Thursday, August 16, 2012

Renungan – Perumpamaan Mutiara yang Berharga

Matius 13:45-46
"Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Di dalam kisah seri tujuh perumpamaan, Matius sungguh-sungguh menguraikan secara luas kedua perumpamaan yang pertama, yaitu perumpamaan ten tang seorang penabur, dan perumpamaan tentang lalang di antara gandum. Kedua perumpamaan itu masing-masing diberikan penafsirannya. Lima perumpamaan yang lain lebih singkat dan langsung menjelaskan tentang isinya. Kedua perumpamaan tentang harta yang terpendam dan tentang mutiara yang berharga masing-masing terdiri atas dua kalimat; dan bagian dari kalimat pertama dari masing-masing perumpamaan ini selalu ada frasa pendahuluan, "Kerajaan Surga seperti ... " Tentu saja, hal pokok dari perumpamaan ini ditemukan di dalam kalimat kedua.


Kedua perumpamaan ini hanya terdapat di dalam Injil Matius dan berbentuk pasangan. Tidak diketahui apakah Yesus mengajarkan kedua perumpamaan ini secara berurutan atau apakah Matius yang menyusun materinya secara topikal dan menempatkan kedua perumpamaan itu bersama-sama: tetapi kenyataannya keduanya ditulis secara bersama-sama.

Dapat dikatakan bahwa kalimat pendahuluan dari kedua perumpamaan sangat tidak seimbang. Di satu sisi Kerajaan Surga seperti harta, dan di lain pihak seperti seorang pedagang. Kita tidak boleh mendekati kedua perumpamaan ini dengan pola pikir Barat yang analitis. Kita harus mencoba memahami arti dasarnya seperti yang dimengerti oleh para murid sebagai orang pertama yang mendengar perumpamaan-perumpamaan ini.


Latar Belakang Perumpamaan
Yesus menceritakan perumpamaan tentang seseorang yang menemukan harta yang terpendam di ladang. Dengan cepat dia menguburkan kembali harta tersebut dan pulang ke rumah dengan senang dan menjual semua yang dia miliki supaya bisa membeli ladang tersebut.


Anak-anak sering berfantasi seandainya mereka menemukan harta terpendam di beberapa ladang atau di beberapa bangunan tua atau gudang yang tidak diperhatikan oleh banyak orang. Di dalam masyarakat kita yang sudah berpengalaman dalam hal-hal duniawi, kita menyebut hal ini tidak realistis; kita berpikir bahwa hal yang demikian tidak akan terjadi lagi. Meskipun penemuan-penemuan terus dilakukan dari waktu ke waktu: seorang anak penggembala menemukan gulungan surat perkamen yang sudah berusia ribuan tahun di dekat Laut Mati; seorang penyelam menemukan emas dan perak yang berada di dalam kapal Spanyol yang tenggelam di abad ke tujuh belas di dasar Laut Florida; seorang petani di Suffolk, Inggris, menemukan sebuah kontainer yang berisi piring perak indah zaman Romawi ketika sedang mencangkul ladangnya.

Sebuah harta terpendam di dalam ladang. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab adalah siapa yang meletakkan harta tersebut di sana dan sudah berapa lama harta itu diletakkan. Kita tahu bahwa pada zaman Palestina dahulu, sebuah negara seringkali dirusak oleh perang, mereka sering menyembunyikan harta atau sebagian dari harta mereka di ladang dan tidak di dalam rumah. Peneuri dapat menemukan harta di dalam rumah; harta tersebut akan lebih aman di ladang. Tetapi jika pemiliknya terbunuh selama perang, dia akan membawa rahasia tersebut ke kuburan, dan tidak seorang pun tahu di mana dia menyembunyikan harta tersebut.

Orang yang menemukan harta yang terpendam itu mungkin adalah orang bayaran atau seorang penyewa. Dia mungkin sedang meneangkulladang, menggali parit, atau menanam pohon. Apapun pekerjaannya, dia menyentuh sesuatu di dalam tanah dan tidak berbunyi, seperti sebuah batu. Dia menggalinya keluar dan menemukan sebuah harta terpendam. Kita tidak diberitahu harta apa itu, tetapi orang itu tereengang. Dia tidak pernah melihat harta yang sedemikian berharga sebelumnya. Harta tersebut dapat menjadi miliknya bila dia memiliki ladang itu.

Orang tersebut telah membuat sebuah rencana dengan cepat. Dia segera meletakkan kembali harta tersebut ke asalnya, menutupinya dan pulang ke rumah. Dia tahu bahwa pemilik ladang yang sekarang tidak meletakkan hartanya di ladang itu. Karena itu jika pemilik ladang tersebut menjual ladangnya, dia akan memiliki harta tersebut di tanah miliknya sendiri. Kemudian harta itu benar-benar akan menjadi miliknya. Dia memerlukan uang dan berkeinginan untuk menjual semua yang dia miliki. Orang mungkin akan terkejut menyaksikan keputusannya yang tergesa-gesa; tetapi orang tersebut mengetahui apa yang sedang dia lakukan. Dia bisa membeli ladang dengan uang hasil penjualan semua miliknya tersebut untuk mendapatkan harta yang terpendam.

Matius mencatat perumpamaan Yesus tentang harta yang terpendam dengan menggunakan kuas verbalnya. Seorang pedagang mencari mutiara dan menemukan satu mutiara yang sangat berharga. Dia pergi untuk menjual semua yang dimilikinya dan membeli mutiara itu.

Cerita itu paralel dengan laki-laki yang menemukan harta terpendam. Dedikasi yang sama ditemukan di dalam kedua perumpamaan ini. Masing-masing orang pasti memiliki objek yang diinginkannya me skip un harus dibayar dengan kehidupannya. Kedua orang tersebut seeara harfiah menjual semua yang mereka miliki supaya mendapatkan harta atau mutiara.

Mutiara tampaknya tidak dikenal pada zaman Perjanjian Lama, tetapi mutiara telah menjadi simbol status orang kaya pada abad pertama di zaman kekristenan. Yesus menceritakan kepada pendengarnya, "Jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi" (Matius 7:6), dan Paulus mengharapkan wanita pada zaman itu untuk berpakaian sederhana, "Rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal" (l Timotius 2:9). Di dalam Kitab Wahyu suara dari surga menga takan, "Dan pedagang-pedagang di bumi menangis dan berkabung karena dia, sebab tidak ada orang lagi yang membeli barang-barang mereka, yaitu barang-barang dagangan dari emas dan perak, permata dan mutiara," (Wahyu 18:11, 12).

Pada zaman Yesus dan para Rasul, mutiara sangat diminati. Pedagang-pedagang harus pergi ke Laut Merah, Teluk Persia, dan juga ke India untuk mendapatkan mutiara. Mutiara yang rendah mutunya berasal dari Laut Merah; mutiara yang berasal dari Teluk Persia, pesisir Sri Lanka dan India lebih bagus mutunya. Seorang pedagang harus mengadakan perjalanan di dalam pencariannya untuk mendapatkan mutiara yang lebih besar dan lebih baik.

Orang yang digambarkan oleh Yesus, sedang mencari mutiara yang baik. Kita tidak mengetahui berapa jauh dia telah mengadakan perjalanan, tetapi pada hari yang ditentukan dia menemukan sebuah mutiara yang istimewa yang bernilai besar. Bagi dia, penemuan ini merupakan sebuah kesempatan di dalam kehidupannya. Dia tidak akan bahagia sampai mutiara tersebut menjadi miliknya. Dia mempertimbangkannya kembali, membuat semua kalkulasi, mengevaluasi kekayaannya, dan memutuskan untuk menjual semua miliknya supaya bisa membeli satu mutiara yang sempurna.

Pedagang tersebut tidak merundingkan pencarian mutiara yang sempurna itu dengan pencari mutiara yang lain, karena dia mencari mutiara melalui jalur yang biasa dilakukan. Pada waktu itulah dia menemukan mutiara yang terbaik yang belum pernah dilihatnya. Seperti orang yang menemukan harta terpendam, pedagang itu tiba-tiba menemukan mutiara. Dia harus segera memutuskan untuk menjual semua harta dan membeli ladang tersebut atau dia tidak akan pernah mendapatkan mutiara itu. Seorang pedagang yang serius, sementara dia membuat transaksi, dia tidak akan memalingkan wajahnya. Bila mutiara tersebut menjadi miliknya, dia akan merayakannya.

"Tidak baik! Tidak baik!", kata si pembeli tetapi begitu ia pergi, ia memuji dirinya. (Amsal 20:14)

Aplikasi

Teman-teman dan kenalan-kenalan dari kedua orang di dalam perumpamaan ini pasti terheran-heran ketika mereka melihat bahwa kedua orang itu menjual segala sesuatu yang dimilikinya. Mereka pasti terkejut ketika menyaksikan milik kedua orang tersebut telah kembali segera sesudah itu. Dan mereka akan merasa hormat; orang-orang itu tahu apa yang sedang mereka lakukan.

