“Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
Perumpamaan tentang lalang di antara gandum adalah perumpamaan yang khusus di dalam Injil Matius, sama seperti perumpamaan tentang benih yang tumbuh yang hanya ditemukan di dalam Injil Markus. Kata weeds (lalang) bukan merupakan terjemahan yang tepat dari bahasa aslinya yaitu bahasa Yunani zizenis, yang berarti "lalang yang mengganggu di ladang gandum, yang mirip dengan gandum". Kata ini tidak bisa menunjukkan apakah lalang itu termasuk jenis yang beracun atau tidak. Apapun jenisnya, tanaman ini sangat mirip dengan gandum dan hanya tumbuh di ladang yang ditanami. Sebenarnya, lalang dapat merusak tanaman gandum. Lalang dapat dibandingkan dengan oat (sejenis gandum) liar, yang tumbuh liar di ladang gandum di Amerika Utara dan sulit dibasmi.
Ladang Petani :
Sesudah Matius menulis perumpamaan tentang penabur dan penafsirannya, dia mencatat bahwa Yesus bercerita perumpamaan yang lain kepada orang banyak, satu kisah tentang petani yang kelihatannya melakukan pekerjaannya dengan baik. Petani mempunyai hamba-hamba dan juga hamba-hamba untuk menuai pada saat yang tepat.
Sebagai petani yang berhasil, pemilik tanah ini telah mendapatkan benih yang baik. Tentu saja dia tidak mau menaburkan benih lalang - yang menyebabkan dia merasa sedih tidak terkatakan. Benih yang baik pasti bebas dari lalang. Petani itu telah menaburkan benih yang baik di ladangnya (cerita ini tidak mementingkan kapan dan bagaimana benih itu ditaburkan), Segera sesudah dia menyelesaikan tugas menabur benih gandum di musim dingin, musuhnya datang. Dia datang di dalam kegelapan, sementara semua orang sedang tidur, dan menaburkan benih lalang di antara gandum. Tentu saja dia tidak menutupi semua ladang dengan lalang. Dia menaburkan benih lalang itu di sana-sini, Tidak ada seorang pun yang tahu sampai musim semi tiba di mana lalang itu tumbuh di antara tanaman gandum. Lalang kelihatannya sangat mirip dengan gandum. Pada saat tanaman mengeluarkan bongkolnya, barulah orang bisa membedakan lalang dan gandum - "Jadi dari buahnyalah kamu akan men genal mereka" (Matius 7:20).
Pada waktu mengetahui hal itu, sudah tidak mungkin lagi melakukan sesuatu. Seseorang yang berjalan di ladang gandum untuk membuang lalang, akan menginjak-injak gandum. Lagipula, akar gandum dan lalang saling terjalin satu dengan yang lain sehingga kalau lalang dicabut maka gandumnya akan tercabut juga.
Hamba-hamba petani mengingatkan supaya waspada dengan masalah tersebut dan menunjukkan keinginannya melakukan sesuatu. Mereka ingin mengetahui dari mana asal benih itu. Petani itu hanya memberitahu mereka bahwa seorang musuh yang melakukannya dan mereka harus membiarkan lalang itu sampai waktu panen. Pada waktu panen itulah para penuai akan menerima instruksi untuk mengumpulkan lalang, mengikatnya berberkas-berkas, dan mengumpulkan gandum untuk persediaan di gudang. Petani akan menggunakan berkas-berkas lalang - benih dan jerami - sebagai bahan bakar. Karena itu dia dapat mengubah kerugian menjadi keuntungan: sebagai persediaan bahan bakar untuk musim dingin.
