Matius 13:45-46
"Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari
mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun
pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."
Di dalam kisah seri tujuh perumpamaan, Matius sungguh-sungguh menguraikan
secara luas kedua perumpamaan yang pertama, yaitu perumpamaan ten tang seorang
penabur, dan perumpamaan tentang lalang di antara gandum. Kedua perumpamaan itu
masing-masing diberikan penafsirannya. Lima perumpamaan yang lain lebih singkat
dan langsung menjelaskan tentang isinya. Kedua perumpamaan tentang harta yang
terpendam dan tentang mutiara yang berharga masing-masing terdiri atas dua
kalimat; dan bagian dari kalimat pertama dari masing-masing perumpamaan ini
selalu ada frasa pendahuluan, "Kerajaan Surga seperti ... " Tentu
saja, hal pokok dari perumpamaan ini ditemukan di dalam kalimat kedua.
Kedua perumpamaan ini hanya terdapat di dalam Injil Matius dan berbentuk
pasangan. Tidak diketahui apakah Yesus mengajarkan kedua perumpamaan ini secara
berurutan atau apakah Matius yang menyusun materinya secara topikal dan
menempatkan kedua perumpamaan itu bersama-sama: tetapi kenyataannya keduanya
ditulis secara bersama-sama.
Dapat dikatakan bahwa kalimat pendahuluan dari kedua perumpamaan sangat tidak
seimbang. Di satu sisi Kerajaan Surga seperti harta, dan di lain pihak seperti
seorang pedagang. Kita tidak boleh mendekati kedua perumpamaan ini dengan pola
pikir Barat yang analitis. Kita harus mencoba memahami arti dasarnya seperti
yang dimengerti oleh para murid sebagai orang pertama yang mendengar
perumpamaan-perumpamaan ini.
Latar Belakang Perumpamaan
Yesus menceritakan perumpamaan tentang seseorang yang menemukan harta yang
terpendam di ladang. Dengan cepat dia menguburkan kembali harta tersebut dan
pulang ke rumah dengan senang dan menjual semua yang dia miliki supaya bisa
membeli ladang tersebut.
Anak-anak sering berfantasi seandainya mereka menemukan harta terpendam di
beberapa ladang atau di beberapa bangunan tua atau gudang yang tidak
diperhatikan oleh banyak orang. Di dalam masyarakat kita yang sudah
berpengalaman dalam hal-hal duniawi, kita menyebut hal ini tidak realistis;
kita berpikir bahwa hal yang demikian tidak akan terjadi lagi. Meskipun
penemuan-penemuan terus dilakukan dari waktu ke waktu: seorang anak penggembala
menemukan gulungan surat perkamen yang sudah berusia ribuan tahun di dekat Laut
Mati; seorang penyelam menemukan emas dan perak yang berada di dalam kapal
Spanyol yang tenggelam di abad ke tujuh belas di dasar Laut Florida; seorang
petani di Suffolk, Inggris, menemukan sebuah kontainer yang berisi piring perak
indah zaman Romawi ketika sedang mencangkul ladangnya.
Sebuah harta terpendam di dalam ladang. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak
dapat dijawab adalah siapa yang meletakkan harta tersebut di sana dan sudah
berapa lama harta itu diletakkan. Kita tahu bahwa pada zaman Palestina dahulu,
sebuah negara seringkali dirusak oleh perang, mereka sering menyembunyikan
harta atau sebagian dari harta mereka di ladang dan tidak di dalam rumah.
Peneuri dapat menemukan harta di dalam rumah; harta tersebut akan lebih aman di
ladang. Tetapi jika pemiliknya terbunuh selama perang, dia akan membawa rahasia
tersebut ke kuburan, dan tidak seorang pun tahu di mana dia menyembunyikan
harta tersebut.
Orang yang menemukan harta yang terpendam itu mungkin adalah orang bayaran
atau seorang penyewa. Dia mungkin sedang meneangkulladang, menggali parit, atau
menanam pohon. Apapun pekerjaannya, dia menyentuh sesuatu di dalam tanah dan
tidak berbunyi, seperti sebuah batu. Dia menggalinya keluar dan menemukan
sebuah harta terpendam. Kita tidak diberitahu harta apa itu, tetapi orang itu
tereengang. Dia tidak pernah melihat harta yang sedemikian berharga sebelumnya.