Tetapi, kedua orang tersebut tidak berspekulasi. Di dalam menjual tanah dan membeli mutiara tidak ada resiko; barang yang dibeli nilai nya tidak akan berubah. Apa yang mereka lakukan sangat masuk aka!' Mereka secara kebetulan menemukan barang-barang tersebut. Alangkah bodohnya kalau mereka mengabaikan begitu saja penemuan itu. Kesempatan dibukakan di hadapan mereka, yang harus mereka lakukan adalah mendapatkan harta terpendam dan mutiara itu.

Kedua orang tersebut tidak mengorbankan apa-apa di dalam membeli ladang dan mutiara, meskipun mereka harus menjual segala sesuatu yang mereka miliki. "Ada perbedaan dasar antara harga beli dengan sebuah pengorbanan. Pembelian diarahkan untuk mendapatkan benda dengan nilai yang sama. Sebaliknya pengorbanan adalah suatu pemberian tanpa mengharapkan imbalan." Kedua orang itu yaitu orang yang menemukan harta terpendam maupun pedagang mutiara membayar barang-barang itu dengan harga yang sepadan. Mereka mendengar terbukanya kesempatan dan siap membayar harganya. Mereka memberikan semua yang mereka miliki supaya mendapatkan satu barang yang mereka inginkan.

Kemudian apa yang diajarkan oleh perumpamaan ini? Bapa-bapa gereja seperti Irenaeus dan Augustine mengidentifikasikan harta terpendam dan mutiara dengan Kristus. Mereka melihat dengan benar. Orang-orang yang baru bertobat mengatakan hal yang sama: "Saya telah menemukan Kristus." Seorang Kristen yang masih muda tiba-tiba menemukan Kristus. Dia kembali ke lingkungannya dengan dipenuhi sukacita, berhenti dari gaya hidupnya, dan setia kepada Tuhan sepenuhnya. Beberapa orang menjual bisnis mereka untuk masuk ke pendidikan teologi, ditahbiskan, dan diutus sebagai pendeta atau misionaris demi Injil Kristus.

Kristuslah yang menawarkan harta terpendam dan mutiara bagi mereka yang sedang melakukan perjalanan di dalam kehidupannya. Beberapa orang sedang meneliti. Beberapa lagi sedang mengembara. Tiba-tiba mereka bertemu dengan Yesus dan menemukan harta terpendam yang tidak ternilai di dalam Dia. Salah satu respons mereka terhadap Yesus adalah penyerahan diri secara total. Mereka menjual semua yang mereka miliki dengan penuh sukacita supaya memiliki Yesus. Tentu saja, keselamatan adalah penuh, cuma-cuma, serta tidak dapat dibeli. Keselamatan merupakan suatu pemberian dan Yesus menuntut hati manusia. Di dalam kata-kata sebuah puisi ditulis:


Tuhan Memberkati

SHARED BY
LOG

Wednesday, August 15, 2012

Renungan – Perumpamaan Harta yang Terpendam

Matius 13:44
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu."


Tuhan Memberkati

SHARED BY
LOG

Tuesday, August 14, 2012

Renungan – Perumpamaan Ragi

Matius 13:33
Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."

Lukas 13:20-21
"Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?
Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."

Salah satu cara mengajar Yesus adalah melalui pendidikan secara visual. Kapanpun Yesus mengajar orang tentang Kerajaan Allah, Dia menggunakan contoh-contoh yang diambil langsung dari kehidupan sehari-hari. Saat Dia bertumbuh di Nazaret, Yesus melihat ibu-Nya membakar roti. Pertama, ibu Yesus menyiapkan periuk dan panci; kemudian mengambil tepung, air, dan ragi dan menambahkan sedikit garamo Dia mencampur semua bahan-bahan tersebut dan kemudian membiarkan adonan itu. Untuk sesaat pekerjaannya selesai; ragi itu mengambil alih pekerjaannya dan menyebabkan adonan tersebut mengembang. Ketika proses fermentasi telah selesai, dia dapat membakar roti.

Yesus menceritakan kisah seorang wanita yang membakar roti. Hal itu merupakan pemandangan yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Seorang wanita mengambil sedikit ragi, mencampurnya dengan sejumlah besar tepung, dan membakarnya menjadi roti, yang untuk sekali makan cukup untuk seratus orang. Baik Matius maupun Lukas menunjukkan bahwa wanita itu mengambil tiga sukattepung. Satu sukat kira-kira sarna dengan 13,13 liter. Jadi wanita itu mengambil 39 liter tepung (beratnya 50 pon lebih) supaya bisa membakar roti dalam jumlah besar. Tentu saja, jumlah ini terlalu besar untuk makan sehari di dalam keluarga kecil. Tetapi Sarah, istri Abraham, membakar roti sebanyak itu ketika ada tiga orang mengunjungi mereka di Mamre (Kejadian 18:6). Dan sedikitnya ada dua referensi lain untuk jumlah tiga sukat (seahs, atau satu efa) yang disebutkan untuk membakar roti (Hakim 6:19 dan l Samuel 1:24).

Seseorang dapat beragumentasi bahwa penerjemah modern mengaburkan arti dasar dari suatu ayat dengan menerjemahkan bahasa Yunani zume sebagai yeast (ragi) dan bukan leaven (adonan asam). Selain orang Yahudi, kebanyakan orang tidak mengenal kata leaven (adonan asam), dan karena alas an ini maka konsep tentang ragi diperkenalkan: "Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." (Matius 13:33). Ragi seperti yang kita ketahui hari ini adalah bersih, segar, bermanfaat, dan bahkan lezat. Ragi dibuat dari pengolahan larutan mineral gula-garam yang ditambahi zat tepung. Tetapi, adonan asam diproduksi dengan menyimpan sejumlah adonan selama satu minggu dan ditambahkan sari buah untuk mempercepat proses fermentasi. Adonan as am dipengaruhi oleh perkembangbiakkan bakteri yang berbahaya, yang akan berlangsung terus di dalam proses pembuatan roti sampai proses tersebut dihentikan, yaitu ketika orang makan roti tidak beragi selama satu minggu, seperti yang mereka lakukan selama Paskah.

Yesus tidak bermaksud menyebut leaven (adonan asam) sebagai sesuatu yang jahat. Dia menggunakan konsep leaven karena kekuatannya yang tersembunyi. Ragi dan adonan asam meresap ke dalam seluruh adonan sehingga menyebabkan adonan mengembang. Sesudah ragi atau adonan asam dicampur dengan tepung, ragi atau adonan as am tersebut tidak dapat diketemukan lagi. Ragi atau adonan asam tersembunyi dan tidak terlihat.

Perumpamaan yang agak singkat ini telah ditafsirkan di dalam banyak cara. Contohnya, Jerome, mengidentifikasikan wanita dengan gereja." Tiga sukat tepung ditafsirkan sebagai tiga suku bangsa dari ras manusia (keturunan Sem, Ham dan Yafet): Bangsa Yunani, Yahudi dan Samaria; atau hati, jiwa, dan plkiran." Penafsiran-penafsiran ini bersifat spekulatif, imajiner, dan bersifat sepintas lalu saja.

Tema pokok dari perumpamaan ini adalah ragi, sekali ragi dimasukkan ke dalam tepung, maka ragi itu akan meresap ke dalam seluruh adonan sampai setiap partikel terpengaruh. Ragi tidak terlihat, tetapi pengaruhnya dapat dilihat oleh semuanya. Demikianlah cara Kerajaan Allah menyatakan kekuasaan dan kehadirannya di dunia saat ini.

Dalam perumpamaan tentang biji sesawi, Yesus memberitakan penyebaran Kerajaan Allah yang luas dan bersifat keluar. Di dalam perumpamaan ten tang ragi, Yesus memusatkan perhatian kepada kekuatan internal Kerajaan Allah, di mana tidak ada satupun yang tidak terkena pengaruhnya.

Perumpamaan biji sesawi mengilustrasikan program penginjilan global dari gereja di dalam menaati tugas yang diberikan Kristus kepada pengikut-pengikut-Nya untuk menjadikan murid dari setiap bangsa. Selanjutnya perumpamaan ten tang ragi mengilustrasikan bahwa ketaatan kepada Kristus itu perlu untuk mengkristenkan setiap sektor dan segmen dari kehidupan. Pengikut Kristus harus membiarkan dirinya bersinar di hadapan manusia, sehingga mereka melihat perbuatannya yang baik dan memuliakan Bapa yang di Surga (Matius 5:16). Pengikut Kristus meringankan penderitaan orang-orang yang miskin dan menderita; dia memperjuangkan keadilan demi mereka yang tertindas; dia menuntut kejujuran dari mereka yang dipilih dan ditunjuk untuk memerintah suatu bangsa; dia mengangkat standar moralitas dan kesopanan; dia mempertahankan kesucian hidup; dia menegakkan hukum-hukum negeri; dia memerlukan integritas di dalam bisnis, perdagangan, industri, pekerjaan, dan profesi (medis, hukum, agama): dan di dalam bidang pendidikan dia menjelaskan dengan penuh arti bahwa di dalam Kristus "tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kolose 2:3). Pengikut Kristus membuat pengajaran Alkitab menjadi relevan di mana pun juga. "Bahwa 'ragi' pemerintahan Kristus ada di dalam hati, kehidupan, dan ruang lingkup manusia telah membawa pengaruh yang menyeluruh dalam ribuan cara, dan bahwa pengaruh ini masih terus berlanjut, itu jelas bagi semua orang yang mempunyai mata untuk melihat". Barangsiapa mempunyai telinga, hendaklah ia mendengar.

