"Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Markus 4:1-9
"Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka: "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat." Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
Lukas 8:4-8
"Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan: "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat." Setelah berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
Latar Belakang :
Di dalam masyarakat kita yang industrialis, pertanian hanya dikaitkan dengan produksi makanan. Bertani bukan sekedar gaya hidup, melainkan telah menjadi cara untuk mencari nafkah. Teknologi modern telah diterapkan sepenuhnya pada metode-metode pertanian, sehingga petani-petani menjadi teknisi dalam bidang ini. Contohnya, ia menjadi seorang ahli dalam menggunakan pupuk, herbisida, dan insektisida dan ia menjadi seorang pengusaha yang mengetahui biaya produksi, nilai hasil produksi, dan jadual pemasarannya.
Ketika Yesus mengajarkan perumpamaan tentang seorang penabur kepada orang-orang Galilea, mereka pada waktu itu sedang melihat petani menaburkan benih di ladang pada bulan Oktober. Memang para penulis Injil tidak menceritakan kepada kita kapan Yesus mengajarkan perumpamaan itu. Kemungkinan Yesus mengajar pada waktu penabur keluar untuk menaburkan benih. Kerumunan (menurut Matius, kerumunan orang banyak) itu datang ke pantai di sebelah barat laut di tepi danau Galilea. Mungkin jumlah mereka mencapai ribuan. Yesus menggunakan mimbar yang mengapung pada waktu berbicara kepada orang banyak itu. Ia duduk di atas perahu yang didorong agak jauh dari tepi pantai. Keadaan yang alami ini jauh lebih efektif daripada sistem pendekatan publik secara modern.
Yesus tidak harus menjelaskan aktivitas petani, sebab dari jauh mungkin mereka bisa melihat petani sedang bekerja, menabur biji gandum atau barley. Bahkan mereka pun mungkin adalah petani yang dari ladang yang sedang dalam perjalanan menuju pantai. Di dalam masyarakat pertanian pada waktu itu, pendengar kebanyakan adalah petani-petani atau orang yang pernah bekerja di tanah pertanian.
Pada zaman Yesus, bertani merupakan pekerjaan yang relatif sederhana. Meskipun perumpamaan ini tidak mengatakan sesuatu mengenai metode pertanian. Namun dari Perjanjian Lama (Yesaya 28: 24-25; Yeremia 4:3; dan Hosea 10:11-12) dan dari sumber-sumber rabinik, kita belajar bahwa pada akhir musim panas yang panjang dan panas sekali, petani akan pergi ke ladangnya menaburkan biji gandum atau barley ke atas tanah yang keras. Petani mencangkul tanah untuk menutupi benihnya, dan menunggu hujan musim dingin turun untuk menyemaikan benih itu.
Petani yang diceritakan dalam perumpamaan Yesus menaburkan benih yang diambil dari sebuah tas yang dikalungkan pada leher dan bahunya. Tas tergantung di depannya, dan dengan langkah yang berirama dia menaburkan benih di sepanjang jalur-jalur tanah. Dia tidak memperhatikan apakah ada biji-biji yang jatuh di pinggir jalur, atau apakah benih jatuh di tanah yang dangkal dengan batu-batu kapur yang menonjol ke luar, atau apakah gandum itu jatuh di antara semak-semak duri, di mana semak-semak itu akan tumbuh di musim semi dan menghimpit gandum yang tumbuh. Bagi petani semua itu adalah pekerjaan yang harus diselesaikan dalam satu hari.
Deskripsi perumpamaan ini akurat dan merupakan kejadian sehari-hari. Petani tidak dapat mencegah biji-biji tidak jatuh di tanah yang keras. Cepat atau lambat burung-burung akan memakannya. Burung juga bisa mengambil benih yang ditanam di tanah. Semua ini merupakan bagian dari cara bertani pada waktu itu. Petani juga tidak bisa berbuat apa-apa dengan batu kapur yang muneul di sana-sini, karena merupakan keadaan dari tanah. Lagipula, dia telah meneoba untuk menyingkirkan semak-semak duri dengan meneabut akarnya, namun tumbuh-tumbuhan ini sulit dimusnahkan, karena semak-semak duri itu kelihatannya punya eara untuk tumbuh kembali.
Petani menantikan waktu menuai di mana dia bisa membawa hasil panennya. Hasil rata-rata pada waktu itu biasanya bisa kurang dari sepuluh kali lipat. Seorang petani dianggap mendapatkan hasil yang luar biasa besarnya kalau dia bisa mendapatkan hasil panen sampai tiga puluh kali lipat atau apalagi enam puluh kali lipat. Petani sangat jarang mendapatkan panen sampai seratus kali lipat (Kejadian 26:12). Singkatnya, petani tidak menaruh perhatian pada biji-biji gandum yang hilang pada saat menabur. Dia menaruh harapannya ke masa depan dan menunggu waktu panen tiba dengan penuh harapan.
Semua pendengar Yesus tidak ada yang tidak setuju dengan Dia. Klimaks dari kisah ini mungkin yang akan mengejutkan pendengar-Nya. Oleh karena, Yesus mengatakan bahwa hasil panen itu seratus kali lipat bukan panen normal yaitu sepuluh kali lipat. Jadi, inti dari kisah ini adalah panen yang berlimpah-limpah.
Pola Perumpamaan
Perumpamaan tentang penabur merupakan salah satu perumpamaan yang ditemukan di dalam ketiga Injil Sinopsis. Ketika penulis-penulis Injil ini secara individual memasukkan cerita Yesus tentang petani yang menabur dan memetik hasil, mereka masing-masing menujukan perumpamaan ini kepada pendengar mereka sendiri. Matius, Markus, dan Lukas menunjukkan maksud pengajaran Yesus dengan menempatkan perumpamaan ini di dalam konteks Injil mereka masing-masing secara jelas.