Harta tersebut dapat menjadi miliknya bila dia memiliki ladang itu.
Orang tersebut telah membuat sebuah rencana dengan cepat. Dia segera meletakkan
kembali harta tersebut ke asalnya, menutupinya dan pulang ke rumah. Dia tahu
bahwa pemilik ladang yang sekarang tidak meletakkan hartanya di ladang itu.
Karena itu jika pemilik ladang tersebut menjual ladangnya, dia akan memiliki
harta tersebut di tanah miliknya sendiri. Kemudian harta itu benar-benar akan
menjadi miliknya. Dia memerlukan uang dan berkeinginan untuk menjual semua
yang dia miliki. Orang mungkin akan terkejut menyaksikan keputusannya yang
tergesa-gesa; tetapi orang tersebut mengetahui apa yang sedang dia lakukan. Dia
bisa membeli ladang dengan uang hasil penjualan semua miliknya tersebut untuk
mendapatkan harta yang terpendam.
Matius mencatat perumpamaan Yesus tentang harta yang terpendam dengan
menggunakan kuas verbalnya. Seorang pedagang mencari mutiara dan menemukan satu
mutiara yang sangat berharga. Dia pergi untuk menjual semua yang dimilikinya
dan membeli mutiara itu.
Cerita itu paralel dengan laki-laki yang menemukan harta terpendam.
Dedikasi yang sama ditemukan di dalam kedua perumpamaan ini. Masing-masing
orang pasti memiliki objek yang diinginkannya me skip un harus dibayar dengan
kehidupannya. Kedua orang tersebut seeara harfiah menjual semua yang mereka
miliki supaya mendapatkan harta atau mutiara.
Mutiara tampaknya tidak dikenal pada zaman Perjanjian Lama, tetapi mutiara
telah menjadi simbol status orang kaya pada abad pertama di zaman kekristenan. Yesus menceritakan kepada pendengarnya, "Jangan kamu melemparkan
mutiaramu kepada babi" (Matius 7:6), dan Paulus mengharapkan wanita pada
zaman itu untuk berpakaian sederhana, "Rambutnya jangan berkepang-kepang,
jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal" (l
Timotius 2:9). Di dalam Kitab Wahyu suara dari surga menga takan, "Dan pedagang-pedagang
di bumi menangis dan berkabung karena dia, sebab tidak ada orang lagi yang
membeli barang-barang mereka, yaitu barang-barang dagangan dari emas dan perak,
permata dan mutiara," (Wahyu 18:11, 12).
Pada zaman Yesus dan para Rasul, mutiara sangat diminati. Pedagang-pedagang
harus pergi ke Laut Merah, Teluk Persia, dan juga ke India untuk mendapatkan
mutiara. Mutiara yang rendah mutunya berasal dari Laut Merah; mutiara yang
berasal dari Teluk Persia, pesisir Sri Lanka dan India lebih bagus mutunya.
Seorang pedagang harus mengadakan perjalanan di dalam pencariannya untuk
mendapatkan mutiara yang lebih besar dan lebih baik.
Orang yang digambarkan oleh Yesus, sedang mencari mutiara yang baik. Kita
tidak mengetahui berapa jauh dia telah mengadakan perjalanan, tetapi pada hari
yang ditentukan dia menemukan sebuah mutiara yang istimewa yang bernilai besar.
Bagi dia, penemuan ini merupakan sebuah kesempatan di dalam kehidupannya. Dia
tidak akan bahagia sampai mutiara tersebut menjadi miliknya. Dia
mempertimbangkannya kembali, membuat semua kalkulasi, mengevaluasi kekayaannya,
dan memutuskan untuk menjual semua miliknya supaya bisa membeli satu mutiara
yang sempurna.