Tepatnya apa yang Yesus maksudkan dengan ungkapan "Kerajaan Surga"? Apakah sinonim dengan gereja? Umat Allah secara individual dan secara kelompok mengakui nama Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka. Mereka secara bersama-sarna merupakan gereja. Di dalam gereja itu mereka menerima karunia dan kuasa yang memampukan mereka untuk dapat memelihara hukum Allah dengan senang hati, untuk memberitakan Injil keselamatan secara universal, dan untuk memajukan pemerintahan Allah secara efektif". Kemudian, gereja terdiri dari orang-orang Kristen yang menerapkan pengajaran Kristus di setiap segi kehidupan. Dengan melakukan demikian mereka memperkenalkan Kerajaan Allah di mana pemerintahan Kristus dikenal. Singkatnya, setiap aspek kehidupan yang dipengaruhi oleh ajaran Kristus (ragi) adalah kepunyaan Kerajaan itu.


Tuhan Memberkati

SHARED BY
LOG

Monday, August 13, 2012

Renungan – Perumpamaan Biji Sesawi

Matius 13:13-31
"Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya."

Markus 4:30-34
"Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya?
Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri."

Lukas 13:18-19
"Berdoalah, supaya semuanya itu jangan terjadi pada musim dingin.
Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia, yang diciptakan Allah, sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi."

Yesus menceritakan dua perumpamaan untuk menunjukkan pertumbuhan fenomenal dari Kerajaan Surga: perumpamaan ten tang biji sesawi dan perumpamaan ten tang ragi. Kedua perumpamaan ini membentuk pasangan, dan benar-benar merupakan dua sisi dari koin yang sarna. Perumpamaan ten tang biji sesawi menggambarkan pertumbuhan kerajaan yang ekstensif, dan perumpamaan ten tang ragi menjelaskan pertumbuhan kerajaan yang intensif.

Matius menempatkan dua perumpamaan ini di dalam pasal tentang perumpamaan (Matius 13); sepertinya dia melakukan hal ini karena alasan topikal. Sebaliknya, Lukas memasukkan perumpamaan-perumpamaan ini di dalam bentuk narasi berjalan (Lukas 9:51-19:27), yang lebih banyak merefleksikan urutan sejarah, meskipun kita tidak dapat memastikan hal ini dengan beberapa cara. Kita dapat mengasumsikan bahwa Yesus mengajarkan kedua perumpamaan ini secara bersama-sama di dalam kesempatan yang sama.


Menabur dan Bertumbuh :
Dua puluh lima anak-anak sekolah bersama dengan guru mereka pergi ke Washington D.C. untuk melihat Gedung Putih. Ketika mereka kembali ke kelas, guru itu menyuruh setiap murid untuk menulis sebuah karangan singkat tentang tamasya ke Gedung Putih. Dua puluh lima karangan merefleksikan dua puluh lima aspek tempat tinggal kepresidenan. Satu anak menulis, "Gedung Putih adalah seperti ini," diikuti dengan penjelasan mengenai ciri yang paling relevan menurut penglihatan mereka. Anak yang lain menggunakan pendahuluan yang sarna di dalam karangannya, tetapi menggambarkan perspektif Gedung Putih secara keseluruhan dengan cara yang berbeda-beda,


Yesus memberitahu murid-murid-Nya karakteristik Kerajaan Allah yang banyak. Dia menjelaskan segi individual dari peraturan Kerajaan Allah melalui perumpamaan-perumpamaan. Jadi Dia memperkenalkan perumpamaan-Nya dengan frasa: "Kerajaan Allah adalah seperti .... "


Perumpamaan tentang biji sesawi sangat kontras dengan perumpamaan gandum dan lalang, di mana perumpamaan biji sesawi ini sangat singkat. Yesus menggambarkan ukuran biji sesawi yang menakjubkan hanya dengan beberapa kata ("pohon" di dalam Injil Matius dan Lukas; di dalam Injil Markus "sayuran") yang berkembang dari biji yang sangat kecil yang ditanam di kebun-kebun. Yesus menekankan perbedaan antara kecilnya biji dan besarnya sayuran dengan jelas. Dia tidak mengatakan sepatah katapun tentang kualitas biji sesawi. Dia dapat menyebutkan kegunaannya untuk makanan dan obat-obatan, warnanya dan rasanya, tetapi yang dimaksudkan perumpamaan ini bukanlah tentang kualitas.


Yesus menggunakan contoh dari kehidupan sehari-hari, Di dalam masyarakat kita yang modern, tidak banyak orang yang mengenal masalah kebun, yang mereka kenal adalah makanan kalengan, botolan dan makanan bungkusan. Tetapi pada zaman Yesus, hampir setiap orang mempunyai tanah perkebunan sendiri. Bahkan pendeta pun pada zaman itu memberikan sepersepuluh dari rempah-rempah selasih, adas manis dan jintan - dari kebun mereka (Matius 23:23) . Sayuran sesawi selalu ada di setiap kebun. Sayuran ini sangat sering ditanam di tanah yang merupakan batas kebun karen a sayuran ini membutuhkan banyak tempat. Di dalam Injil Matius, tukang kebunnya menanam biji sesawi di ladang, di dalam Injil Lukas ditanam di sebidang tanah, dan di dalam Injil Markus di kebun.

Tukang kebun itu hanya mengambil satu biji sesawi. Sepertinya jari-jarinya terlalu besar untuk memegang sebutir biji yang sangat kecil. Dia menaburkan biji di ladangnya karena dia tahu bahwa biji yang kecil itu mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi tanaman yang seukuran pohon. Dia hanya memerlukan satu tanaman. Dan Dia mengetahui kekontrasan an tara biji dan tanaman. Sebenarnya, ukuran biji sesawi yang sangat kedl itu telah terkenal sejak abad pertama. Suatu kali Yesus mengatakan: " Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, ... " (Matius 17:20) . Baik Matius maupun Markus secara eksplisit mengatakan bahwa benih sesawi "adalah yang paling kecil dari semua benih yang lain". Karena itu, semua kekontrasannya sangat ditampakkan, karena kalimatnya diseimbangkan dengan penjelasan ten tang tanaman yang sudah tumbuh: "tanaman kebun yang sangat besar dan menjadi sebuah pohon." Biji itu benar-benar kecil, sebutir benih yang sangat kecil yang ditanam di ladang dan menjadi sebuah pohon. Suatu mujizat!


Yesus menyimpulkan perumpamaan ini dengan menyinggung bagian Perjanjian Lama yaitu Daniel 4:12 dan Yehezkiel 17:23 dan 31:6. Perikop dari Kitab Daniel ini dikenal oleh pendengarnya karena perikop ini menunjuk kepada mimpi Nebukadnezar ten tang sebuah pohon yang sedemikian kuat sampai ujungnya mencapai surga. Di tanah di bawah rimbunnya pohon itu ditemukan tempat bernaung, dan cabang-cabangnya dihinggapi burung-burung untuk bertengger. Yesus yang berbicara mengenai Firman Allah (Yohanes 3:34) mengajar di dalam Alkitab dengan menggunakan kata-kata kiasan verbal secara tidak langsung, dan mengundang perhatian terhadap perumpamaan Mesianik di dalam Yehezkiel 17:23, "Di atas gunung Israel yang tinggi akan Kutanam dia, agar ia bercabang-cabang dan berbuah dan menjadi pohon aras yang hebat; segala macam burung dan yang berbulu bersayap tinggal di bawahnya, mereka bernaung di bawah cabang-cabangnya".


Hasil Perumpamaan :
Yesus mengajarkan Kerajaan Allah dengan menggunakan perumpamaan, mungkin kelihatannya tidak penting dan tidak berarti, khususnya di daerah Galilea pada abad 28 SM. Tetapi Injil Kerajaan diberitakan oleh seorang tukang kayu yang beralih menjadi penginjil yang membawa pengaruh yang kuat terhadap dunia luas. Pengikut-pengikut Yesus terdiri dari beberapa nelayan yang "tidak terpelajar" yang diutus untuk menghasilkan murid-murid dari semua bangsa. Pengikut-pengikut-Nya itu mengobarkan dunia dengan pesan keselamatan yang sampai hari ini diberitakan di hampir semua bahasa yang dikenal di dunia. Benih yang sangat kecil menjadi sebuah pohon yang sampai hari ini memberikan perlindungan dan damai bagi setiap orang di mana pun juga. Dan pada waktu itu masih belum dipergunakan.

Pohonnya masih belum dewasa; masih dalam pertumbuhan. Kita melihat fenomena pertumbuhan pohon dan kita mengetahui bahwa Allah sedang bekerja mengembangkan Kerajaan-Nya. Kita mengetahui bahwa begitu banyak orang di bumi ini sampai tidak terhitung banyaknya belum mendengar berita baik tentang kasih Allah yang mengampuni. Seluruh bangsa sebenarnya belum memiliki naungan dan perlindungan yang diberikan oleh Kerajaan Allah. Cabang-cabang pohon harus terus bertumbuh dan meluas ke daerah-daerah yang masih membutuhkan Injil sehingga banyak orang akan menemukan perlindungan dan damai. Dan ketika Injil tentang Kerajaan Allah telah diberitakan untuk semua bangsa di dunia, kemudian akhir zaman akan tiba (Matius 24:14) dan pohon itu akan sepenuhnya bertumbuh.