Injil Matius pasal 13 didahului dengan cerita pelayanan penyembuhan oleh Yesus (pasal 8 dan 9). Pada kesimpulan dari bagian ini, Matius mencatat bahwa Yesus sedang mengajar di Sinagoge. Ia memberitakan Kabar Baik tentang Kerajaan Surga, dan menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan (9:35). Kemudian Yesus melihat kepada orang banyak, dan karena mereka kurang mendapatkan bimbingan rohani, Dia merasa berbelas kasihan kepada mereka. Dia membandingkan mereka seperti domba yang tidak bergembala. "Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya, "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu" (9:37,38).
Matius mencatat pengutusan kedua belas murid untuk pergi kepada domba-domba Israel yang terhilang di dalam pasal l0. Tetapi Yesus mengingatkan murid-murid-Nya akan penolakan, penganiayaan, dan kematian. Mereka akan menghadapi penentang, kebencian, dan kehilangan nyawa. Matius melukiskan tema yang sama di dalam dua pasal berikutnya. Orang banyak mengikuti Yohanes Pembaptis, tetapi orang-orang itu rnengatakan bahwa dia kerasukan setan. Dan Yesus dikatakan sebagai pelahap dan peminum, ternan pemungut cukai dan "orang-orang berdosa" (11:19). Orang-orang di Korazin, Betsaida, dan Kapernaum tidak rnau bertobat dan percaya kepada perkataan-Nya, Sepertinya Yesus sedang mencangkuli tanah yang dangkal, dan benih yang Dia taburkan tidak menghasilkan. Tetapi Kerajaan Allah telah datang dan akan berkernbang terus meskipun Yohanes Pembaptis disalahrnengerti (11:3), orang-orang Galilea tidak percaya (11:21, 23), dan sikap ahli-ahli Taurat yang berrnusuhan (12:2, 24, 38). Orang-orang yang melakukan kehendak Allah adalah bagian dari Kerajaan Allah. Mereka adalah saudara laki-laki, saudara perempuan dan ibu dari Yesus (12:50).
Pada bagian ini, Yesus memperkenalkan perurnparnaan tentang penabur. Pengurangan struktur dari catatan Injil menyatakan keterampilan tangan dari seorang arsitek literatur. Matius telah merangkai tingkatan dari perumpamaan tentang penabur ini. Objeknya adalah untuk mengawasi pembacanya dengan panen yang tidak diharapkan yang dikumpulkan di dalam Kerajaan Allah.
Sebaliknya, Markus sepertinya rnenekankan pelayanan pengajaran Yesus di sepanjang tepi danau Galilea. Dia mulai bagian ini dengan mengatakan, "Pada suatu kali Yesus rnulai pula mengajar di tepi danau." (4:1). Markus menyebutkan danau sebanyak tiga kali di bagian ayat-ayat pendahuluan, sedangkan Matius mengabaikan referensi tentang Yesus yang duduk di atas perahu "di danau". Markus memberitahu pembacanya bahwa Yesus sekali lagi bertemu dengan kerumunan orang banyak di tepi air (lihat Markus 2:13 dan 3:7). Markus pada bagian ini memasukkan tiga dari empat perumpamaan (penabur, benih yang tumbuh, dan biji sesawi) ke dalam Injilnya dalam bentuk narasi untuk menunjukkan tempat mengajar, pendengar yang dijumpai Yesus, dan tujuan perumpamaan.
Penulis dari ketiga Injil menyampaikan perumpamaan tentang penabur dengan versi yang disingkat, dia menempatkannya di dalam konteks penerimaan dan penolakan. Perkataan dan perbuatan Yesus dapat diterima oleh orang-orang awam, pemungut cukai, wanita-wanita tunasusila dan yang lainnya (7:29,37; 8:1-3), tetapi dia bertemu dengan oposisinya yang keras yaitu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat (7:30, 39). Menurut Lukas versi perumpamaan ini berbeda sedikit dengan versi Matius dan Markus, meskipun jauh lebih pendek dan menunjukkan perubahan di sana-sini di dalam kosa katanya. "Perubahan tersebut menunjukkan bahwa Lukas atau tradisi lisan merasa bebas memodifikasi rincian perkataan di dalam kisah ini, sesuatu yang biasa dilakukan oleh pengkhotbah modern ketika mereka menceritakan perumpamaan-perumpamaan".
Matius 13:18-23
"Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Markus 4:13-20
"Lalu Ia berkata kepada mereka: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain? Penabur itu menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka. Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad. Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."
Lukas 8:11-15
"Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."
Perumpamaan tentang penabur adalah salah satu perumpamaan yang dijelaskan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya dan orang-orang lain yang bersama dengan mereka. Kita tidak menyangka bahwa perumpamaan membutuhkan penjelasan, tetapi di dalam kenyataannya perumpamaan membutuhkan sebuah aplikasi supaya dimengerti secara rohani. Pertanyaan awal dari murid-murid adalah, "Mengapa Yesus menceritakan perumpamaan kepada orang-orang?" dan mereka mendapatkan jawaban dari Yesus yang dapat dimengerti dengan begitu saja. Yesus menjawab, "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti." (Matius 13:11-13).
Kita mencatat bahwa murid-murid bertanya mengapa Yesus berbicara kepada orang-orang di dalam perumpamaan, dan Yesus menjawab mengapa berbicara kepada mereka di dalam perumpamaan. Markus membuat perbedaan antara "kita dan mereka" terlebih lagi yang diucapkan dengan melaporkan "Tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan" (4:11).
Tepatnya, apa yang Yesus maksudkan dengan frasa "rahasia Kerajaan Surga"? Jikalau Yesus adalah Guru Besar (Rabi), kita bisa mengharapkan Dia mengajarkan kebenaran rohani dengan bahasa yang sederhana. Sulit untuk percaya bahwa Yesus bermaksud menyembunyikan pengajaran-Nya kepada orang-orang banyak dengan memakai gaya bicara tertentu. Tetapi Dia berbicara mengenai misteri Kerajaan Surga.
Dokumen Qumran menunjuk peranan Guru Kebenaran yang diutus untuk menyatakan misteri (hal yang belum dinyatakan) Ilahi. Lagipula, Guru tersebut akan memerintahkan murid-murid-Nya di dalam wahyu yang Dia terima dari Allah. Yesus membawa wahyu Ilahi dengan mengajar murid-murid-Nya rahasia Kerajaan Surga. Orang-orang lain dalam lingkup yang lebih luas, yang bukan bagian dari kelompok murid-murid Yesus (yaitu mereka yang berada di luar), tidak memiliki pemahaman tentang Kerajaan Surga seperti yang dimiliki oleh murid-murid Yesus.