Pedagang tersebut tidak merundingkan pencarian mutiara yang sempurna itu
dengan pencari mutiara yang lain, karena dia mencari mutiara melalui jalur yang
biasa dilakukan. Pada waktu itulah dia menemukan mutiara yang terbaik yang
belum pernah dilihatnya. Seperti orang yang menemukan harta terpendam, pedagang
itu tiba-tiba menemukan mutiara. Dia harus segera memutuskan untuk menjual
semua harta dan membeli ladang tersebut atau dia tidak akan pernah mendapatkan
mutiara itu. Seorang pedagang yang serius, sementara dia membuat transaksi, dia
tidak akan memalingkan wajahnya. Bila mutiara tersebut menjadi miliknya, dia
akan merayakannya.
"Tidak baik! Tidak baik!", kata si pembeli tetapi begitu ia
pergi, ia memuji dirinya. (Amsal 20:14)
Aplikasi
Teman-teman dan kenalan-kenalan dari kedua orang di dalam perumpamaan ini
pasti terheran-heran ketika mereka melihat bahwa kedua orang itu menjual segala
sesuatu yang dimilikinya. Mereka pasti terkejut ketika menyaksikan milik kedua
orang tersebut telah kembali segera sesudah itu. Dan mereka akan merasa hormat;
orang-orang itu tahu apa yang sedang mereka lakukan.
Tetapi, kedua orang tersebut tidak berspekulasi. Di dalam menjual tanah dan
membeli mutiara tidak ada resiko; barang yang dibeli nilai nya tidak akan
berubah. Apa yang mereka lakukan sangat masuk aka!' Mereka secara kebetulan
menemukan barang-barang tersebut. Alangkah bodohnya kalau mereka mengabaikan
begitu saja penemuan itu. Kesempatan dibukakan di hadapan mereka, yang harus
mereka lakukan adalah mendapatkan harta terpendam dan mutiara itu.
Kedua orang tersebut tidak mengorbankan apa-apa di dalam membeli ladang dan
mutiara, meskipun mereka harus menjual segala sesuatu yang mereka miliki.
"Ada perbedaan dasar antara harga beli dengan sebuah pengorbanan.
Pembelian diarahkan untuk mendapatkan benda dengan nilai yang sama. Sebaliknya
pengorbanan adalah suatu pemberian tanpa mengharapkan imbalan." Kedua
orang itu yaitu orang yang menemukan harta terpendam maupun pedagang mutiara
membayar barang-barang itu dengan harga yang sepadan. Mereka mendengar
terbukanya kesempatan dan siap membayar harganya. Mereka memberikan semua yang
mereka miliki supaya mendapatkan satu barang yang mereka inginkan.
Kemudian apa yang diajarkan oleh perumpamaan ini? Bapa-bapa gereja seperti
Irenaeus dan Augustine mengidentifikasikan harta terpendam dan mutiara dengan
Kristus. Mereka melihat dengan benar. Orang-orang yang baru bertobat mengatakan
hal yang sama: "Saya telah menemukan Kristus." Seorang Kristen yang masih
muda tiba-tiba menemukan Kristus. Dia kembali ke lingkungannya dengan dipenuhi
sukacita, berhenti dari gaya hidupnya, dan setia kepada Tuhan sepenuhnya.
Beberapa orang menjual bisnis mereka untuk masuk ke pendidikan teologi,
ditahbiskan, dan diutus sebagai pendeta atau misionaris demi Injil Kristus.
Kristuslah yang menawarkan harta terpendam dan mutiara bagi mereka yang
sedang melakukan perjalanan di dalam kehidupannya. Beberapa orang sedang
meneliti. Beberapa lagi sedang mengembara. Tiba-tiba mereka bertemu dengan
Yesus dan menemukan harta terpendam yang tidak ternilai di dalam Dia. Salah
satu respons mereka terhadap Yesus adalah penyerahan diri secara total. Mereka
menjual semua yang mereka miliki dengan penuh sukacita supaya memiliki Yesus.
Tentu saja, keselamatan adalah penuh, cuma-cuma, serta tidak dapat dibeli.
Keselamatan merupakan suatu pemberian dan Yesus menuntut hati manusia. Di dalam
kata-kata sebuah puisi ditulis:
Tuhan Memberkati
SHARED BY
LOG
No comments:
Post a Comment