Tuhan Memberkati

SHARED BY
LOG

Sunday, August 12, 2012

Renungan – Perumpamaan Lalang di Antara Gandum

Matius 13:24-30
Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."

Perumpamaan tentang lalang di antara gandum adalah perumpamaan yang khusus di dalam Injil Matius, sama seperti perumpamaan tentang benih yang tumbuh yang hanya ditemukan di dalam Injil Markus. Kata weeds (lalang) bukan merupakan terjemahan yang tepat dari bahasa aslinya yaitu bahasa Yunani zizenis, yang berarti "lalang yang mengganggu di ladang gandum, yang mirip dengan gandum". Kata ini tidak bisa menunjukkan apakah lalang itu termasuk jenis yang beracun atau tidak. Apapun jenisnya, tanaman ini sangat mirip dengan gandum dan hanya tumbuh di ladang yang ditanami. Sebenarnya, lalang dapat merusak tanaman gandum. Lalang dapat dibandingkan dengan oat (sejenis gandum) liar, yang tumbuh liar di ladang gandum di Amerika Utara dan sulit dibasmi.

Ladang Petani :
Sesudah Matius menulis perumpamaan tentang penabur dan penafsirannya, dia mencatat bahwa Yesus bercerita perumpamaan yang lain kepada orang banyak, satu kisah tentang petani yang kelihatannya melakukan pekerjaannya dengan baik. Petani mempunyai hamba-hamba dan juga hamba-hamba untuk menuai pada saat yang tepat.


Sebagai petani yang berhasil, pemilik tanah ini telah mendapatkan benih yang baik. Tentu saja dia tidak mau menaburkan benih lalang - yang menyebabkan dia merasa sedih tidak terkatakan. Benih yang baik pasti bebas dari lalang. Petani itu telah menaburkan benih yang baik di ladangnya (cerita ini tidak mementingkan kapan dan bagaimana benih itu ditaburkan), Segera sesudah dia menyelesaikan tugas menabur benih gandum di musim dingin, musuhnya datang. Dia datang di dalam kegelapan, sementara semua orang sedang tidur, dan menaburkan benih lalang di antara gandum. Tentu saja dia tidak menutupi semua ladang dengan lalang. Dia menaburkan benih lalang itu di sana-sini, Tidak ada seorang pun yang tahu sampai musim semi tiba di mana lalang itu tumbuh di antara tanaman gandum. Lalang kelihatannya sangat mirip dengan gandum. Pada saat tanaman mengeluarkan bongkolnya, barulah orang bisa membedakan lalang dan gandum - "Jadi dari buahnyalah kamu akan men genal mereka" (Matius 7:20).

Pada waktu mengetahui hal itu, sudah tidak mungkin lagi melakukan sesuatu. Seseorang yang berjalan di ladang gandum untuk membuang lalang, akan menginjak-injak gandum. Lagipula, akar gandum dan lalang saling terjalin satu dengan yang lain sehingga kalau lalang dicabut maka gandumnya akan tercabut juga.

Hamba-hamba petani mengingatkan supaya waspada dengan masalah tersebut dan menunjukkan keinginannya melakukan sesuatu. Mereka ingin mengetahui dari mana asal benih itu. Petani itu hanya memberitahu mereka bahwa seorang musuh yang melakukannya dan mereka harus membiarkan lalang itu sampai waktu panen. Pada waktu panen itulah para penuai akan menerima instruksi untuk mengumpulkan lalang, mengikatnya berberkas-berkas, dan mengumpulkan gandum untuk persediaan di gudang. Petani akan menggunakan berkas-berkas lalang - benih dan jerami - sebagai bahan bakar. Karena itu dia dapat mengubah kerugian menjadi keuntungan: sebagai persediaan bahan bakar untuk musim dingin.

Meskipun begitu, petani tersebut mengalami situasi yang paling buruk. Dia tahu bahwa lalang telah mengambil kelembaban udara dan vitamin yang seharusnya diambil oleh tanaman gandum. Hasil panennya menjadi berkurang dari yang dia harapkan. Kendatipun dia memiliki semua keterampilan bertani, dia tidak dapat membuat perbedaan an tara lalang dan gandum sampai tanaman mulai mengeluarkan bongkolnya dan saat panen telah dekat. Akhirnya setelah berbulan-bulan petani itu melakukan pekerjaannya, dia menyadari bahwa musuhnya mempunyai akal buruk menyerang dia. Dia harus menghadapi konsekuensi-konsekuensi dari reneana buruk yang dilakukan oleh musuhnya.

Penafsiran :

Matius 13:36-43
Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Menurut Matius, murid-murid Yesus menanyakan penjelasan dari perumpamaan tentang lalang. Beberapa kata penjelasan diberikan secara relatif. Penjelasan dalam bentuk paradigma tersebut dapat dibaca sebagai berikut:
1. "Orang yang menabur benih yang baik : adalah Anak Manusia,
2. ladang : adalah dunia, dan
3. benih yang baik : adalah anak-anak Kerajaan
4. lalang : adalah anak-anak si jahat
5. musuh yang menaburkan benih lalang : adalah iblis
6. Waktu menuai : adal;ah akhir zaman, dan
7. para penuai : adalah malaikat"


Meskipun penafsiran dari perumpamaan ini diberikan oleh Yesus, tetapi komposisi penjelasannya adalah tulisan Matius. Matius mengambil pengajaran Yesus dan menyusun kata-katanya di dalam sebuah daftar yang terdiri atas tujuh konsep. (Menyusun nama dan data merupakan karakteristik dari Matius, sebagai bukti dari pasal pertama dari Injilnya.)

Di dalam penafsirannya tidak disebutkan adanya fakta bahwa musuh datang ketika orang sedang tidur. Juga referensi untuk pertumbuhan dan pendewasaan gandum dan lalang dihilangkan, tidak ada sesuatu pun yang dikatakan mengenai pengumpulan gandum di gudang dan berkas-berkas gandum yang akan dibakar. Yesus menghilangkan referensi tentang pekerja di dalam penafsirannya. Ia melakukan hal ini mungkin untuk memusatkan perhatian kepada arti perumpamaan yang lebih dalam: konflik an tara yang baik dan yang buruk, antara Allah dan setan. Dan di dalam konflik ini setan kalah di dalam peperangan. Lagipula, percakapan antara hamba-hamba dan petani sepertinya tidak penting bagi penafsiran perumpamaan ini. Percakapan dihilangkan; referensi untuk percakapan diberikan secara singkat di mana bagian yang dipentingkan adalah pencabutan lalang dan membakarnya dengan api (Matius 13:40). Sebenarnya, kesimpulan dari penafsiran ini adalah sebuah pandangan tentang sesuatu yang akan datang pada akhir zaman. Akibatnya Yesus mengatakan, "Seperti yang tertulis di dalam Perjanjian Lama, Aku akan mengatakan apa yang akan terjadi."

Matius 13:41-43
Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Seperti biasa, pengajaran Yesus merefleksikan Alkitab Perjanjian Lama secara langsung maupun tidak langsung. Ketika Yesus berbicara mengenai lalang yang dibuang dari Kerajaan-Nya yaitu segala sesuatu yang menyebabkan dosa dan mereka yang berbuatjahat, Yesus menunjuk kepada nubuat nabi Zefanya: "Aku akan menyapu bersih segala-galanya dari atas muka bumi, ... manusia dan hewan" (1:2, 3). Frasa "Mereka akan dilemparkan ke dalam perapian yang menyala" mirip dengan Daniel 3:6, " ... dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala." Konsepnya sendiri sama dengan Maleakhi 4:1, "Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik ... " Kalimat, "Kemudian orang benar akan bercahaya seperti matahari," mirip dengan Daniel 12:3, "Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya." Dan supaya lengkap, kita seharusnya juga melihat ke Maleakhi 4:2, "Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran ... "

Penafsiran Yesus menyampaikan bunyi Firman dengan tepat dan perasaan para nabi yang bergema. Perumpamaan ten tang lalang ini sebenarnya merupakan sebuah perumpamaan di mana Yesus mengajarkan tentang penghakiman yang akan tiba; yang lebih baik disebut sebagai perumpamaan tentang penuaian.

Hamba-hamba berharap bisa mencabut lalang, meskipun mereka akan berada di dalam proses mencabut gandum juga - sistem akar dari lalang-lalang itu jauh lebih mudah berkembang daripada gandum. Tetapi petani tersebut mengatakan: tunggu sampai panen tiba, kemudian para penuai akan memisahkan lalang dari gandum.

Petani tersebut mengenal bisnisnya. Jika dia mengizinkan hamba-hambanya mencabut lalang, dia akan kehilangan hasil gandumnya, karena tanaman gandum tidak dapat dipisahkan dari lalang. Jika dia kehilangan panennya, petani tersebut akan membuat musuhnya merasa puas seperti yang dia inginkan.