Secara tidak langsung Yesus menunjuk kepada pentingnya kelahiran rohani untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga (Yohanes 3:3, 5). Dengan kata lain, murid-murid telah diberi kemampuan dan hak istimewa untuk melihat rahasia Kerajaan Surga. Bagi mereka yang berada di luar tidak diberi hak istimewa ini.
Orang banyak yang dimaksud oleh Yesus ditunjukkan dengan sebutan "mereka." Kutukan yang diucapkan Yesus sendiri bagi kota-kota yang tidak mau bertobat yaitu Korazin, Betsaida, dan Kapernaum tidaklah mengejutkan (Matius 11:20-24). Dan Yesus ditentang secara terus-menerus oleh para pemimpin, para ahli tulis, orang-orang Farisi, dan hirarki imam-imam. Matius sepertinya menggunakan sebuah istilah yang sederhana bagi kumpulan orang-orang Yahudi di sekeliling Yesus - yaitu menggunakan istilah yang sederhana "mereka".
Tetapi, rahasia Kerajaan Surga tidak tersembunyi selamanya. Markus menambahkan kata-kata berikut ini dalam penjelasan Yesus tentang perumpamaan penabur,: "Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap" (4:22). Kebenaran yang dinyatakan oleh Yesus dengan menggunakan perumpamaan diberikan bagi mereka yang melihat dan mengerti.
Sebaliknya, Matius mengatakan bahwa barangsiapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya (13:12). Matius menulis bagi orang-orang Yahudi dengan menyatakan bahwa mereka yang tidak diberi persepsi rohani dan yang menolak perkataan Yesus harus melepaskan pemahaman mereka tentang Kerajaan Allah di dalam pengajaran Perjanjian Lama. Kebijaksanaan di dalam Perjanjian Lama menjadi tidak berarti tanpa pemahaman rohani tentang pengajaran ini. Jadi meskipun mereka (orang-orang Yahudi) melihat, sebenarnya mereka tidak melihat; meskipun mereka mendengar, sebenarnya mereka tidak mendengar dan mengerti (Matius 13:13).
Semua penulis Injil mengutip kata-kata Yesaya 6:9, 10 - Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi:
"Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, Kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, Dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya Dan mendengar dengan telinganya Dan mengerti dengan hatinya, Lalu berbalik sehingga aku menyembuhkan mereka." (Matius 13:14, 15)
Dan ketiga penulis Injil Sinopsis menggunakan kutipan Yesaya untuk mengungkapkan alasan mengapa orang yang mengeraskan hatinya akan kehilangan warisan rohani. Komentator yang lain menafsirkan penggunaan Yesaya 6:9, 10 sebagai penjelasan atau peringatan yang berhubungan dengan akibat dari hati yang keras.
Dari ketiga penulis Injil, Markuslah yang memberikan cerita yang paling lengkap tentang penafsiran perumpamaan Yesus. Markus juga memasukkan kata-kata omelan yang diucapkan oleh Yesus: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini?" (4:13). Dan sebagai hasilnya, Markus menunjukkan bahwa perumpamaan tentang penabur adalah unik. Perumpamaan ini mempunyai maksud yang khusus, mungkin karena adanya kenyataan bahwa perumpamaan penabur merupakan salah satu dari perumpamaan-perumpamaan-Nya yang diberi penjelasan oleh Yesus. Tetapi kata-kata omelan yang diucapkan Yesus juga menunjukkan bahwa murid-murid Yesus yang hatinya telah mengetahui kebenaran, seharusnya telah memahami arti dasar perumpamaan tersebut.
Sedangkan cerita Matius lebih berharga dalam hal komposisinya. Matiuslah yang telah memberikan kepada gereja judul dari perumpamaan ini: perumpamaan seorang penabur. Hanya di dalam Injil Matius, perumpamaan ini memberikan nada pedagogis dengan gaya yang seragam dan frasa simetris yang bergema.
Tetapi sebelum kita melangkah kepada penafsiran perumpamaan itu sendiri, kita harus mencatat bahwa perbandingan yang digunakan oleh Yesus di dalam perumpamaan tentang penabur ini juga dilukiskan di dalam 2 Esdras 9:30-33:
Engkau mengatakan: "Dengarkan Aku, Israel, dengarkan perkataanKu, suku Yakub. Inilah hukum-Ku, di mana Aku menabur di antara kamu supaya menghasilkan buah dan membawamu kepada kemuliaan selamanya." Tetapi bapa-bapa kami yang telah menerima hukum-Mu tidak menyimpannya; mereka tidak meneliti hukum-hukum-Mu, Tidak mungkin buah dari hukum itu yang binasa; melainkan milikmu sendiri yang binasa. Barangsiapa yang menerima hukum itu yang akan binasa, karena mereka gagal menyimpan benih yang baik yang telah ditabur di dalam .mereka.
Pada zaman Yesus, kata kerja "menabur" dapat diartikan secara metafora, yang berarti "mengajar." Kita bisa berpendapat bahwa penggunaan kata ini merupakan cara berbicara di dalam sinagoga lokal, Formulasi dan penafsiran Yesus terhadap perumpamaan penabur ini sangat cocok dengan cara bicara pada waktu sekarang.