Meskipun begitu, petani tersebut mengalami situasi yang paling buruk. Dia tahu bahwa lalang telah mengambil kelembaban udara dan vitamin yang seharusnya diambil oleh tanaman gandum. Hasil panennya menjadi berkurang dari yang dia harapkan. Kendatipun dia memiliki semua keterampilan bertani, dia tidak dapat membuat perbedaan an tara lalang dan gandum sampai tanaman mulai mengeluarkan bongkolnya dan saat panen telah dekat. Akhirnya setelah berbulan-bulan petani itu melakukan pekerjaannya, dia menyadari bahwa musuhnya mempunyai akal buruk menyerang dia. Dia harus menghadapi konsekuensi-konsekuensi dari reneana buruk yang dilakukan oleh musuhnya.
Penafsiran :
Matius 13:36-43
“Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Menurut Matius, murid-murid Yesus menanyakan penjelasan dari perumpamaan tentang lalang. Beberapa kata penjelasan diberikan secara relatif. Penjelasan dalam bentuk paradigma tersebut dapat dibaca sebagai berikut:
1. "Orang yang menabur benih yang baik : adalah Anak Manusia,
2. ladang : adalah dunia, dan
3. benih yang baik : adalah anak-anak Kerajaan
4. lalang : adalah anak-anak si jahat
5. musuh yang menaburkan benih lalang : adalah iblis
6. Waktu menuai : adal;ah akhir zaman, dan
7. para penuai : adalah malaikat"
Meskipun penafsiran dari perumpamaan ini diberikan oleh Yesus, tetapi komposisi penjelasannya adalah tulisan Matius. Matius mengambil pengajaran Yesus dan menyusun kata-katanya di dalam sebuah daftar yang terdiri atas tujuh konsep. (Menyusun nama dan data merupakan karakteristik dari Matius, sebagai bukti dari pasal pertama dari Injilnya.)
Di dalam penafsirannya tidak disebutkan adanya fakta bahwa musuh datang ketika orang sedang tidur. Juga referensi untuk pertumbuhan dan pendewasaan gandum dan lalang dihilangkan, tidak ada sesuatu pun yang dikatakan mengenai pengumpulan gandum di gudang dan berkas-berkas gandum yang akan dibakar. Yesus menghilangkan referensi tentang pekerja di dalam penafsirannya. Ia melakukan hal ini mungkin untuk memusatkan perhatian kepada arti perumpamaan yang lebih dalam: konflik an tara yang baik dan yang buruk, antara Allah dan setan. Dan di dalam konflik ini setan kalah di dalam peperangan. Lagipula, percakapan antara hamba-hamba dan petani sepertinya tidak penting bagi penafsiran perumpamaan ini. Percakapan dihilangkan; referensi untuk percakapan diberikan secara singkat di mana bagian yang dipentingkan adalah pencabutan lalang dan membakarnya dengan api (Matius 13:40). Sebenarnya, kesimpulan dari penafsiran ini adalah sebuah pandangan tentang sesuatu yang akan datang pada akhir zaman. Akibatnya Yesus mengatakan, "Seperti yang tertulis di dalam Perjanjian Lama, Aku akan mengatakan apa yang akan terjadi."
Matius 13:41-43
“Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Seperti biasa, pengajaran Yesus merefleksikan Alkitab Perjanjian Lama secara langsung maupun tidak langsung. Ketika Yesus berbicara mengenai lalang yang dibuang dari Kerajaan-Nya yaitu segala sesuatu yang menyebabkan dosa dan mereka yang berbuatjahat, Yesus menunjuk kepada nubuat nabi Zefanya: "Aku akan menyapu bersih segala-galanya dari atas muka bumi, ... manusia dan hewan" (1:2, 3). Frasa "Mereka akan dilemparkan ke dalam perapian yang menyala" mirip dengan Daniel 3:6, " ... dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala." Konsepnya sendiri sama dengan Maleakhi 4:1, "Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik ... " Kalimat, "Kemudian orang benar akan bercahaya seperti matahari," mirip dengan Daniel 12:3, "Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya." Dan supaya lengkap, kita seharusnya juga melihat ke Maleakhi 4:2, "Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran ... "
Penafsiran Yesus menyampaikan bunyi Firman dengan tepat dan perasaan para nabi yang bergema. Perumpamaan ten tang lalang ini sebenarnya merupakan sebuah perumpamaan di mana Yesus mengajarkan tentang penghakiman yang akan tiba; yang lebih baik disebut sebagai perumpamaan tentang penuaian.