Lalang adalah anak-anak si jahat dan benih yang baik adalah anak¬anak Kerajaan. Bagaimana keduanya - jahat dan baik - menjadi dewasa, tidak dijelaskan, dan untuk menemukan jawabannya kita harus melakukannya dengan baik, dan jawabannya bukan di luar perumpamaan ini.

Petani tersebut tidak dapat mengambillangkah-Iangkah untuk memperbaiki situasi, sementara itu lalang dan gandum terus bertumbuh dan menjadi dewasa. Ketidakmampuan ini bukan karena sikap mengabaikan. Sebaliknya, petani itu sungguh-sungguh mengontrol situasi, menunggu sampai situasi reda. Dia mengetahui apa yang harus dia lakukan. Dia mengetahui dari mana asalnya lalang-lalang tersebut dan bagaimana ditaburkan di atas ladangnya - pada waktu malam, sementara semua orang sedang tidur.

Di dalam menafsirkan perumpamaan itu Yesus mengatakan bahwa petani yang menabur benih yang baik itu adalah Anak Manusia. Anak Manusia adalah Yesus sendiri, yang menjadi sama dengan manusia dan mengambil rupa seorang hamba (Filipi 2: 7,8 ). Dia telah datang untuk menaburkan benih yang baik yaitu anak-anak Kerajaan, manusia baru di dalam Kristus. Ladang di mana benih itu ditaburkan adalah dunia ini. Dunia di mana drama tentang yang baik dan yang jahat terjadi. Musuh yang menabur benih lalang adalah setan, dan lalang-Ialang tersebut adalah anak-anak si jahat.

Menarik untuk dicatat bahwa ladang yaitu dunia ini adalah milik petani - yaitu Yesus. Di atas ladang tumbuh gandum dan lalang. Tidak menjadi masalah di mana manusia tinggal di bumi ini, di mana pun dia hidup akan menemukan dirinya sendiri berada di atas harta milik Yesus. Manusia bisa menjadi keduanya yaitu gandum dan lalang, bisa menjadi gandum atau lalang atau yang lainnya. Manusia bisa menjadi anak Kerajaan atau menjadi anak si jahat. Keduanya yaitu gandum dan lalang menjadi dewasa sampai petani mengirimkan penuai ke ladang.

Ketika akhir zaman tiba, penuai yaitu malaikat-malaikat Allah, memisahkan yang baik dari yang jahat, gandum dari lalang, anak¬anak Kerajaan dari anak-anak si jahat. Di dalam konflik antara Allah dan setan, setan kalah. Benihnya setan - segala sesuatu yang menyebabkan dosa dan mereka yang berbuat jahat - dicabut dan dicampakkan ke dalam dapur api. Sebaliknya, anak-anak Kerajaan akan bercahaya seperti matahari di dalam Kerajaan Bapanya. Mereka adalah orang-orang benar. Mereka diberkati. Mereka abadi.

Aplikasi :
Perumpamaan Yesus mengkontraskan antara yang baik dan yang buruk, dan mengajarkan bahwa pada akhirnya yang baik akan menang. Di dalam perumpamaan ini, hamba-hambanya bertanya ten tang asalnya lalang kepada petani tersebut: "Darimana lalang-lalang itu berasal?" Petani itu memberikan jawaban yang pendek dan tepat:
"Musuh yang melakukan hal ini." Sebenarnya hamba-hamba tersebut ingin melampiaskan kemarahannya terhadap musuh itu, tetapi mereka justru mengalihkan perhatian dari lalang-lalang itu, dan mereka ingin mengetahui apakah keinginan mereka mencabut lalang-lalang itu terpenuhi. Petani itu mengatakan, "Tidak, tunggu!"

Hamba-hamba tersebut merefleksikan ketidaksabaran orang-orang Kristen di dalam Kerajaan Allah. Di bawah bendera menjaga kemurnian gereja, orang-orang percaya yang penuh semangat telah menyebabkan kerusakan yang tidak terkatakan dengan menghakimi pengikut-pengikut Kristen dan melepaskan mereka dari gereja.

Beberapa tukang kebun mengetahui bahwa ada saat di mana tidak mungkin membedakan antara tanaman yang menghasilkan bunga yang indah dan tanaman yang berupa lalang yang mengganggu. Di dalam kata-kata sajak kuno,

Tidak ada orang yangsedemikian baik di dalam keburukan kita, Dan tidak ada orang sedemikian buruk di dalam kebaikan kita, Hampir tidak dapat menjadi seperti diri kita Untuk berbicara tentang ketenangan diri kita.

Tidak setiap orang harus mengerti perumpamaan yang mengajarkan penghapusan atau penghinaan terhadap disiplin dalam melaksanakan dan menggunakan hukum. Sebaliknya, Alkitab mengajarkan jauh lebih jelas bahwa disiplin harus dipelihara dan hukum itu sendiri harus ditegakkan. Yesus mengajarkan doktrin disiplin di dalam Matius 18:15-17 secara eksplisit. Dia menggarisbawahi proses ini dengan menunjukkan bahwa disiplin harus dilaksanakan tetapi di dalam kasih dan roh lemah lembut. Dan proses tersebut harus dimulai dengan hati-hati dan sabar. Disiplin harus selalu bertujuan menyelamatkan dan memperbaiki orang yang terlibat.

Paulus di dalam Roma 13 mengajarkan bahwa "Pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat" (13:1-3). Allah telah memberikan wewenang kepada penguasa-penguasa untuk melaksanakan hukum, menghukum pelaku kejahatan dan mencegah kejahatan.

Tetapi perumpamaan ini mengajar kita untuk sabar dan tidak main hakim sendiri. "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karen a kedatangan Tuhan sudah dekat! Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu" (Yakobus 5:8,9).

Di bagian pertama perumpamaan ini meninggalkan kesan bahwa ada dua macam orang di dunia ini, yaitu baik dan jahat, dan orang yang baik akan selalu tetap baik dan orang yang jahat selalu tetap jahat. Tetapi kesan ini tidak seluruhnya benar. Alkitab tidak mengajarkan bahwa Allah menciptakan orang yang baik dan setan menciptakan orang yang jahat. Allah menciptakan manusia - mereka adalah pekerjaan tangan-Nya - dan Dia melahirkan kembali mereka yang telah di pilih melalui karya Roh Kudus-Nya yang penuh kasih karunia. Orang-orang yang jahat telah dirusak oleh setan dan digunakan oleh setan untuk mempengaruhi umat Allah yang telah dilahirkan kembali, meskipun mereka diciptakan oleh Allah. Mereka adalah lalang di antara gandum. Lalang dan gandum bertumbuh berdampingan sampai saat menuai. Kemudian mereka akan dipisahkan.

Perumpamaan lalang berisi daftar istilah-istilah yang padat yang mirip dengan daftar kata-kata. Kesederhanaan yang tampak jelas di dalam menjelaskan istilah-istilah menjadi sebuah tantangan untuk melakukan hal yang sama seperti yang Yesus ajarkan di dalam perumpamaan-perumpamaan lain. Banyak komentator melihat hal ini sebagai undangan terbuka untuk menjelaskan perumpamaan seperti yang dilakukan oleh Yesus. Contohnya, beberapa komentator di dalam menjelaskan perumpamaan ten tang lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh pada zaman gereja mula-mula (Matius 25:1-13), memberikan bermacam-macam penjelasan untuk kata minyak. Bagi Hilary, minyak adalah buah dari perbuatan yang baik; bagi Augustine, minyak menunjukkan sukacita; Chrysostom mengatakan bahwa minyak berarti memberikan bantuan bagi mereka yang memerlukan; dan Origen mempertimbangkan minyak sebagai kata pengajaran.

Tentu saja komentator-komentator tersebut tidak memiliki hikmat di dalam menafsirkan perumpamaan-perumpamaan seperti yang ditunjukkan oleh Yesus. Karena itu mereka seharusnya berhati-hati, supaya tidak memasukkan pemikiran-pemikiran dan konsep-konsep ke dalam sebuah perumpamaan, yang tidak dimaksudkan oleh perumpamaan tersebut. Akhirnya, mereka harus menemukan pengajaran dasar di dalam perumpamaan itu sendiri atau di dalam konteksnya, dan membatasi penafsiran mereka pada hal yang disampaikan perumpamaan tersebut.


Tuhan Memberkati

SHARED BY
LOG

Saturday, August 11, 2012

Renungan – Perumpamaan Benih yang Tumbuh

Markus 4:26-29
"Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.""

Penulisan di dalam Injil Markus tidak dikenal dalam bentuk percakapan; tetapi bentuk naratif di mana penulis menggambarkan Yesus secara gamblang sebagai seorang yang selalu bertindak. Markus tidak memasukkan bahan yang bersifat didaktik (mendidik), misalnya tulisan mengenai tanda-tanda akhir zaman (pasal 13) dan tiga perumpamaan tentang pertumbuhan (pasal 4). Markus tidak tertarik menambah jumlah perumpamaan. Dia ingin menunjukkan bahwa dia selektif di dalam memilih materi-materi yang tersedia. Markus memilih perumpamaan tentang penabur; benih yang tumbuh, dan perumpamaan ten tang biji sesawi. Perumpamaan-perumpamaan tersebut merinci penanaman benih, pertumbuhan, pendewasaan, pematangan dan penuaian dengan jelas. Markus menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk mengilustrasikan sifat Kerajaan Allah yang diajarkan oleh Yesus.