Sejumlah faktor tidak ditemukan di dalam penafsiran perumpamaan ini. Figur penabur merupakan hal yang terpenting. Meskipun penabur hanya disebutkan di bagian pendahuluan perumpamaan saja, dan diasumsikan ada di dalam perumpamaan, kehadirannya tidak dijelaskan. Meskipun demikian, penekanannya jatuh pada benih yang ditabur. Lukas menyebut benih itu "Firman Allah"; Markus hanya menyebutnya dengan "Firman." Dan Matius dalam kutipannya dari Kitab Yesaya, mengatakan akibatnya, "Kepada setiap orang yang mendengar firman ten tang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan." (13:19). Meskipun mungkin kita berharap beberapa referensi mengenai hujan, yang jelas sekali dapat meningkatkan hasil panen, tetapi tidak ada referensi yang mengatakan ten tang hujan (misalnya,lihat Ulangan 11:14, 17). Juga tidak disebutkan tentang kerja keras mencangkul tanah, meskipun jelas bahwa pencangkulan itu menjadi bagian dari proses. Konstruksi dan penafsiran perumpamaan ini ditunjang oleh penentuan Allah terhadap hujan dan pengerahan tenaga manusia dalam pekerjaan di ladang. Perumpamaan ini menekankan naik turunnya hasil panen petani. Petani mungkin saja kehilangan panennya, dan di dalam perumpamaan ini tiga kali kehilangan panennya, tetapi pada waktu panen terakhir mendapatkan hasil yang berkelimpahan.
Aplikasi :
Jelas sekali bahwa Yesus bertujuan mengaplikasikan pengajaran-Nya tentang benih dan tanah ini bagi orang yang mendengar pesan Kerajaan Surga (menurut Matius), Firman Allah (menurut Lukas) dengan menyebutkan rincian-rinciannya seperti pinggir [alan, tanah yang berbatu-batu, dan semak-sernak duri. Matius memakai penggunaan tata bahasa" Present Tense" dari partisipal bahasa Yunani, yang menunjuk kepada orang yang diminta untuk mendengar dan menenma Firman Allah. Bagian Firman Allah ini juga menjelaskan bagaimana sikap empat macam pendengar yang berbeda terhadap Firman Allah itu.
Matius maupun Lukas sama-sama memperkenalkan kata hati yaitu, "Datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu." (13:19). Firman Allah menjangkau hati pendengar, tetapi sebelum Firman itu bisa mempengaruhinya, si jahat (Matius), setan (Markus), atau Iblis (Lukas) datang dan merampasnya. Di dalam perumpamaan ini, burung-burung datang ke pinggir jalan dan memakan benih sampai habis, Markus mengatakan, "Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka." (4:15). Kita akan mengatakan, "Masuk telinga kanan, ke luar telinga kiri," atau, "Seperti itik yang meninggalkan bekas jejaknya di air." Beberapa orang mendengarkan Injil dengan sopan, tetapi mereka hanyalah sebagai pendengar. Injil tidak lagi berharga bagi mereka, karena hati mereka sekeras jalan kecil di sepanjang sawah. Mereka benar-benar mengabaikan kesimpulan dari hukum Allah, "Cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu., (Matius 22:37).
Pertama-tama benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu mulai menampakkan pertumbuhannya. Tetapi teriknya musim panas mas uk ke dalam lapisan batu yang paling bawah, dan sekarang melepaskan hawa yang lebih dingin pada bulan November dan Desember secara perlahan-lahan. Pada saat itu akan turun hujan yang cukup yang memungkmkan terjadinya persemian dini karena adanya panas dan udara lembab yang diperlukan. Tunas yang hijau akan bersemi dengan cepat, dan sementara itu sisa tanah masih tetap tandus, yang memperlihatkan pertunjukan yang sangat mengesankan. Mata yang sudah terlatih dari petani-petani itu dapat melihat perbedaannya. Dia tahu bahwa munculnya tangkai hijau dari benih yang tumbuh di atas tanah yang berbatu-batu itu merupakan tipuan; tumbuh-tumbuhan itupun akan layu pada saat hujan berhenti dan matahari musim semi terbit dengan sangat panas. Tanaman tersebut tidak mempunyai akar yang dalam di dalam tanah yang bisa menyediakan air. Tanaman itu akan layu dan mati.
Baik Matius maupun Markus menunjukkan aspek kesiapan di dalam penafsiran dan aplikasi dari segmen perumpamaan ini. "Tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar sa)a. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karen a firman itu, mereka segera murtad." (Markus 4:17). Kesiapan direfleksikan dalam persemian benih yang cepat yang ditaburkan di atas tanah yang berbatu-batu.
Sedangkan Matius dan Lukas menghubungkannya dengan penghindaran dari kesulitan dan penganiayaan, di mana Lukas berbicara mengenai "masa pencobaan" (Lukas 8:13). Kedua penulis Injil ini menyebutkan saat-saat yang sulit yang menyebabkan orang akan berpikir dua kali ten tang agama. Ketika saatnya tiba di mana mereka harus mengambil keputusan dan membayar harga, mereka akan mengubah minat dan keterlibatan mereka dalam iman yang pernah mereka pegang dengan sukacita, Satu kata yang menjelaskan keadaan mereka: dangkal (superficiality). Matahari biasanya diibaratkan sebagai sumber kebahagiaan dan sukacita, dan digambarkan di siru dengan istilah kesulitan dan penganiayaan. Alasan mengapa tanah tersebut mengeras yang terlihat jelas adalah kurangnya udara yang lembab. Sebaliknya, orang benar tumbuh subur seperti pohon yang di tanam di tepi aliran air (Mazmur 1:3). Orang yang dangkal adalah orang yang kurang keyakinan, keberanian, stabilitas, dan ketekunan: Dia akan dipengaruhi oleh semua angin doktrin yang berhembus di jalannya. Karena dia berakar kurang dalam, kehidupan rohaninya menjadi tidak penting.
Benih yang ditaburkan di an tara semak-semak duri kelihatannya mempunyai kesempatan bertumbuh dan berkembang yang lebih balk daripada benih yang ditaburkan di tanah yang keras. Pertama, tanaman mulai bertunas sesudah masa persemian. Kenyataannya, dengan musim semi pada waktu itu tanaman tersebut kelihatannya sangat menjanjikan dan terlihat sarna dengan tanaman-tanaman yang lain. Tetapi ketika panas matahari menunjukkan kekuatan dan panasnya di bumi, akar semak-semak duri itu mu,lai bertumbuh. Sesudah musim dingin berhenti, tanaman itu akan siap menyambut musim yang baru, dan setelah beberapa minggu semak-semak duri itu akan bertumbuh lebih tinggi dari tanaman gandum. Semak-semak duri merebut kelembaban udara dan vitamin di dalam tanah dan benar-benar mencabut tanaman gandum sampai mati.