Hamba-hamba berharap bisa mencabut lalang, meskipun mereka akan berada di dalam proses mencabut gandum juga - sistem akar dari lalang-lalang itu jauh lebih mudah berkembang daripada gandum. Tetapi petani tersebut mengatakan: tunggu sampai panen tiba, kemudian para penuai akan memisahkan lalang dari gandum.
Petani tersebut mengenal bisnisnya. Jika dia mengizinkan hamba-hambanya mencabut lalang, dia akan kehilangan hasil gandumnya, karena tanaman gandum tidak dapat dipisahkan dari lalang. Jika dia kehilangan panennya, petani tersebut akan membuat musuhnya merasa puas seperti yang dia inginkan.
Lalang adalah anak-anak si jahat dan benih yang baik adalah anak¬anak Kerajaan. Bagaimana keduanya - jahat dan baik - menjadi dewasa, tidak dijelaskan, dan untuk menemukan jawabannya kita harus melakukannya dengan baik, dan jawabannya bukan di luar perumpamaan ini.
Petani tersebut tidak dapat mengambillangkah-Iangkah untuk memperbaiki situasi, sementara itu lalang dan gandum terus bertumbuh dan menjadi dewasa. Ketidakmampuan ini bukan karena sikap mengabaikan. Sebaliknya, petani itu sungguh-sungguh mengontrol situasi, menunggu sampai situasi reda. Dia mengetahui apa yang harus dia lakukan. Dia mengetahui dari mana asalnya lalang-lalang tersebut dan bagaimana ditaburkan di atas ladangnya - pada waktu malam, sementara semua orang sedang tidur.
Di dalam menafsirkan perumpamaan itu Yesus mengatakan bahwa petani yang menabur benih yang baik itu adalah Anak Manusia. Anak Manusia adalah Yesus sendiri, yang menjadi sama dengan manusia dan mengambil rupa seorang hamba (Filipi 2: 7,8 ). Dia telah datang untuk menaburkan benih yang baik yaitu anak-anak Kerajaan, manusia baru di dalam Kristus. Ladang di mana benih itu ditaburkan adalah dunia ini. Dunia di mana drama tentang yang baik dan yang jahat terjadi. Musuh yang menabur benih lalang adalah setan, dan lalang-Ialang tersebut adalah anak-anak si jahat.
Menarik untuk dicatat bahwa ladang yaitu dunia ini adalah milik petani - yaitu Yesus. Di atas ladang tumbuh gandum dan lalang. Tidak menjadi masalah di mana manusia tinggal di bumi ini, di mana pun dia hidup akan menemukan dirinya sendiri berada di atas harta milik Yesus. Manusia bisa menjadi keduanya yaitu gandum dan lalang, bisa menjadi gandum atau lalang atau yang lainnya. Manusia bisa menjadi anak Kerajaan atau menjadi anak si jahat. Keduanya yaitu gandum dan lalang menjadi dewasa sampai petani mengirimkan penuai ke ladang.
Ketika akhir zaman tiba, penuai yaitu malaikat-malaikat Allah, memisahkan yang baik dari yang jahat, gandum dari lalang, anak¬anak Kerajaan dari anak-anak si jahat. Di dalam konflik antara Allah dan setan, setan kalah. Benihnya setan - segala sesuatu yang menyebabkan dosa dan mereka yang berbuat jahat - dicabut dan dicampakkan ke dalam dapur api. Sebaliknya, anak-anak Kerajaan akan bercahaya seperti matahari di dalam Kerajaan Bapanya. Mereka adalah orang-orang benar. Mereka diberkati. Mereka abadi.