Latar Belakang Perumpamaan
Karena perumpamaan ten tang benih yang tumbuh ini kurang rinei, kisah ini menjadi cerita yang sederhana. Di dalam perumpamaan ini tidak disebutkan mengenai persiapan tanahnya, curah hujan, sinar matahari, pengendalian terhadap lalang, atau pemupukan secara organik. Di dalam perumpamaan tentang penabur, kehidupan petani terlihat paralel, tidur pada waktu malam, dan aktif kembali pada pagi hari. Pada saat panen dia meletakkan sabitnya di atas biji-biji gandum.

Meskipun rincian-rincian di dalam perumpamaan ini penting karena menekankan tentang cara menabur, bertumbuh, dan menyiangi rumput, tetapi perumpamaan ini tidak menceritakannya secara rinei. Kita seharusnya tidak berasumsi kalau petani menghabiskan hari-harinya dengan bermalas-malasan. Tentu saja tidak; dia telah melakukan pekerjaannya, di mana waktunya telah habis banyak untuk membajak, memupuk, dan menyiangi rumput. Selain tugas harian tersebut, dia harus membeli dan menjual, merencanakan dan menyiapkan panen. Semua pekerjaan ini dijamin ada di dalam perumpamaan ini dan dapat dimengerti. Kita juga mencatat bahwa Allah akan menyediakan hujan yang diperlukan. Allahlah yang mengontrol semua elemen-elemen alam ini.

Tema pokok yang sebenarnya dari perumpamaan ini adalah Allah yang mengontrol semua elemen-elemen alam ini. Setelah menabur benih petani harus menyerahkan saat bertunas, bertumbuh, penyerbukan, dan pendewasaannya kepada Allah. Petani dapat menjelaskan proses pertumbuhan gandum, tetapi dia tidak dapat menerangkan kejadiannya. Sesudah gandum ditaburkan, biji itu menyerap udara yang lembab dari dalam tanah, menggembung, dan bertunas. Sesudah satu atau dua minggu, daun-daun yang masih kecil muncul ke permukaan; tumbuh-tumbuhan itu mulai bertunas dengan cepat, bertambah tinggi, dan bungkulnya mengembang. Kemudian, pada saat tanaman tersebut mati, warnanya berubah dari hijau menjadi warna keemasan; bijinya telah tua dan tibalah saatnya untuk menuai. Petani tidak dapat menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan ini. Petani hanyalah seorang pekerja yang pada saat tertentu menabur dan menuai. Allahlah yang memegang rahasia kehidupan. Allahlah yang mengontrol kehidupan ini.

Penafsiran :
Perumpamaan benih yang tumbuh hanya ditemukan di dalam Injil Markus. Matius dan Lukas tidak menulisnya, dan kita tidak dapat menemukan informasi lebih lanjut yang lain selain yang ditemukan di dalam beberapa ayat di Injil Markus 4:26-29 . Perumpamaan ini didahului dengan kalimat, "Beginilah hal Kerajaan Surga itu."

Penafsiran dari perumpamaan ini sangat bervariasi. Beberapa komentator menerangkan kisah ini secara alegoris: Kristus telah menabur dan akan tiba musim menuai; bagian akhir dari perumpamaan ini menunjukkan pekerjaan Roh Kudus yang tidak terlihat di dalam gereja dan di dalam jiwa. Komentator yang lain menekankan hal-hal yang berikut ini: benih, masa pertumbuhan; panen; atau mengkontraskan antara menabur dan menuai. Semua penafsiran tersebut tentu saja - yang alegoris sekali pun (dengan persyaratan-persyaratan tertentu) - mempunyai kelebihan-kelebihan.

John Calvin melihat kepada Penulis perumpamaan ini dan kepada pelayan-pelayan Firman yang menaburkan benih. Calvin mengatakan bahwa jika mereka tidak melihat hasilnya dengan segera, mereka seharusnya tidak berkecil hati. Yesus mengajar mereka untuk bersabar dan mengingatkan mereka akan proses pertumbuhan di dalam alam ini. Sesudah memberitakan Firman, mereka dapat melakukan tugas biasa sehari-hari, sehingga mereka seharusnya tidak perlu repot dan resah - tidur pada malam hari dan bangun pada pagi hari dan melakukan pekerjaan yang harus dikerjakan. Pada saat gandum sudah tua barulah buah pekerjaan pengkhotbah tersebut akan segera tampak. Pelayan-pelayan Injil seharusnya berbesar hati dan melanjutkan pekerjaan mereka dengan keinginan yang besar dan dengan iman.

Allah yang mengerjakan proses persemian, pertumbuhan, dan penuaian benih. "Buah adalah hasil dari benih; akhir merupakan kelengkapan dari permulaan. Ukuran besar yang tidak terhingga berasal dari ukuran kecil yang tidak terhingga". Mengingat kembali kata-kata Paulus yang menggembirakan adalah baik di mana dia yakin akan hal ini, "Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus." (Filipi 1:6).

Di dalam perumpamaan ini, petani hanya sebagai asisten di dalam pekerjaan Ilahi. Dia menabur benih dan hari demi hari melakukan pekerjaan yang perlu - dia pergi untuk bisnisnya. Dia yakin bahwa panen akan segera tiba. Sebenarnya dia mengetahui berdasarkan pengalaman berapa hari waktu yang diperlukan dari saat menabur sampai waktu menuai. Dan pada saat hasilnya telah tua dia tidak akan menunggu hari yang lain. Saat panen telah datang. Demikian juga, pelayan-pelayan Firman adalah pekerja Ilahi, memberitakan kabar baik tentang keselamatan di dalam Kristus Yesus. Semen tara Allah melakukan pekerjaan yang penuh rahasia yaitu pertumbuhan dan perkembangan, mereka harus menyingkir. Menurut waktu yang ditetapkan oleh Allah, panen akan tiba dan pelayan akan melihat hasilnya.

Perumpamaan tentang benih yang tumbuh ini benar-benar merupakan perumpamaan yang merupakan kejadian yang berurutan: masa menabur kemudian tibalah masa menuai. Manifestasi dari Kerajaan Allah adalah sesudah pelayanan Firman Allah yang penuh iman. Satu kejadian mengikuti kejadian yang lain, tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa kuasa kerja Allah yang penuh rahasia. "Pengajaran dari perumpamaan ini adalah: kemenangan itu pasti; saat panen sudah hampir tiba dan akan segera tiba pada saat yang diputuskan di dalam rencana Allah yang kekal. Kemudian Kerajaan Allah akan dinyatakan dengan segala kemegahannya".

Kata-kata terakhir dari perumpamaan ini mengingatkan kepada Yoel 3: 13, "Ayunkanlah sabit, sebab sudah masak tuaian." Tanpa diragukan lagi, pada akhirnya perumpamaan ini menunjuk kepada hari penghakiman, Menurut Wahyu 14:12-16 ketika Tuhan mengirimkan malaikat-malaikat-Nya untuk mengumpulkan tuaian di bumi. Karena itu mereka yang diutus untuk memberitakan Firman harus belajar dari petani untuk bersabar. "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya ... " (Yakobus 5:7). Kurang sabar merupakan karakteristik manusia. Ketidaksabaran ini pun ada di dalam penjelasan Yohanes tentang jiwa-jiwa yang telah dibunuh karena Firman Allah. Mereka berseru dengan suara nyaring, "Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar ... ?" Dan jawaban yang mereka terima adalah bahwa mereka harus menunggu sedikit lagi (Wahyu 6:9-11). Allahlah yang mengontrol dan menentukan kapan saat untuk menuai tiba. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hari dan waktunya, bahkan Yesus sendiri juga tidak mengetahuinya (Matius 24:36).


Tuhan Memberkati

SHARED BY
LOG

Friday, August 10, 2012

Renungan – Perumpamaan Penabur

Matius 13:1-9
"Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Markus 4:1-9
"Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu.
Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka: "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat." Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"

Lukas 8:4-8
"Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan:  "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat." Setelah berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"

Latar Belakang :
Di dalam masyarakat kita yang industrialis, pertanian hanya dikaitkan dengan produksi makanan. Bertani bukan sekedar gaya hidup, melainkan telah menjadi cara untuk mencari nafkah. Teknologi modern telah diterapkan sepenuhnya pada metode-metode pertanian, sehingga petani-petani menjadi teknisi dalam bidang ini. Contohnya, ia menjadi seorang ahli dalam menggunakan pupuk, herbisida, dan insektisida dan ia menjadi seorang pengusaha yang mengetahui biaya produksi, nilai hasil produksi, dan jadual pemasarannya.

Ketika Yesus mengajarkan perumpamaan tentang seorang penabur kepada orang-orang Galilea, mereka pada waktu itu sedang melihat petani menaburkan benih di ladang pada bulan Oktober. Memang para penulis Injil tidak menceritakan kepada kita kapan Yesus mengajarkan perumpamaan itu. Kemungkinan Yesus mengajar pada waktu penabur keluar untuk menaburkan benih. Kerumunan (menurut Matius, kerumunan orang banyak) itu datang ke pantai di sebelah barat laut di tepi danau Galilea. Mungkin jumlah mereka mencapai ribuan. Yesus menggunakan mimbar yang mengapung pada waktu berbicara kepada orang banyak itu. Ia duduk di atas perahu yang didorong agak jauh dari tepi pantai. Keadaan yang alami ini jauh lebih efektif daripada sistem pendekatan publik secara modern.

