawah danau api agar tetap panas. Makhluk ini bertanya pada saya "Apa kamu juga akan masuk ke danau api ini?" Saya jawab, "Tidak! saya di sini untuk hanya mengamati!" Bentuk makhluk yang menjaga api itu sangat menakutkan.
Dia punya 10 tanduk dikepalanya dan sebatang tombak di tangannya yang pada ujungnya ada 7 pisau tajam. Makhluk ini berkata "Kamu betul, kamu datang ke sini hanya untuk mengamati. Saya tak temukan namamu disini". Katanya "Kamu harus kembali dari mana kamu datang tadi" Dia menunjukkan arah pada saya tempat terpencil rata yang saya lewati sebelumnya waktu datang ke danau api ini. Keputusan Untuk Memilih Jalan Saya jalan cukup lama, sampai saya berdarah. Saya sangat kepanasan dan kesakitan. Akhirnya setelah berjalan sekitar 3 jam saya sampai di sebuah jalan yang lebar. Saya berjalan sepanjang jalan ini beberapa lama sampai menemukan persimpangan.
Satu jalan arah kiri, lebar. Jalan yang lebih kecil menuju ke sebelah kanan. Ada tanda disimpang itu yang berbunyi jalan kiri untuk mereka yang tidak percaya pada TUHAN YESUS KRISTUS, jalan yang lebih kecil menuju ke kanan untuk yang percaya TUHAN YESUS KRISTUS. Saya tertarik melihat ke mana tujuan jalan yang lebih besar itu, jadi saya mulai melaluinya. Ada 2 orang berjalan kira-kira 300 yard di depan saya. Saya coba mengejar mereka agar dapat jalan bersama, tetapi sekerasnya saya coba tak dapat mengejar mereka, jadi saya putar balik dan kembali ke simpang jalan tadi.
Saya terus perhatikan kedua orang yang berjalan tadi. Waktu mereka mencapai ujung jalan tiba-tiba mereka ditikam. Kedua orang itu berteriak sangat kesakitan. Saya juga menjerit keras waktu melihat apa yang terjadi pada mereka Saya sadar akhir dari jalan yang lebih lebar sangat berbahaya untuk mereka yang menjalaninya.
Melihat Surga Saya mulai melangkah ke jalan Orang Percaya. Sesudah berjalan sekitar 1 jam, permukaan jalan berubah jadi emas murni.
Sungguh murni sampai-sampai waktu saya lihat kebawah saya dapat melihat bayangan saya dengan sempurna. Kemudian saya lihat seseorang berdiri di depan saya. Dia memakai jubah putih. Saya juga mendengar nyanyian merdu. Oh, alangkah indah dan murninya! Sangat jauh lebih baik dan berarti dibandingkan penyembahan yang kita dengar di gereja manapun di dunia. Orang berjubah tersebut meminta saya berjalan bersamanya. Saya bertanya padanya, "Siapakah namamu?" tetapi dia tidak menjawabnya. Baru sesudah saya tanya dia 6 kali orang itu menjawab, "Saya yang memegang kunci ke surga. Surga tempat yang sangat sangat indah. Kamu tak dapat pergi ke sana sekarang tetapi kalau kamu mengikuti TUHAN YESUS KRISTUS, kamu dapat pergi ke sana sesudah hidupmu selesai di bumi". Orang itu bernama Petrus.
Petrus kemudian meminta saya untuk duduk dan menunjukkan
pada saya sebuah tempat di sebelah utara. Petrus berkata, "Lihat ke utara
dan lihatlah ALLAH menciptakan manusia". Saya melihat ALLAH kekal di
kejauhan. ALLAH berkata pada seorang malaikat, "Mari kita ciptakan
manusia." Malaikat itu memohon Kepada ALLAH dan berkata, "Jangan
menciptakan manusia. Dia akan berbuat dosa dan mendukakan ENGKAU." (dalam
bahasa asli Burma berarti: "Dia akan mempermalukan ENGKAU") Tetapi
ALLAH tetap menciptakan manusia. ALLAH meniupkan nafasNYA dan manusia itu
hidup.
Dia memberi nama orang itu "Adam". (catatan: agama Budha tidak percaya penciptaan dunia atau manusia sehingga pengalaman ini sangat besar pengaruhnya pada rahib itu). Dikembalikan Dengan Nama Baru Kemudian Petrus berkata, "Sekarang bangunlah dan kembalilah melalui jalan di mana engkau datang. Katakan pada orang-orang yang menyembah Budha dan menyembah berhala. Beri tahu mereka bahwa mereka akan pergi ke neraka bila mereka tidak berubah.