Aplikasi :
Perumpamaan Yesus mengkontraskan antara yang baik dan yang buruk, dan mengajarkan bahwa pada akhirnya yang baik akan menang. Di dalam perumpamaan ini, hamba-hambanya bertanya ten tang asalnya lalang kepada petani tersebut: "Darimana lalang-lalang itu berasal?" Petani itu memberikan jawaban yang pendek dan tepat:
"Musuh yang melakukan hal ini." Sebenarnya hamba-hamba tersebut ingin melampiaskan kemarahannya terhadap musuh itu, tetapi mereka justru mengalihkan perhatian dari lalang-lalang itu, dan mereka ingin mengetahui apakah keinginan mereka mencabut lalang-lalang itu terpenuhi. Petani itu mengatakan, "Tidak, tunggu!"
Hamba-hamba tersebut merefleksikan ketidaksabaran orang-orang Kristen di dalam Kerajaan Allah. Di bawah bendera menjaga kemurnian gereja, orang-orang percaya yang penuh semangat telah menyebabkan kerusakan yang tidak terkatakan dengan menghakimi pengikut-pengikut Kristen dan melepaskan mereka dari gereja.
Beberapa tukang kebun mengetahui bahwa ada saat di mana tidak mungkin membedakan antara tanaman yang menghasilkan bunga yang indah dan tanaman yang berupa lalang yang mengganggu. Di dalam kata-kata sajak kuno,
Tidak ada orang yangsedemikian baik di dalam keburukan kita, Dan tidak ada orang sedemikian buruk di dalam kebaikan kita, Hampir tidak dapat menjadi seperti diri kita Untuk berbicara tentang ketenangan diri kita.
Tidak setiap orang harus mengerti perumpamaan yang mengajarkan penghapusan atau penghinaan terhadap disiplin dalam melaksanakan dan menggunakan hukum. Sebaliknya, Alkitab mengajarkan jauh lebih jelas bahwa disiplin harus dipelihara dan hukum itu sendiri harus ditegakkan. Yesus mengajarkan doktrin disiplin di dalam Matius 18:15-17 secara eksplisit. Dia menggarisbawahi proses ini dengan menunjukkan bahwa disiplin harus dilaksanakan tetapi di dalam kasih dan roh lemah lembut. Dan proses tersebut harus dimulai dengan hati-hati dan sabar. Disiplin harus selalu bertujuan menyelamatkan dan memperbaiki orang yang terlibat.
Paulus di dalam Roma 13 mengajarkan bahwa "Pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat" (13:1-3). Allah telah memberikan wewenang kepada penguasa-penguasa untuk melaksanakan hukum, menghukum pelaku kejahatan dan mencegah kejahatan.
Tetapi perumpamaan ini mengajar kita untuk sabar dan tidak main hakim sendiri. "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karen a kedatangan Tuhan sudah dekat! Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu" (Yakobus 5:8,9).
Di bagian pertama perumpamaan ini meninggalkan kesan bahwa ada dua macam orang di dunia ini, yaitu baik dan jahat, dan orang yang baik akan selalu tetap baik dan orang yang jahat selalu tetap jahat. Tetapi kesan ini tidak seluruhnya benar. Alkitab tidak mengajarkan bahwa Allah menciptakan orang yang baik dan setan menciptakan orang yang jahat. Allah menciptakan manusia - mereka adalah pekerjaan tangan-Nya - dan Dia melahirkan kembali mereka yang telah di pilih melalui karya Roh Kudus-Nya yang penuh kasih karunia. Orang-orang yang jahat telah dirusak oleh setan dan digunakan oleh setan untuk mempengaruhi umat Allah yang telah dilahirkan kembali, meskipun mereka diciptakan oleh Allah. Mereka adalah lalang di antara gandum. Lalang dan gandum bertumbuh berdampingan sampai saat menuai. Kemudian mereka akan dipisahkan.
