Monday, September 17, 2012

Renungan - Perumpaan Pukat

Matius 13:47-50
"Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu pun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.

Perumpamaan tentang pukat hanya ditulis di dalam Injil Matius. Perumpamaan tentang pukat ini merupakan perumpamaan yang sama dengan perumpamaan tentang lalang dan gandum; penafsiran dari keduanya difokuskan pada hari penghakiman. Tetapi terdapat bukti adanya perbedaan yang penting dari kedua perumpamaan tersebut. Yesus menekankan masalah kesabaran di dalam perumpamaan ten tang lalang. Masalah kesabaran ini tidak ada di dalam perumpamaan tentang pukat.

Perumpamaan ten tang lalang jauh lebih deskriptif daripada perumpamaan tentang pukat. Perumpamaan tentang lalang menyebutkan petani, hamba-hamba, dan para penuai, tetapi di dalam perumpamaan tentang pukat ini hanya nelayan dan pekerja-pekerjanya yang dijelaskan. Sesudah petani menan ami tanahnya, lalang ditaburkan ke ladang, sementara itu di danau Galilea ikan yang dapat dimakan dan yang tidak dapat dimakan bercampur menjadi satu. Perumpamaan lalang menjelaskan kondisi ladang pada waktu sekarang dan panen sebagai peristiwa yang terjadi di masa yang akan datang. Sebaliknya, perumpamaan tentang pukat menggambarkan pemisahan ikan berkenaan dengan waktu sekarang.

Menangkap Ikan

Pekerjaan murid-murid Yesus sebagian besar adalah sebagai nelayan daripada sebagai pedagang, mereka telah meninggalkan jala dan perahu mereka untuk mengikut Yesus dan menjadi penjala manusia. Ketika Yesus menceritakan perumpamaan tentang pukat ini kepada mereka, mereka memaharni setiap nuansa dari ceritanya. Yesus menyinggung mata pencaharian mereka sebelumnya.

Salah satu wilayah penangkapan ikan yang terbaik di Israel adalah di tepi utara danau Galilea. Air sungai Yordan yang mengalir dengan deras membawa tumbuh-tumbuhan, dan tumbuh-tumbuhan tersebut terkumpul di teluk di sebelah utaranya. Tumbuh-tumbuhan ini menarik perhatian dan memberi makan populasi berbagai mac am ikan dalam jumlah yang besar. Sekurang-kurangnya ada dua puluh lima spesies asli yang sudah diidentifikasi di danau tersebut.

Meskipun terdapat bermacam-macam metode menangkap ikan pada zaman Yesus, tetapi metode yang agak efektif adalah penggunaan pukat. Tinggi jala kira-kira dua meter dan panjangnya lebih dari seratus meter. Bagian atas jala ditahan oleh beberapa pelampung, dan bagian bawahnya diberi beban. Kadang-kadang nelayan mengikat salah satu ujung jala di pantai sementara sebuah perahu menarik ujung yang lain menuju ke danau, berlayar sekitar setengah lingkaran dan membawa jala tersebut kembali lagi ke pantai. Pada saat yang lain dua perahu keluar dari pantai, membentuk setengah lingkaran dengan jala, menarik jala secara bersama-sama untuk menangkap ikan dan mengumpulkan ikan-ikannya ke dalam perahu. Untuk menggunakan pukat dibutuhkan kerja sarna dari en am orang atau lebih. Sementara beberapa orang mendayung, yang lain menghalau jala atau menarik jala, dan yang lainnya lagi memukul air supaya ikannya masuk ke jala. Nelayan-nelayan yang berpengalaman akan meneoba menemukan tempat yang banyak ikannya sebelum menebarkan jala. Dan sekali jala ditebarkan, nelayan-nelayan tersebut akan menarik semua ikan yang masuk ke dalam jala. Semua yang tertangkap selalu bereampur menjadi satu, karena tentu saja mereka tidak dapat bersikap selektif sementara mereka menangkap ikan.

Jala tersebut akan menarik ikan-ikan yang bisa dimakan maupun yang tidak bisa dimakan, serta ikan yang baik maupun yang buruk. Segala jenis dan ukuran ikan mengelepakkan ekornya pada waktu ditarik ke pantai. Menurut hukum orang Yahudi yang berhubungan dengan makanan, banyak ikan yang dinyatakan tidak bersih. Ikan yang tanpa sirip dan sisik tidak dapat dimakan (Imamat 11:10) dan harus dilemparkan kembali ke air. Ikan-ikan kecil juga harus dilepaskan. Hanya ikan yang bisa dipasarkan yang disimpan dan diletakkan ke dalam kontainer yang cocok. Akhirnya penyortiran ikan di tentukan oleh beratnya tangkapan; tidak seorang pun tahu hasil yang sebenarnya sampai saat penyortiran ikan.