Tanah yang baik adalah tanah yang tidak keras seperti jalan setapak atau tidak dangkal seperti lapisan tanah yang berbatu-batu subur dan menyimpan udara yang lembab. Kekurangan unsur-unsur yang diperlukan di dalam tanah menyebabkan tanaman mempunyai tempat permanen dan akar yang lain. Benih yang ditaburkan di tanah yang subur dengan udara lembab yang tersedia banyak, jauh sebelumnya harus bersaing melawan semak-semak duri yang hijau di atas permukaan tanah untuk menumbuhkan dan mengembangkan akar-akarnya di dalam tanah. Singkatnya, dua macam tanaman sedang memperjuangkan sebuah tempat di bawah matahari, yang memenangkan perlombaan adalah tipe tanaman yang mempunyai akar kuat untuk masuk ke dalam tanah.
"Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah." (Markus 4:18, 19). Orang yang mempunyai kehidupan yang mendua - kehidupan beragama pada hari Minggu dan kehidupan yang tidak beragama selama hari-hari lain dalam seminggu - akan segera menemukan "kekuatiran hidup, tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan duniawi yang lain" mengambil alih kehidupannya, sehingga imannya menjadi tidak berarti. Pesan Injil tidak dapat berbunga dan berbuah, kecuali keinginan-keinginan duniawi dicabut. Orang macam ini mempunyai kehidupan yang mendua pada mulanya. Dia telah menemukan rasa aman di dalam kekayaan dan harta miliknya; dia membuang imannya dengan sengaja dan menjadikannya tempat kedua. Dia adalah orang yang bersifat "keduanya / dan" yang akhirnya menuai panen semak-semak berduri tanpa mendapatkan biji gandum sedikit pun. Kecuali apa yang dia miliki diambil darinya.
Tiga gambaran tanah ini seharusnya tidak membuat petani berkecil hati. Demikian juga, tiga gambaran orang yang memiliki iman yang tidak berbuah seharusnya tidak mengecilkan hati orang-orang percaya yang sungguh-sungguh. Benih yang ditanam di tanah yang baik akan menghasilkan panen yang berkelimpahan, hasil yang melimpah ruah. Orang yang dengan iman meresponi Injil tanpa perhitungan, akan berbuah berlipat-lipat tidak terhingga. "Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat" (Matius 13:23) . Markus memberikan urutan yang meningkat "tiga puluh, enam puluh, atau bahkan seratus kali lipat." Lukas hanya mendaftar "seratus kali lipat" di dalam perumpamaan, tetapi dalam penafsirannya dia menulis, "Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan" (Lukas 8:15). Apa yang dimaksudkan Lukas dengan "menyimpan," ditulis di dalam Injil Markus sebagai "menerima" dan di dalam Injil Matius sebagai "mengerti."
Kemudian, siapa yang merupakan orang yang memiliki hati yang baik dan mulia? Matius memberikan jawabannya. Dia mengatakan, "orang yang mendengar firman itu dan mengerti." Tentu saja, Matius mengingat lagi kutipan dari Kitab Yesaya. Orang yang memiliki hati yang sempurna dan mulia adalah orang yang melakukan kehendak Allah dan menjawab panggilan Allah "Siapa yang harus Aku utus?" jawablah dengan yakin, "Ini aku, utuslah aku, Tuhan." Dia adalah pendengar dan pelaku Firman. Dia mengerti karena hatinya mau menerima kebenaran Allah. Keberadaannya seluruhnya - kemauan, intelektual, dan emosinya - disentuh oleh Firman itu. Orang percaya mengalami pertumbuhan rohani, dan menghasilkan buah; dia melakukan kehendak Allah.
Apakah yang diajarkan perumpamaan ini? Beberapa sarjana menyebut perumpamaan penabur ini sebagai perumpamaan dari perumpamaan-perumpamaan. Bukan berarti bahwa perumpamaan ini perumpamaan yang paling terkenal di dalam Injil Sinoptik, tetapi dikarenakan berisi empat perumpamaan yang dijadikan satu. Keempat perumpamaan ini hanyalah aspek dari satu kebenaran khusus: Firman Allah diberitakan dan memberikan tugas kepada pendengamya; umat Allah menerima Firman, mengertinya, dan dengan taat melakukannya; orang-orang yang lain gagal mendengarkan karena hatinya yang keras, kedangkalan yang mendasar, atau keinginan terhadap kekayaan dan harta yang tidak dapat ditinggalkan. Orang-orang yang demikian gagal menghasilkan buah, dan bahkan apa yang mereka miliki perkataan rohani - akan diambil daripadanya. Karena itu perumpamaan ini menyentuh mereka yang benar-benar ada di dalam gereja maupun mereka yang berada "di luar." Hal ini merupakan kebenaran pokok dari perumpamaan ini. Semua rincian di dalam perumpamaan ini berpusat pada satu tema. Pemberitaan Injil yang penuh iman tidak akan pernah gagal menghasilkan buah, "menghasilkan panen, tiga puluh, enam puluh, atau bahkan seratus kali lipat dari yang ditabur."
Tuhan Memberkati
SHARED BY
LOG
"Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."
Perumpamaan tentang penabur adalah salah satu perumpamaan yang dijelaskan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya dan orang-orang lain yang bersama dengan mereka. Kita tidak menyangka bahwa perumpamaan membutuhkan penjelasan, tetapi di dalam kenyataannya perumpamaan membutuhkan sebuah aplikasi supaya dimengerti secara rohani. Pertanyaan awal dari murid-murid adalah, "Mengapa Yesus menceritakan perumpamaan kepada orang-orang?" dan mereka mendapatkan jawaban dari Yesus yang dapat dimengerti dengan begitu saja. Yesus menjawab, "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti." (Matius 13:11-13).
Kita mencatat bahwa murid-murid bertanya mengapa Yesus berbicara kepada orang-orang di dalam perumpamaan, dan Yesus menjawab mengapa berbicara kepada mereka di dalam perumpamaan. Markus membuat perbedaan antara "kita dan mereka" terlebih lagi yang diucapkan dengan melaporkan "Tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan" (4:11).