Perumpamaan lalang berisi daftar istilah-istilah yang padat yang mirip dengan daftar kata-kata. Kesederhanaan yang tampak jelas di dalam menjelaskan istilah-istilah menjadi sebuah tantangan untuk melakukan hal yang sama seperti yang Yesus ajarkan di dalam perumpamaan-perumpamaan lain. Banyak komentator melihat hal ini sebagai undangan terbuka untuk menjelaskan perumpamaan seperti yang dilakukan oleh Yesus. Contohnya, beberapa komentator di dalam menjelaskan perumpamaan ten tang lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh pada zaman gereja mula-mula (Matius 25:1-13), memberikan bermacam-macam penjelasan untuk kata minyak. Bagi Hilary, minyak adalah buah dari perbuatan yang baik; bagi Augustine, minyak menunjukkan sukacita; Chrysostom mengatakan bahwa minyak berarti memberikan bantuan bagi mereka yang memerlukan; dan Origen mempertimbangkan minyak sebagai kata pengajaran.
Tentu saja komentator-komentator tersebut tidak memiliki hikmat di dalam menafsirkan perumpamaan-perumpamaan seperti yang ditunjukkan oleh Yesus. Karena itu mereka seharusnya berhati-hati, supaya tidak memasukkan pemikiran-pemikiran dan konsep-konsep ke dalam sebuah perumpamaan, yang tidak dimaksudkan oleh perumpamaan tersebut. Akhirnya, mereka harus menemukan pengajaran dasar di dalam perumpamaan itu sendiri atau di dalam konteksnya, dan membatasi penafsiran mereka pada hal yang disampaikan perumpamaan tersebut.
Tuhan Memberkati
SHARED BY
LOG
“Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Seperti biasa, pengajaran Yesus merefleksikan Alkitab Perjanjian Lama secara langsung maupun tidak langsung. Ketika Yesus berbicara mengenai lalang yang dibuang dari Kerajaan-Nya yaitu segala sesuatu yang menyebabkan dosa dan mereka yang berbuatjahat, Yesus menunjuk kepada nubuat nabi Zefanya: "Aku akan menyapu bersih segala-galanya dari atas muka bumi, ... manusia dan hewan" (1:2, 3). Frasa "Mereka akan dilemparkan ke dalam perapian yang menyala" mirip dengan Daniel 3:6, " ... dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala." Konsepnya sendiri sama dengan Maleakhi 4:1, "Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik ... " Kalimat, "Kemudian orang benar akan bercahaya seperti matahari," mirip dengan Daniel 12:3, "Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya." Dan supaya lengkap, kita seharusnya juga melihat ke Maleakhi 4:2, "Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran ... "
Penafsiran Yesus menyampaikan bunyi Firman dengan tepat dan perasaan para nabi yang bergema. Perumpamaan ten tang lalang ini sebenarnya merupakan sebuah perumpamaan di mana Yesus mengajarkan tentang penghakiman yang akan tiba; yang lebih baik disebut sebagai perumpamaan tentang penuaian.
Hamba-hamba berharap bisa mencabut lalang, meskipun mereka akan berada di dalam proses mencabut gandum juga - sistem akar dari lalang-lalang itu jauh lebih mudah berkembang daripada gandum. Tetapi petani tersebut mengatakan: tunggu sampai panen tiba, kemudian para penuai akan memisahkan lalang dari gandum.
Petani tersebut mengenal bisnisnya. Jika dia mengizinkan hamba-hambanya mencabut lalang, dia akan kehilangan hasil gandumnya, karena tanaman gandum tidak dapat dipisahkan dari lalang. Jika dia kehilangan panennya, petani tersebut akan membuat musuhnya merasa puas seperti yang dia inginkan.
Lalang adalah anak-anak si jahat dan benih yang baik adalah anak¬anak Kerajaan. Bagaimana keduanya - jahat dan baik - menjadi dewasa, tidak dijelaskan, dan untuk menemukan jawabannya kita harus melakukannya dengan baik, dan jawabannya bukan di luar perumpamaan ini.