Dia memberi nama orang itu "Adam". (catatan: agama Budha tidak percaya penciptaan dunia atau manusia sehingga pengalaman ini sangat besar pengaruhnya pada rahib itu). Dikembalikan Dengan Nama Baru Kemudian Petrus berkata, "Sekarang bangunlah dan kembalilah melalui jalan di mana engkau datang. Katakan pada orang-orang yang menyembah Budha dan menyembah berhala. Beri tahu mereka bahwa mereka akan pergi ke neraka bila mereka tidak berubah.
Mereka yang membangun kuil / kelenteng dan berhala juga akan
ke neraka. Mereka yang memberikan persembahan pada para rahib untuk mendapatkan
jasa untuk mereka sendiri juga akan ke neraka. Mereka yang menyembah rahib dan
memanggil mereka "Pra" (gelar kehormatan bagi rahib) akan ke neraka.
Mereka yang menyanyi dan memberikan hidupnya untuk berhala akan ke neraka.
Mereka yang tidak percaya Kepada TUHAN YESUS KRISTUS akan ke neraka. Petrus
memberi tahu saya untuk kembali ke bumi dan bersaksi tentang semua apa yang
telah saya lihat. Dia juga berkata, 'Kamu harus bicara dengan nama yang baru.
Sejak saat ini kamu harus dipanggil Athet Pyan Shinthaw Paulu (Paulus yang kembali hidup). Saya tidak mau kembali. Saya ingin tinggal di surga. Seorang kemudian malaikat membuka sebuah buku. Pertama-tama mereka mencari nama masa kecilku (Thitpin) dalam buku, tetapi mereka tak menemukannya. Kemudian mereka mencari nama yang diberikan pada saya waktu masuk agama Budha (U Nata Pannita Ashinthuriya), tetapi juga tidak tertulis disitu. Kemudian Petrus berkata, "Namamu tidak tertulis di sini, kamu harus kembali dan bersaksi tentang TUHAN YESUS KRISTUS pada orang-orang yang beragama Budha." Saya berjalan kembali melalui jalan emas. Saya dengar lagi nyanyian yang merdu, yang tak pernah saya dengar sebelumnya. Petrus berjalan dengan saya sampai saatnya saya kembali ke bumi.
Dia menunjukkan pada saya tangga untuk kembali ke bumi antara surga dan langit. Tangga itu tidak sampai ke bumi, tetapi berhenti di udara. Pada saat di tangga saya lihat banyak sekali malaikat, ada yang naik ke surga dan ada yang turun ke tangga. Mereka sangat sibuk. Saya tanya Petrus, "Siapakah mereka?". Petrus menjawab, "Mereka pesuruh TUHAN. Mereka melaporkan ke surga nama-nama mereka yang percaya TUHAN YESUS KRISTUS dan nama-nama mereka yang tidak percaya." Petrus kemudian memberi tahu saya, sudah waktunya untuk kembali.
Tiba-tiba saya mendengar sebuah tangisan. Saya dengar ibu saya sedang menangis, "Anakku, mengapa engkau meninggalkan kami sekarang?" Saya juga mendengar orang-orang lain menangis. Saya kemudian sadar saya sedang terbujur dalam sebuah peti. Saya mulai bergerak. Ibu dan ayahku berteriak, "Dia hidup, dia hidup!" Orang lain yang agak jauh tidak percaya. Kemudian saya taruh tangan saya di kedua sisi peti itu dan duduk tegak. Banyak orang ketakutan. Mereka menjerit, "Hantu!" dan berlari secepat kaki mereka membawanya. Mereka yang tertinggal, diam dan bergemetaran. Saya merasakan saya sedang duduk dalam cairan yang tak sedap baunya, cairan tubuh, cukup banyak untuk dapat mengisi 3,5 gelas. Itu adalah cairan yang keluar dari perut dan bagian dalam tubuhku ketika tubuhku terbujur di dalam peti mati. Inilah sebabnya orang tahu bahwa saya sudah betul-betul mati. Di dalam peti mati ini ada semacam lembaran plastik yang ditempelkan pada kayu peti. Lembaran plastik ini untuk menampung cairan yang keluar dari mayat, karena tubuh orang meninggal banyak mengeluarkan cairan seperti yang saya alami. Saya diberi tahu kemudian bahwa hanya beberapa saat lagi saya dikremasi dalam api.