Tepatnya, apa yang Yesus maksudkan dengan frasa "rahasia Kerajaan Surga"? Jikalau Yesus adalah Guru Besar (Rabi), kita bisa mengharapkan Dia mengajarkan kebenaran rohani dengan bahasa yang sederhana. Sulit untuk percaya bahwa Yesus bermaksud menyembunyikan pengajaran-Nya kepada orang-orang banyak dengan memakai gaya bicara tertentu. Tetapi Dia berbicara mengenai misteri Kerajaan Surga.
Dokumen Qumran menunjuk peranan Guru Kebenaran yang diutus untuk menyatakan misteri (hal yang belum dinyatakan) Ilahi. Lagipula, Guru tersebut akan memerintahkan murid-murid-Nya di dalam wahyu yang Dia terima dari Allah. Yesus membawa wahyu Ilahi dengan mengajar murid-murid-Nya rahasia Kerajaan Surga. Orang-orang lain dalam lingkup yang lebih luas, yang bukan bagian dari kelompok murid-murid Yesus (yaitu mereka yang berada di luar), tidak memiliki pemahaman tentang Kerajaan Surga seperti yang dimiliki oleh murid-murid Yesus.
Secara tidak langsung Yesus menunjuk kepada pentingnya kelahiran rohani untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga (Yohanes 3:3, 5). Dengan kata lain, murid-murid telah diberi kemampuan dan hak istimewa untuk melihat rahasia Kerajaan Surga. Bagi mereka yang berada di luar tidak diberi hak istimewa ini.
Orang banyak yang dimaksud oleh Yesus ditunjukkan dengan sebutan "mereka." Kutukan yang diucapkan Yesus sendiri bagi kota-kota yang tidak mau bertobat yaitu Korazin, Betsaida, dan Kapernaum tidaklah mengejutkan (Matius 11:20-24). Dan Yesus ditentang secara terus-menerus oleh para pemimpin, para ahli tulis, orang-orang Farisi, dan hirarki imam-imam. Matius sepertinya menggunakan sebuah istilah yang sederhana bagi kumpulan orang-orang Yahudi di sekeliling Yesus - yaitu menggunakan istilah yang sederhana "mereka".
Tetapi, rahasia Kerajaan Surga tidak tersembunyi selamanya. Markus menambahkan kata-kata berikut ini dalam penjelasan Yesus tentang perumpamaan penabur,: "Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap" (4:22). Kebenaran yang dinyatakan oleh Yesus dengan menggunakan perumpamaan diberikan bagi mereka yang melihat dan mengerti.
Sebaliknya, Matius mengatakan bahwa barangsiapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya (13:12). Matius menulis bagi orang-orang Yahudi dengan menyatakan bahwa mereka yang tidak diberi persepsi rohani dan yang menolak perkataan Yesus harus melepaskan pemahaman mereka tentang Kerajaan Allah di dalam pengajaran Perjanjian Lama. Kebijaksanaan di dalam Perjanjian Lama menjadi tidak berarti tanpa pemahaman rohani tentang pengajaran ini. Jadi meskipun mereka (orang-orang Yahudi) melihat, sebenarnya mereka tidak melihat; meskipun mereka mendengar, sebenarnya mereka tidak mendengar dan mengerti (Matius 13:13).
Semua penulis Injil mengutip kata-kata Yesaya 6:9, 10 - Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi:
"Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, Kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, Dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya Dan mendengar dengan telinganya Dan mengerti dengan hatinya, Lalu berbalik sehingga aku menyembuhkan mereka." (Matius 13:14, 15)
Dan ketiga penulis Injil Sinopsis menggunakan kutipan Yesaya untuk mengungkapkan alasan mengapa orang yang mengeraskan hatinya akan kehilangan warisan rohani. Komentator yang lain menafsirkan penggunaan Yesaya 6:9, 10 sebagai penjelasan atau peringatan yang berhubungan dengan akibat dari hati yang keras.
Dari ketiga penulis Injil, Markuslah yang memberikan cerita yang paling lengkap tentang penafsiran perumpamaan Yesus. Markus juga memasukkan kata-kata omelan yang diucapkan oleh Yesus: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini?" (4:13). Dan sebagai hasilnya, Markus menunjukkan bahwa perumpamaan tentang penabur adalah unik. Perumpamaan ini mempunyai maksud yang khusus, mungkin karena adanya kenyataan bahwa perumpamaan penabur merupakan salah satu dari perumpamaan-perumpamaan-Nya yang diberi penjelasan oleh Yesus. Tetapi kata-kata omelan yang diucapkan Yesus juga menunjukkan bahwa murid-murid Yesus yang hatinya telah mengetahui kebenaran, seharusnya telah memahami arti dasar perumpamaan tersebut.
Sedangkan cerita Matius lebih berharga dalam hal komposisinya. Matiuslah yang telah memberikan kepada gereja judul dari perumpamaan ini: perumpamaan seorang penabur. Hanya di dalam Injil Matius, perumpamaan ini memberikan nada pedagogis dengan gaya yang seragam dan frasa simetris yang bergema.
Tetapi sebelum kita melangkah kepada penafsiran perumpamaan itu sendiri, kita harus mencatat bahwa perbandingan yang digunakan oleh Yesus di dalam perumpamaan tentang penabur ini juga dilukiskan di dalam 2 Esdras 9:30-33:
Engkau mengatakan: "Dengarkan Aku, Israel, dengarkan perkataanKu, suku Yakub. Inilah hukum-Ku, di mana Aku menabur di antara kamu supaya menghasilkan buah dan membawamu kepada kemuliaan selamanya." Tetapi bapa-bapa kami yang telah menerima hukum-Mu tidak menyimpannya; mereka tidak meneliti hukum-hukum-Mu, Tidak mungkin buah dari hukum itu yang binasa; melainkan milikmu sendiri yang binasa. Barangsiapa yang menerima hukum itu yang akan binasa, karena mereka gagal menyimpan benih yang baik yang telah ditabur di dalam .mereka.