Petani tersebut tidak dapat mengambillangkah-Iangkah untuk memperbaiki situasi, sementara itu lalang dan gandum terus bertumbuh dan menjadi dewasa. Ketidakmampuan ini bukan karena sikap mengabaikan. Sebaliknya, petani itu sungguh-sungguh mengontrol situasi, menunggu sampai situasi reda. Dia mengetahui apa yang harus dia lakukan. Dia mengetahui dari mana asalnya lalang-lalang tersebut dan bagaimana ditaburkan di atas ladangnya - pada waktu malam, sementara semua orang sedang tidur.
Di dalam menafsirkan perumpamaan itu Yesus mengatakan bahwa petani yang menabur benih yang baik itu adalah Anak Manusia. Anak Manusia adalah Yesus sendiri, yang menjadi sama dengan manusia dan mengambil rupa seorang hamba (Filipi 2: 7,8 ). Dia telah datang untuk menaburkan benih yang baik yaitu anak-anak Kerajaan, manusia baru di dalam Kristus. Ladang di mana benih itu ditaburkan adalah dunia ini. Dunia di mana drama tentang yang baik dan yang jahat terjadi. Musuh yang menabur benih lalang adalah setan, dan lalang-Ialang tersebut adalah anak-anak si jahat.
Menarik untuk dicatat bahwa ladang yaitu dunia ini adalah milik petani - yaitu Yesus. Di atas ladang tumbuh gandum dan lalang. Tidak menjadi masalah di mana manusia tinggal di bumi ini, di mana pun dia hidup akan menemukan dirinya sendiri berada di atas harta milik Yesus. Manusia bisa menjadi keduanya yaitu gandum dan lalang, bisa menjadi gandum atau lalang atau yang lainnya. Manusia bisa menjadi anak Kerajaan atau menjadi anak si jahat. Keduanya yaitu gandum dan lalang menjadi dewasa sampai petani mengirimkan penuai ke ladang.
Ketika akhir zaman tiba, penuai yaitu malaikat-malaikat Allah, memisahkan yang baik dari yang jahat, gandum dari lalang, anak¬anak Kerajaan dari anak-anak si jahat. Di dalam konflik antara Allah dan setan, setan kalah. Benihnya setan - segala sesuatu yang menyebabkan dosa dan mereka yang berbuat jahat - dicabut dan dicampakkan ke dalam dapur api. Sebaliknya, anak-anak Kerajaan akan bercahaya seperti matahari di dalam Kerajaan Bapanya. Mereka adalah orang-orang benar. Mereka diberkati. Mereka abadi.
Aplikasi :
Perumpamaan Yesus mengkontraskan antara yang baik dan yang buruk, dan mengajarkan bahwa pada akhirnya yang baik akan menang. Di dalam perumpamaan ini, hamba-hambanya bertanya ten tang asalnya lalang kepada petani tersebut: "Darimana lalang-lalang itu berasal?" Petani itu memberikan jawaban yang pendek dan tepat:
"Musuh yang melakukan hal ini." Sebenarnya hamba-hamba tersebut ingin melampiaskan kemarahannya terhadap musuh itu, tetapi mereka justru mengalihkan perhatian dari lalang-lalang itu, dan mereka ingin mengetahui apakah keinginan mereka mencabut lalang-lalang itu terpenuhi. Petani itu mengatakan, "Tidak, tunggu!"
Hamba-hamba tersebut merefleksikan ketidaksabaran orang-orang Kristen di dalam Kerajaan Allah. Di bawah bendera menjaga kemurnian gereja, orang-orang percaya yang penuh semangat telah menyebabkan kerusakan yang tidak terkatakan dengan menghakimi pengikut-pengikut Kristen dan melepaskan mereka dari gereja.
Beberapa tukang kebun mengetahui bahwa ada saat di mana tidak mungkin membedakan antara tanaman yang menghasilkan bunga yang indah dan tanaman yang berupa lalang yang mengganggu. Di dalam kata-kata sajak kuno,
Tidak ada orang yangsedemikian baik di dalam keburukan kita, Dan tidak ada orang sedemikian buruk di dalam kebaikan kita, Hampir tidak dapat menjadi seperti diri kita Untuk berbicara tentang ketenangan diri kita.