Penjelasan


Yesus menggunakan perumpamaan tentang pukat untuk menggambarkan hari penghakiman. Dia berbicara kepada murid-murid-Nya yang mengenal bagaimana menangkap dan menyortir ikan. Dia berbicara dengan bahasa mereka sehingga bisa mengkomunikasikan sebuah kebenaran rohani seeara efektif. Dan karen a itu Yesus memberikan penafsiran yang singkat tentang perumpamaan ini. "Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi" (Matius 13:49-50). Kata-katanya hampir identik dengan yang diberikan oleh Yesus di dalam perumpamaan tentang gandum dan lalang. "Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi" (Matius 13:40-42).

Penafsiran yang mengatakan bahwa perumpamaan tentang pukat menggunakan istilah-istilah yang tidak tepat, dimana ikan yang tidak bisa dimakan dilemparkan kembali ke dalam air bukan dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala adalah tidak logis. Mungkin seseorang bisa mengatakan dengan mudah bahwa penafsiran perumpamaan tentang gandum dan lalang tidak tepat karena lalang tidak mungkin menggertakkan gigi. Yesus menggunakan bahasa simbolis dan men transfer pesan perumpamaan ini kepada nasib manusia secara rohani: surga atau neraka. Di dalam perumpamaan tentang gandum dan lalang, nasib manusia adalah ke surga di mana orang-orang benar akan bersinar seperti matahari, atau ke neraka di mana terdapat ratapan dan kertakan gigi.

Penafsiran yang diberikan menghilangkan semua rincian penjelasan tentang nelayan-nelayan yang menebarkan jala dan membawa hasil tangkapan mereka ke pantai; hanya pemisahan ikan yang baik dari ikan yang tidak bernilai yang dijelaskan. Karena itu adalah bijaksana untuk tidak memaksakan penafsiran seseorang terhadap rincian dari perumpamaan ini.  Hal-hal yang khusus termasuk ke dalam gambaran secara keseluruhan mengenai hal membawa hasil tangkapan. Jala menjaring semua ikan, dan nelayan-nelayan tidak bisa menyeleksi ikan dengan mudah sementara menarik ikan-ikan ke dalam jala. Jadi pengikut-pengikut Yesus yang ditunjuk sebagai penjala manusia, tidak dapat memilih kapan dan kepada siapa mereka memberitakan Injil. Meminjam susunan kata dari perumpamaan lain, pelayan-pelayan Kristus pergi ke jalan-jalan dan mengumpulkan semua orang yang mereka temui, baik orang yang baik maupun yang jahat (Matius 22:10). Seruan Injil ditujukan kepada semua orang tanpa perbedaan.

Di dalam perumpamaan tentang pukat, nelayan menebar jalanya, mengumpulkan tangkapannya, dan memisahkan ikan-ikannya. Di dalam penafsirannya, malaikatlah yang datang dan memisahkan orang yang jahat dari orang yang benar. Implikasinya adalah bahwa para nelayan juga termasuk di dalam kumpulan orang banyak yang dipilih oleh malaikat-malaikat. Orang-orang jahat dikeluarkan dari kumpulan orang-orang benar.

Istilah jahat meliputi banyak hal; istilah ini menunjuk kepada mereka yang di luarnya setia kepada gereja tetapi di dalamnya tidak mempunyai hubungan dengan gereja yang benar. Mereka mungkin mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli dengan mulut mereka, tetapi di dalam hati mereka tidak mempunyai iman yang benar di dalam Yesus Kristus.

Orang-orang tersebut seperti yang digambarkan di dalam perumpamaan tentang penabur: orang-orang yang mengeraskan hati (pinggir jalan): orang-orang Kristen yang dangkal (tanah yang berbatu-batu): dan pencinta kesenangan dan kemegahan duniawi (semak duri), Mereka ada di dalam gereja tetapi bukan milik gereja. Pada hari penghakiman, malaikat-malaikat Allah akan datang dan memisahkan mereka dari umat Allah, dan melemparkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala yang disediakan bagi mereka.

Apakah yang diajarkan perumpamaan ini? Pengikut-pengikut Yesus, pergilah dan lakukanlah tugasmu sehari-hari: bersaksilah kepada ternan-ternan saudara, siapapun dia; ajaklah mereka ke gereja; ingatkanlah mereka terus menerus akan perlunya iman dan pertobatan; dan arahkanlah perhatian mereka kepada hari penghakiman di mana pada waktu itu dilakukan pemisahan terakhir antara orang jahat dan orang benar.

Matius menutup rangkaian dari tujuh perumpamaan secara tepat (angka tujuh melambangkan kesempurnaan) dengan satu perumpamaan tentang pukat. Sekali lagi perumpamaan terakhir ini menyuarakan tema satu hari dari hari-hari yang sudah ada di mana akan dilaksanakan penghakiman terakhir. Penulis Kitab Ibrani menulis dengan ringkas: "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang ... " (Ibrani 9:27,28).


Tuhan Memberkati

SHARED BY
LOG

No comments:

Post a Comment