Pada zaman Yesus, kata kerja "menabur" dapat diartikan secara metafora, yang berarti "mengajar." Kita bisa berpendapat bahwa penggunaan kata ini merupakan cara berbicara di dalam sinagoga lokal, Formulasi dan penafsiran Yesus terhadap perumpamaan penabur ini sangat cocok dengan cara bicara pada waktu sekarang.
Sejumlah faktor tidak ditemukan di dalam penafsiran perumpamaan ini. Figur penabur merupakan hal yang terpenting. Meskipun penabur hanya disebutkan di bagian pendahuluan perumpamaan saja, dan diasumsikan ada di dalam perumpamaan, kehadirannya tidak dijelaskan. Meskipun demikian, penekanannya jatuh pada benih yang ditabur. Lukas menyebut benih itu "Firman Allah"; Markus hanya menyebutnya dengan "Firman." Dan Matius dalam kutipannya dari Kitab Yesaya, mengatakan akibatnya, "Kepada setiap orang yang mendengar firman ten tang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan." (13:19). Meskipun mungkin kita berharap beberapa referensi mengenai hujan, yang jelas sekali dapat meningkatkan hasil panen, tetapi tidak ada referensi yang mengatakan ten tang hujan (misalnya,lihat Ulangan 11:14, 17). Juga tidak disebutkan tentang kerja keras mencangkul tanah, meskipun jelas bahwa pencangkulan itu menjadi bagian dari proses. Konstruksi dan penafsiran perumpamaan ini ditunjang oleh penentuan Allah terhadap hujan dan pengerahan tenaga manusia dalam pekerjaan di ladang. Perumpamaan ini menekankan naik turunnya hasil panen petani. Petani mungkin saja kehilangan panennya, dan di dalam perumpamaan ini tiga kali kehilangan panennya, tetapi pada waktu panen terakhir mendapatkan hasil yang berkelimpahan.
Aplikasi :
Jelas sekali bahwa Yesus bertujuan mengaplikasikan pengajaran-Nya tentang benih dan tanah ini bagi orang yang mendengar pesan Kerajaan Surga (menurut Matius), Firman Allah (menurut Lukas) dengan menyebutkan rincian-rinciannya seperti pinggir [alan, tanah yang berbatu-batu, dan semak-sernak duri. Matius memakai penggunaan tata bahasa" Present Tense" dari partisipal bahasa Yunani, yang menunjuk kepada orang yang diminta untuk mendengar dan menenma Firman Allah. Bagian Firman Allah ini juga menjelaskan bagaimana sikap empat macam pendengar yang berbeda terhadap Firman Allah itu.
Matius maupun Lukas sama-sama memperkenalkan kata hati yaitu, "Datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu." (13:19). Firman Allah menjangkau hati pendengar, tetapi sebelum Firman itu bisa mempengaruhinya, si jahat (Matius), setan (Markus), atau Iblis (Lukas) datang dan merampasnya. Di dalam perumpamaan ini, burung-burung datang ke pinggir jalan dan memakan benih sampai habis, Markus mengatakan, "Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka." (4:15). Kita akan mengatakan, "Masuk telinga kanan, ke luar telinga kiri," atau, "Seperti itik yang meninggalkan bekas jejaknya di air." Beberapa orang mendengarkan Injil dengan sopan, tetapi mereka hanyalah sebagai pendengar. Injil tidak lagi berharga bagi mereka, karena hati mereka sekeras jalan kecil di sepanjang sawah. Mereka benar-benar mengabaikan kesimpulan dari hukum Allah, "Cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu., (Matius 22:37).
Pertama-tama benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu mulai menampakkan pertumbuhannya. Tetapi teriknya musim panas mas uk ke dalam lapisan batu yang paling bawah, dan sekarang melepaskan hawa yang lebih dingin pada bulan November dan Desember secara perlahan-lahan. Pada saat itu akan turun hujan yang cukup yang memungkmkan terjadinya persemian dini karena adanya panas dan udara lembab yang diperlukan. Tunas yang hijau akan bersemi dengan cepat, dan sementara itu sisa tanah masih tetap tandus, yang memperlihatkan pertunjukan yang sangat mengesankan. Mata yang sudah terlatih dari petani-petani itu dapat melihat perbedaannya. Dia tahu bahwa munculnya tangkai hijau dari benih yang tumbuh di atas tanah yang berbatu-batu itu merupakan tipuan; tumbuh-tumbuhan itupun akan layu pada saat hujan berhenti dan matahari musim semi terbit dengan sangat panas. Tanaman tersebut tidak mempunyai akar yang dalam di dalam tanah yang bisa menyediakan air. Tanaman itu akan layu dan mati.
Baik Matius maupun Markus menunjukkan aspek kesiapan di dalam penafsiran dan aplikasi dari segmen perumpamaan ini. "Tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar sa)a. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karen a firman itu, mereka segera murtad." (Markus 4:17). Kesiapan direfleksikan dalam persemian benih yang cepat yang ditaburkan di atas tanah yang berbatu-batu.
Sedangkan Matius dan Lukas menghubungkannya dengan penghindaran dari kesulitan dan penganiayaan, di mana Lukas berbicara mengenai "masa pencobaan" (Lukas 8:13). Kedua penulis Injil ini menyebutkan saat-saat yang sulit yang menyebabkan orang akan berpikir dua kali ten tang agama. Ketika saatnya tiba di mana mereka harus mengambil keputusan dan membayar harga, mereka akan mengubah minat dan keterlibatan mereka dalam iman yang pernah mereka pegang dengan sukacita, Satu kata yang menjelaskan keadaan mereka: dangkal (superficiality). Matahari biasanya diibaratkan sebagai sumber kebahagiaan dan sukacita, dan digambarkan di siru dengan istilah kesulitan dan penganiayaan. Alasan mengapa tanah tersebut mengeras yang terlihat jelas adalah kurangnya udara yang lembab. Sebaliknya, orang benar tumbuh subur seperti pohon yang di tanam di tepi aliran air (Mazmur 1:3). Orang yang dangkal adalah orang yang kurang keyakinan, keberanian, stabilitas, dan ketekunan: Dia akan dipengaruhi oleh semua angin doktrin yang berhembus di jalannya. Karena dia berakar kurang dalam, kehidupan rohaninya menjadi tidak penting.