Di Myanmar orang mati dimasukkan kedalam peti mati, tutupnya kemudian dipaku, dan kemudian dibakar. Ketika saya kembali hidup, ibu dan ayahku sedang melihat tubuhku untuk terakhir kalinya. Sesaat lagi tutup peti akan segera dipaku dan saya akan dikremasikan. Saya segera mulai menjelaskan hal-hal yang saya lihat dan dengar. Orang-orang merasa heran. Saya ceritakan orang-orang yang saya lihat di dalam danau api itu, dan memberi tahu hanya orang Kristen yang tahu kebenaran, bahwa nenek moyang kita dan kita sudah tertipu ribuan tahun!
Sejak saat ini kamu harus dipanggil Athet Pyan Shinthaw Paulu (Paulus yang kembali hidup). Saya tidak mau kembali. Saya ingin tinggal di surga. Seorang kemudian malaikat membuka sebuah buku. Pertama-tama mereka mencari nama masa kecilku (Thitpin) dalam buku, tetapi mereka tak menemukannya. Kemudian mereka mencari nama yang diberikan pada saya waktu masuk agama Budha (U Nata Pannita Ashinthuriya), tetapi juga tidak tertulis disitu. Kemudian Petrus berkata, "Namamu tidak tertulis di sini, kamu harus kembali dan bersaksi tentang TUHAN YESUS KRISTUS pada orang-orang yang beragama Budha." Saya berjalan kembali melalui jalan emas. Saya dengar lagi nyanyian yang merdu, yang tak pernah saya dengar sebelumnya. Petrus berjalan dengan saya sampai saatnya saya kembali ke bumi.
Dia menunjukkan pada saya tangga untuk kembali ke bumi antara surga dan langit. Tangga itu tidak sampai ke bumi, tetapi berhenti di udara. Pada saat di tangga saya lihat banyak sekali malaikat, ada yang naik ke surga dan ada yang turun ke tangga. Mereka sangat sibuk. Saya tanya Petrus, "Siapakah mereka?". Petrus menjawab, "Mereka pesuruh TUHAN. Mereka melaporkan ke surga nama-nama mereka yang percaya TUHAN YESUS KRISTUS dan nama-nama mereka yang tidak percaya." Petrus kemudian memberi tahu saya, sudah waktunya untuk kembali.
Tiba-tiba saya mendengar sebuah tangisan. Saya dengar ibu saya sedang menangis, "Anakku, mengapa engkau meninggalkan kami sekarang?" Saya juga mendengar orang-orang lain menangis. Saya kemudian sadar saya sedang terbujur dalam sebuah peti. Saya mulai bergerak. Ibu dan ayahku berteriak, "Dia hidup, dia hidup!" Orang lain yang agak jauh tidak percaya. Kemudian saya taruh tangan saya di kedua sisi peti itu dan duduk tegak. Banyak orang ketakutan. Mereka menjerit, "Hantu!" dan berlari secepat kaki mereka membawanya. Mereka yang tertinggal, diam dan bergemetaran. Saya merasakan saya sedang duduk dalam cairan yang tak sedap baunya, cairan tubuh, cukup banyak untuk dapat mengisi 3,5 gelas. Itu adalah cairan yang keluar dari perut dan bagian dalam tubuhku ketika tubuhku terbujur di dalam peti mati. Inilah sebabnya orang tahu bahwa saya sudah betul-betul mati. Di dalam peti mati ini ada semacam lembaran plastik yang ditempelkan pada kayu peti. Lembaran plastik ini untuk menampung cairan yang keluar dari mayat, karena tubuh orang meninggal banyak mengeluarkan cairan seperti yang saya alami. Saya diberi tahu kemudian bahwa hanya beberapa saat lagi saya dikremasi dalam api.
Di Myanmar orang mati dimasukkan kedalam peti mati, tutupnya kemudian dipaku, dan kemudian dibakar. Ketika saya kembali hidup, ibu dan ayahku sedang melihat tubuhku untuk terakhir kalinya. Sesaat lagi tutup peti akan segera dipaku dan saya akan dikremasikan. Saya segera mulai menjelaskan hal-hal yang saya lihat dan dengar. Orang-orang merasa heran. Saya ceritakan orang-orang yang saya lihat di dalam danau api itu, dan memberi tahu hanya orang Kristen yang tahu kebenaran, bahwa nenek moyang kita dan kita sudah tertipu ribuan tahun!
Saya beri tahu mereka segala sesuatu yang kita percayai
adalah kebohongan. Orang-orang merasa heran sebab mereka tahu rahib macam apa
saya dan bagaimana bersemangatnya saya dalam pengajaran Budha. Di Myanmar
ketika seseorang meninggal, namanya dan umurnya ditulis disamping peti mati.