Yesus tidak harus menjelaskan aktivitas petani, sebab dari jauh mungkin mereka bisa melihat petani sedang bekerja, menabur biji gandum atau barley. Bahkan mereka pun mungkin adalah petani yang dari ladang yang sedang dalam perjalanan menuju pantai. Di dalam masyarakat pertanian pada waktu itu, pendengar kebanyakan adalah petani-petani atau orang yang pernah bekerja di tanah pertanian.

Pada zaman Yesus, bertani merupakan pekerjaan yang relatif sederhana. Meskipun perumpamaan ini tidak mengatakan sesuatu mengenai metode pertanian. Namun dari Perjanjian Lama (Yesaya 28: 24-25; Yeremia 4:3; dan Hosea 10:11-12) dan dari sumber-sumber rabinik, kita belajar bahwa pada akhir musim panas yang panjang dan panas sekali, petani akan pergi ke ladangnya menaburkan biji gandum atau barley ke atas tanah yang keras. Petani mencangkul tanah untuk menutupi benihnya, dan menunggu hujan musim dingin turun untuk menyemaikan benih itu.

Petani yang diceritakan dalam perumpamaan Yesus menaburkan benih yang diambil dari sebuah tas yang dikalungkan pada leher dan bahunya. Tas tergantung di depannya, dan dengan langkah yang berirama dia menaburkan benih di sepanjang jalur-jalur tanah. Dia tidak memperhatikan apakah ada biji-biji yang jatuh di pinggir jalur, atau apakah benih jatuh di tanah yang dangkal dengan batu-batu kapur yang menonjol ke luar, atau apakah gandum itu jatuh di antara semak-semak duri, di mana semak-semak itu akan tumbuh di musim semi dan menghimpit gandum yang tumbuh. Bagi petani semua itu adalah pekerjaan yang harus diselesaikan dalam satu hari.

Deskripsi perumpamaan ini akurat dan merupakan kejadian sehari-hari. Petani tidak dapat mencegah biji-biji tidak jatuh di tanah yang keras. Cepat atau lambat burung-burung akan memakannya. Burung juga bisa mengambil benih yang ditanam di tanah. Semua ini merupakan bagian dari cara bertani pada waktu itu. Petani juga tidak bisa berbuat apa-apa dengan batu kapur yang muneul di sana-sini, karena merupakan keadaan dari tanah. Lagipula, dia telah meneoba untuk menyingkirkan semak-semak duri dengan meneabut akarnya, namun tumbuh-tumbuhan ini sulit dimusnahkan, karena semak-semak duri itu kelihatannya punya eara untuk tumbuh kembali.

Petani menantikan waktu menuai di mana dia bisa membawa hasil panennya. Hasil rata-rata pada waktu itu biasanya bisa kurang dari sepuluh kali lipat. Seorang petani dianggap mendapatkan hasil yang luar biasa besarnya kalau dia bisa mendapatkan hasil panen sampai tiga puluh kali lipat atau apalagi enam puluh kali lipat. Petani sangat jarang mendapatkan panen sampai seratus kali lipat (Kejadian 26:12). Singkatnya, petani tidak menaruh perhatian pada biji-biji gandum yang hilang pada saat menabur. Dia menaruh harapannya ke masa depan dan menunggu waktu panen tiba dengan penuh harapan.

Semua pendengar Yesus tidak ada yang tidak setuju dengan Dia. Klimaks dari kisah ini mungkin yang akan mengejutkan pendengar-Nya. Oleh karena, Yesus mengatakan bahwa hasil panen itu seratus kali lipat bukan panen normal yaitu sepuluh kali lipat. Jadi, inti dari kisah ini adalah panen yang berlimpah-limpah.

Pola Perumpamaan
Perumpamaan tentang penabur merupakan salah satu perumpamaan yang ditemukan di dalam ketiga Injil Sinopsis. Ketika penulis-penulis Injil ini secara individual memasukkan cerita Yesus tentang petani yang menabur dan memetik hasil, mereka masing-masing menujukan perumpamaan ini kepada pendengar mereka sendiri. Matius, Markus, dan Lukas menunjukkan maksud pengajaran Yesus dengan menempatkan perumpamaan ini di dalam konteks Injil mereka masing-masing secara jelas.

Injil Matius pasal 13 didahului dengan cerita pelayanan penyembuhan oleh Yesus (pasal 8 dan 9). Pada kesimpulan dari bagian ini, Matius mencatat bahwa Yesus sedang mengajar di Sinagoge. Ia memberitakan Kabar Baik tentang Kerajaan Surga, dan menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan (9:35). Kemudian Yesus melihat kepada orang banyak, dan karena mereka kurang mendapatkan bimbingan rohani, Dia merasa berbelas kasihan kepada mereka. Dia membandingkan mereka seperti domba yang tidak bergembala. "Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya, "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu" (9:37,38).

Matius mencatat pengutusan kedua belas murid untuk pergi kepada domba-domba Israel yang terhilang di dalam pasal l0. Tetapi Yesus mengingatkan murid-murid-Nya akan penolakan, penganiayaan, dan kematian. Mereka akan menghadapi penentang, kebencian, dan kehilangan nyawa. Matius melukiskan tema yang sama di dalam dua pasal berikutnya. Orang banyak mengikuti Yohanes Pembaptis, tetapi orang-orang itu rnengatakan bahwa dia kerasukan setan. Dan Yesus dikatakan sebagai pelahap dan peminum, ternan pemungut cukai dan "orang-orang berdosa" (11:19). Orang-orang di Korazin, Betsaida, dan Kapernaum tidak rnau bertobat dan percaya kepada perkataan-Nya, Sepertinya Yesus sedang mencangkuli tanah yang dangkal, dan benih yang Dia taburkan tidak menghasilkan. Tetapi Kerajaan Allah telah datang dan akan berkernbang terus meskipun Yohanes Pembaptis disalahrnengerti (11:3), orang-orang Galilea tidak percaya (11:21, 23), dan sikap ahli-ahli Taurat yang berrnusuhan (12:2, 24, 38). Orang-orang yang melakukan kehendak Allah adalah bagian dari Kerajaan Allah. Mereka adalah saudara laki-laki, saudara perempuan dan ibu dari Yesus (12:50).

Pada bagian ini, Yesus memperkenalkan perurnparnaan tentang penabur. Pengurangan struktur dari catatan Injil menyatakan keterampilan tangan dari seorang arsitek literatur. Matius telah merangkai tingkatan dari perumpamaan tentang penabur ini. Objeknya adalah untuk mengawasi pembacanya dengan panen yang tidak diharapkan yang dikumpulkan di dalam Kerajaan Allah.

Sebaliknya, Markus sepertinya rnenekankan pelayanan pengajaran Yesus di sepanjang tepi danau Galilea. Dia mulai bagian ini dengan mengatakan, "Pada suatu kali Yesus rnulai pula mengajar di tepi danau." (4:1). Markus menyebutkan danau sebanyak tiga kali di bagian ayat-ayat pendahuluan, sedangkan Matius mengabaikan referensi tentang Yesus yang duduk di atas perahu "di danau". Markus memberitahu pembacanya bahwa Yesus sekali lagi bertemu dengan kerumunan orang banyak di tepi air (lihat Markus 2:13 dan 3:7). Markus pada bagian ini memasukkan tiga dari empat perumpamaan (penabur, benih yang tumbuh, dan biji sesawi) ke dalam Injilnya dalam bentuk narasi untuk menunjukkan tempat mengajar, pendengar yang dijumpai Yesus, dan tujuan perumpamaan.

Penulis dari ketiga Injil menyampaikan perumpamaan tentang penabur dengan versi yang disingkat, dia menempatkannya di dalam konteks penerimaan dan penolakan. Perkataan dan perbuatan Yesus dapat diterima oleh orang-orang awam, pemungut cukai, wanita-wanita tunasusila dan yang lainnya (7:29,37; 8:1-3), tetapi dia bertemu dengan oposisinya yang keras yaitu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat (7:30, 39). Menurut Lukas versi perumpamaan ini berbeda sedikit dengan versi Matius dan Markus, meskipun jauh lebih pendek dan menunjukkan perubahan di sana-sini di dalam kosa katanya. "Perubahan tersebut menunjukkan bahwa Lukas atau tradisi lisan merasa bebas memodifikasi rincian perkataan di dalam kisah ini, sesuatu yang biasa dilakukan oleh pengkhotbah modern ketika mereka menceritakan perumpamaan-perumpamaan".

Matius 13:18-23
"Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."

Markus 4:13-20
"Lalu Ia berkata kepada mereka: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain? Penabur itu menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka. Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad. Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."


Lukas 8:11-15
"Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."