Benih yang ditaburkan di an tara semak-semak duri kelihatannya mempunyai kesempatan bertumbuh dan berkembang yang lebih balk daripada benih yang ditaburkan di tanah yang keras. Pertama, tanaman mulai bertunas sesudah masa persemian. Kenyataannya, dengan musim semi pada waktu itu tanaman tersebut kelihatannya sangat menjanjikan dan terlihat sarna dengan tanaman-tanaman yang lain. Tetapi ketika panas matahari menunjukkan kekuatan dan panasnya di bumi, akar semak-semak duri itu mu,lai bertumbuh. Sesudah musim dingin berhenti, tanaman itu akan siap menyambut musim yang baru, dan setelah beberapa minggu semak-semak duri itu akan bertumbuh lebih tinggi dari tanaman gandum. Semak-semak duri merebut kelembaban udara dan vitamin di dalam tanah dan benar-benar mencabut tanaman gandum sampai mati.
Tanah yang baik adalah tanah yang tidak keras seperti jalan setapak atau tidak dangkal seperti lapisan tanah yang berbatu-batu subur dan menyimpan udara yang lembab. Kekurangan unsur-unsur yang diperlukan di dalam tanah menyebabkan tanaman mempunyai tempat permanen dan akar yang lain. Benih yang ditaburkan di tanah yang subur dengan udara lembab yang tersedia banyak, jauh sebelumnya harus bersaing melawan semak-semak duri yang hijau di atas permukaan tanah untuk menumbuhkan dan mengembangkan akar-akarnya di dalam tanah. Singkatnya, dua macam tanaman sedang memperjuangkan sebuah tempat di bawah matahari, yang memenangkan perlombaan adalah tipe tanaman yang mempunyai akar kuat untuk masuk ke dalam tanah.
"Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah." (Markus 4:18, 19). Orang yang mempunyai kehidupan yang mendua - kehidupan beragama pada hari Minggu dan kehidupan yang tidak beragama selama hari-hari lain dalam seminggu - akan segera menemukan "kekuatiran hidup, tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan duniawi yang lain" mengambil alih kehidupannya, sehingga imannya menjadi tidak berarti. Pesan Injil tidak dapat berbunga dan berbuah, kecuali keinginan-keinginan duniawi dicabut. Orang macam ini mempunyai kehidupan yang mendua pada mulanya. Dia telah menemukan rasa aman di dalam kekayaan dan harta miliknya; dia membuang imannya dengan sengaja dan menjadikannya tempat kedua. Dia adalah orang yang bersifat "keduanya / dan" yang akhirnya menuai panen semak-semak berduri tanpa mendapatkan biji gandum sedikit pun. Kecuali apa yang dia miliki diambil darinya.
Tiga gambaran tanah ini seharusnya tidak membuat petani berkecil hati. Demikian juga, tiga gambaran orang yang memiliki iman yang tidak berbuah seharusnya tidak mengecilkan hati orang-orang percaya yang sungguh-sungguh. Benih yang ditanam di tanah yang baik akan menghasilkan panen yang berkelimpahan, hasil yang melimpah ruah. Orang yang dengan iman meresponi Injil tanpa perhitungan, akan berbuah berlipat-lipat tidak terhingga. "Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat" (Matius 13:23) . Markus memberikan urutan yang meningkat "tiga puluh, enam puluh, atau bahkan seratus kali lipat." Lukas hanya mendaftar "seratus kali lipat" di dalam perumpamaan, tetapi dalam penafsirannya dia menulis, "Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan" (Lukas 8:15). Apa yang dimaksudkan Lukas dengan "menyimpan," ditulis di dalam Injil Markus sebagai "menerima" dan di dalam Injil Matius sebagai "mengerti."
Kemudian, siapa yang merupakan orang yang memiliki hati yang baik dan mulia? Matius memberikan jawabannya. Dia mengatakan, "orang yang mendengar firman itu dan mengerti." Tentu saja, Matius mengingat lagi kutipan dari Kitab Yesaya. Orang yang memiliki hati yang sempurna dan mulia adalah orang yang melakukan kehendak Allah dan menjawab panggilan Allah "Siapa yang harus Aku utus?" jawablah dengan yakin, "Ini aku, utuslah aku, Tuhan." Dia adalah pendengar dan pelaku Firman. Dia mengerti karena hatinya mau menerima kebenaran Allah. Keberadaannya seluruhnya - kemauan, intelektual, dan emosinya - disentuh oleh Firman itu. Orang percaya mengalami pertumbuhan rohani, dan menghasilkan buah; dia melakukan kehendak Allah.
Apakah yang diajarkan perumpamaan ini? Beberapa sarjana menyebut perumpamaan penabur ini sebagai perumpamaan dari perumpamaan-perumpamaan. Bukan berarti bahwa perumpamaan ini perumpamaan yang paling terkenal di dalam Injil Sinoptik, tetapi dikarenakan berisi empat perumpamaan yang dijadikan satu. Keempat perumpamaan ini hanyalah aspek dari satu kebenaran khusus: Firman Allah diberitakan dan memberikan tugas kepada pendengamya; umat Allah menerima Firman, mengertinya, dan dengan taat melakukannya; orang-orang yang lain gagal mendengarkan karena hatinya yang keras, kedangkalan yang mendasar, atau keinginan terhadap kekayaan dan harta yang tidak dapat ditinggalkan. Orang-orang yang demikian gagal menghasilkan buah, dan bahkan apa yang mereka miliki perkataan rohani - akan diambil daripadanya. Karena itu perumpamaan ini menyentuh mereka yang benar-benar ada di dalam gereja maupun mereka yang berada "di luar." Hal ini merupakan kebenaran pokok dari perumpamaan ini. Semua rincian di dalam perumpamaan ini berpusat pada satu tema. Pemberitaan Injil yang penuh iman tidak akan pernah gagal menghasilkan buah, "menghasilkan panen, tiga puluh, enam puluh, atau bahkan seratus kali lipat dari yang ditabur."
Tuhan Memberkati
SHARED BY
LOG
No comments:
Post a Comment