Ketika seorang rahib meninggal, namanya, umurnya dan masa pelayanannya sebagai
rahib dituliskan di samping peti mati. Saya sudah ditulis mati tetapi seperti
yang anda lihat, sekarang saya hidup!
---------------------------------------------------------------------------------
(Penutup)
Sejak "Paul yang kembali hidup" mengalami kisah di
atas dia tetap menjadi saksi yang setia kepada TUHAN YESUS KRISTUS. Para
Gembala di Burma mengabarkan bahwa dia sudah membawa ratusan rahib lain untuk
beriman kepada TUHAN YESUS KRISTUS. Kesaksiannya jelas sekali tak berkompromi.
Oleh sebab itu, pesan dia telah menyakitkan banyak orang yang tidak dapat
menerima hanya ada satu jalan ke surga,Yaitu TUHAN YESUS KRISTUS. Walaupun
menghadapi penolakan yang sangat besar, pengalamannya sungguh nyata sehingga ia
pernah ragu maupun bimbang. Setelah sekian tahun dalam lingkungan biara Budha,
sebagai pengikut ajaran Budha yang setia, beralih menyatakan Injil Kristus sesudah
kebangkitannya dari mati dan mendesak rahib yang lain untuk meninggalkan semua
dewa-dewa palsu dan menjadi pengikut TUHAN YESUS KRISTUS dengan sepenuh hati.
Sebelum sakit dan matinya dia tidak punya pengetahuan sedikitpun tentang
keKristenan. Semua yang dia dapatkan selama 3 hari dalam kematian adalah baru
dalam fikirannya. Dalam mengabarkan pesannya sebanyak mungkin pada orang-orang.
Lazarus modern ini mulai membagikan audio dan video kaset mengenai kisahnya.
Polisi serta pihak berwenang di Myanmar sudah berusaha sekuatnya untuk
mengumpulkan kaset-kaset ini dan memusnahkannya. Kesaksian yang baru saja anda
baca adalah salah satu terjemahan dari kaset itu. Kami diberi tahu bahwa
sekarang sangat berbahaya bagi warga Myanmar untuk memiliki kaset ini. Kesaksiannya
yang tak kenal takut telah membuatnya dipenjara, di mana yang berwenang telah
gagal menawarkan dia untuk bungkam. Sesudah dilepaskan dia terus bersaksi
tentang apa yang dia lihat dan dengar. Keberadaannya sekarang tidak jelas.
Seorang nara sumber di Burma mengatakan bahwa dia di penjara dan bahkan mungkin
sudah dibunuh, sumber lain mengabarkan bahwa dia sudah dilepaskan dari penjara
dan sedang meneruskan pelayanannya.amin...Sekian dari Kesaksian Tersebut...
semoga bermanfaat yaa..
Tuhan Memberkati
SALAM DAMAI
LOG
Tuhan Memberkati
SALAM DAMAI
LOG
Kyar Ni Kan Sayadaw meninggal di tahun 1977.
ReplyDeleteMasak seseorang bisa begitu ingat detail kisahnya saat dia mati, tapi gak bisa ingat kapan dia jadi Bhikkhu atau kapan gurunya meninggal?
Dan hebat bukan, baru jadi bhikkhu sudah dikasih titel 'U'. Padahal itu gak pernah dikasih ke bhikkhu pemula.
Masih inginkan anda berbohong atas nama Tuhan?
Dear Pi-Man
DeleteItu semua cerita adalah cerita yang dia ceritakan. Awalnya dia adalah seorang bhikkhu dan dia tiba tiba bisa menjadi pengikut Kristus. Pertanyaan kenapa dia dari pengkikut buddha bisa menjadi pengikut Kristus? dan jika dia menceritakan kebohongan, itu semua adalah kisah nyata. So dari sisi mana itu adalah kebohongan atas nama Tuhan?
didalam KRISTUS TUHAN tidak ada yg mustahil,,, percaya sekarang atau anda akn percaya setelah anda mati,,, karena saya pernah mengalami hal yg ajaib saya alami,,, sembilan tahun yg lalu,, saya juga hampir mati karena iblis mau membunuh paksa yasa,,, dan roh saya sudah keluar dari tubuh saya,,
ReplyDeletetapi luar bisa TUHAN YESUS datang menyelamatkan saya,, sehinga saya dapat hidup sampai sekarang semua hanya karena kasih karunia,,,, percaya YESUS sekarang ato anda percaya setelah anda meninggal,,, itu keputusan anda,,, saya hanya memberi tahu,,, JESUS LOVE YOU ALLL,,,,,,,,,,,,
Jesus Is God
ReplyDelete