Tidak setiap orang harus mengerti perumpamaan yang mengajarkan penghapusan atau penghinaan terhadap disiplin dalam melaksanakan dan menggunakan hukum. Sebaliknya, Alkitab mengajarkan jauh lebih jelas bahwa disiplin harus dipelihara dan hukum itu sendiri harus ditegakkan. Yesus mengajarkan doktrin disiplin di dalam Matius 18:15-17 secara eksplisit. Dia menggarisbawahi proses ini dengan menunjukkan bahwa disiplin harus dilaksanakan tetapi di dalam kasih dan roh lemah lembut. Dan proses tersebut harus dimulai dengan hati-hati dan sabar. Disiplin harus selalu bertujuan menyelamatkan dan memperbaiki orang yang terlibat.
Paulus di dalam Roma 13 mengajarkan bahwa "Pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat" (13:1-3). Allah telah memberikan wewenang kepada penguasa-penguasa untuk melaksanakan hukum, menghukum pelaku kejahatan dan mencegah kejahatan.
Tetapi perumpamaan ini mengajar kita untuk sabar dan tidak main hakim sendiri. "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karen a kedatangan Tuhan sudah dekat! Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu" (Yakobus 5:8,9).
Di bagian pertama perumpamaan ini meninggalkan kesan bahwa ada dua macam orang di dunia ini, yaitu baik dan jahat, dan orang yang baik akan selalu tetap baik dan orang yang jahat selalu tetap jahat. Tetapi kesan ini tidak seluruhnya benar. Alkitab tidak mengajarkan bahwa Allah menciptakan orang yang baik dan setan menciptakan orang yang jahat. Allah menciptakan manusia - mereka adalah pekerjaan tangan-Nya - dan Dia melahirkan kembali mereka yang telah di pilih melalui karya Roh Kudus-Nya yang penuh kasih karunia. Orang-orang yang jahat telah dirusak oleh setan dan digunakan oleh setan untuk mempengaruhi umat Allah yang telah dilahirkan kembali, meskipun mereka diciptakan oleh Allah. Mereka adalah lalang di antara gandum. Lalang dan gandum bertumbuh berdampingan sampai saat menuai. Kemudian mereka akan dipisahkan.
Perumpamaan lalang berisi daftar istilah-istilah yang padat yang mirip dengan daftar kata-kata. Kesederhanaan yang tampak jelas di dalam menjelaskan istilah-istilah menjadi sebuah tantangan untuk melakukan hal yang sama seperti yang Yesus ajarkan di dalam perumpamaan-perumpamaan lain. Banyak komentator melihat hal ini sebagai undangan terbuka untuk menjelaskan perumpamaan seperti yang dilakukan oleh Yesus. Contohnya, beberapa komentator di dalam menjelaskan perumpamaan ten tang lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh pada zaman gereja mula-mula (Matius 25:1-13), memberikan bermacam-macam penjelasan untuk kata minyak. Bagi Hilary, minyak adalah buah dari perbuatan yang baik; bagi Augustine, minyak menunjukkan sukacita; Chrysostom mengatakan bahwa minyak berarti memberikan bantuan bagi mereka yang memerlukan; dan Origen mempertimbangkan minyak sebagai kata pengajaran.
Tentu saja komentator-komentator tersebut tidak memiliki hikmat di dalam menafsirkan perumpamaan-perumpamaan seperti yang ditunjukkan oleh Yesus. Karena itu mereka seharusnya berhati-hati, supaya tidak memasukkan pemikiran-pemikiran dan konsep-konsep ke dalam sebuah perumpamaan, yang tidak dimaksudkan oleh perumpamaan tersebut. Akhirnya, mereka harus menemukan pengajaran dasar di dalam perumpamaan itu sendiri atau di dalam konteksnya, dan membatasi penafsiran mereka pada hal yang disampaikan perumpamaan tersebut.
Tuhan Memberkati
SHARED BY
LOG
No comments:
Post a Comment