Perumpamaan tentang penabur adalah salah satu perumpamaan yang dijelaskan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya dan orang-orang lain yang bersama dengan mereka. Kita tidak menyangka bahwa perumpamaan membutuhkan penjelasan, tetapi di dalam kenyataannya perumpamaan membutuhkan sebuah aplikasi supaya dimengerti secara rohani. Pertanyaan awal dari murid-murid adalah, "Mengapa Yesus menceritakan perumpamaan kepada orang-orang?" dan mereka mendapatkan jawaban dari Yesus yang dapat dimengerti dengan begitu saja. Yesus menjawab, "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti." (Matius 13:11-13).

Kita mencatat bahwa murid-murid bertanya mengapa Yesus berbicara kepada orang-orang di dalam perumpamaan, dan Yesus menjawab mengapa berbicara kepada mereka di dalam perumpamaan. Markus membuat perbedaan antara "kita dan mereka" terlebih lagi yang diucapkan dengan melaporkan "Tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan" (4:11).

Tepatnya, apa yang Yesus maksudkan dengan frasa "rahasia Kerajaan Surga"? Jikalau Yesus adalah Guru Besar (Rabi), kita bisa mengharapkan Dia mengajarkan kebenaran rohani dengan bahasa yang sederhana. Sulit untuk percaya bahwa Yesus bermaksud menyembunyikan pengajaran-Nya kepada orang-orang banyak dengan memakai gaya bicara tertentu. Tetapi Dia berbicara mengenai misteri Kerajaan Surga.

Dokumen Qumran menunjuk peranan Guru Kebenaran yang diutus untuk menyatakan misteri (hal yang belum dinyatakan) Ilahi. Lagipula, Guru tersebut akan memerintahkan murid-murid-Nya di dalam wahyu yang Dia terima dari Allah. Yesus membawa wahyu Ilahi dengan mengajar murid-murid-Nya rahasia Kerajaan Surga. Orang-orang lain dalam lingkup yang lebih luas, yang bukan bagian dari kelompok murid-murid Yesus (yaitu mereka yang berada di luar), tidak memiliki pemahaman tentang Kerajaan Surga seperti yang dimiliki oleh murid-murid Yesus.

Secara tidak langsung Yesus menunjuk kepada pentingnya kelahiran rohani untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga (Yohanes 3:3, 5). Dengan kata lain, murid-murid telah diberi kemampuan dan hak istimewa untuk melihat rahasia Kerajaan Surga. Bagi mereka yang berada di luar tidak diberi hak istimewa ini.

Orang banyak yang dimaksud oleh Yesus ditunjukkan dengan sebutan "mereka." Kutukan yang diucapkan Yesus sendiri bagi kota-kota yang tidak mau bertobat yaitu Korazin, Betsaida, dan Kapernaum tidaklah mengejutkan (Matius 11:20-24). Dan Yesus ditentang secara terus-menerus oleh para pemimpin, para ahli tulis, orang-orang Farisi, dan hirarki imam-imam. Matius sepertinya menggunakan sebuah istilah yang sederhana bagi kumpulan orang-orang Yahudi di sekeliling Yesus - yaitu menggunakan istilah yang sederhana "mereka".

Tetapi, rahasia Kerajaan Surga tidak tersembunyi selamanya. Markus menambahkan kata-kata berikut ini dalam penjelasan Yesus tentang perumpamaan penabur,: "Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap" (4:22). Kebenaran yang dinyatakan oleh Yesus dengan menggunakan perumpamaan diberikan bagi mereka yang melihat dan mengerti.

Sebaliknya, Matius mengatakan bahwa barangsiapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya (13:12). Matius menulis bagi orang-orang Yahudi dengan menyatakan bahwa mereka yang tidak diberi persepsi rohani dan yang menolak perkataan Yesus harus melepaskan pemahaman mereka tentang Kerajaan Allah di dalam pengajaran Perjanjian Lama. Kebijaksanaan di dalam Perjanjian Lama menjadi tidak berarti tanpa pemahaman rohani tentang pengajaran ini. Jadi meskipun mereka (orang-orang Yahudi) melihat, sebenarnya mereka tidak melihat; meskipun mereka mendengar, sebenarnya mereka tidak mendengar dan mengerti (Matius 13:13).

Semua penulis Injil mengutip kata-kata Yesaya 6:9, 10 - Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi:
"Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, Kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, Dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya Dan mendengar dengan telinganya Dan mengerti dengan hatinya, Lalu berbalik sehingga aku menyembuhkan mereka." (Matius 13:14, 15)

Dan ketiga penulis Injil Sinopsis menggunakan kutipan Yesaya untuk mengungkapkan alasan mengapa orang yang mengeraskan hatinya akan kehilangan warisan rohani. Komentator yang lain menafsirkan penggunaan Yesaya 6:9, 10 sebagai penjelasan atau peringatan yang berhubungan dengan akibat dari hati yang keras.

Dari ketiga penulis Injil, Markuslah yang memberikan cerita yang paling lengkap tentang penafsiran perumpamaan Yesus. Markus juga memasukkan kata-kata omelan yang diucapkan oleh Yesus: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini?" (4:13). Dan sebagai hasilnya, Markus menunjukkan bahwa perumpamaan tentang penabur adalah unik. Perumpamaan ini mempunyai maksud yang khusus, mungkin karena adanya kenyataan bahwa perumpamaan penabur merupakan salah satu dari perumpamaan-perumpamaan-Nya yang diberi penjelasan oleh Yesus. Tetapi kata-kata omelan yang diucapkan Yesus juga menunjukkan bahwa murid-murid Yesus yang hatinya telah mengetahui kebenaran, seharusnya telah memahami arti dasar perumpamaan tersebut.

Sedangkan cerita Matius lebih berharga dalam hal komposisinya. Matiuslah yang telah memberikan kepada gereja judul dari perumpamaan ini: perumpamaan seorang penabur. Hanya di dalam Injil Matius, perumpamaan ini memberikan nada pedagogis dengan gaya yang seragam dan frasa simetris yang bergema.

Tetapi sebelum kita melangkah kepada penafsiran perumpamaan itu sendiri, kita harus mencatat bahwa perbandingan yang digunakan oleh Yesus di dalam perumpamaan tentang penabur ini juga dilukiskan di dalam 2 Esdras 9:30-33:

Engkau mengatakan: "Dengarkan Aku, Israel, dengarkan perkataanKu, suku Yakub. Inilah hukum-Ku, di mana Aku menabur di antara kamu supaya menghasilkan buah dan membawamu kepada kemuliaan selamanya." Tetapi bapa-bapa kami yang telah menerima hukum-Mu tidak menyimpannya; mereka tidak meneliti hukum-hukum-Mu, Tidak mungkin buah dari hukum itu yang binasa; melainkan milikmu sendiri yang binasa. Barangsiapa yang menerima hukum itu yang akan binasa, karena mereka gagal menyimpan benih yang baik yang telah ditabur di dalam .mereka.

Pada zaman Yesus, kata kerja "menabur" dapat diartikan secara metafora, yang berarti "mengajar." Kita bisa berpendapat bahwa penggunaan kata ini merupakan cara berbicara di dalam sinagoga lokal, Formulasi dan penafsiran Yesus terhadap perumpamaan penabur ini sangat cocok dengan cara bicara pada waktu sekarang.

Sejumlah faktor tidak ditemukan di dalam penafsiran perumpamaan ini. Figur penabur merupakan hal yang terpenting. Meskipun penabur hanya disebutkan di bagian pendahuluan perumpamaan saja, dan diasumsikan ada di dalam perumpamaan, kehadirannya tidak dijelaskan. Meskipun demikian, penekanannya jatuh pada benih yang ditabur. Lukas menyebut benih itu "Firman Allah"; Markus hanya menyebutnya dengan "Firman." Dan Matius dalam kutipannya dari Kitab Yesaya, mengatakan akibatnya, "Kepada setiap orang yang mendengar firman ten tang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan." (13:19). Meskipun mungkin kita berharap beberapa referensi mengenai hujan, yang jelas sekali dapat meningkatkan hasil panen, tetapi tidak ada referensi yang mengatakan ten tang hujan (misalnya,lihat Ulangan 11:14, 17). Juga tidak disebutkan tentang kerja keras mencangkul tanah, meskipun jelas bahwa pencangkulan itu menjadi bagian dari proses. Konstruksi dan penafsiran perumpamaan ini ditunjang oleh penentuan Allah terhadap hujan dan pengerahan tenaga manusia dalam pekerjaan di ladang. Perumpamaan ini menekankan naik turunnya hasil panen petani. Petani mungkin saja kehilangan panennya, dan di dalam perumpamaan ini tiga kali kehilangan panennya, tetapi pada waktu panen terakhir mendapatkan hasil yang berkelimpahan.

Aplikasi :
Jelas sekali bahwa Yesus bertujuan mengaplikasikan pengajaran-Nya tentang benih dan tanah ini bagi orang yang mendengar pesan Kerajaan Surga (menurut Matius), Firman Allah (menurut Lukas) dengan menyebutkan rincian-rinciannya seperti pinggir [alan, tanah yang berbatu-batu, dan semak-sernak duri. Matius memakai penggunaan tata bahasa" Present Tense" dari partisipal bahasa Yunani, yang menunjuk kepada orang yang diminta untuk mendengar dan menenma Firman Allah. Bagian Firman Allah ini juga menjelaskan bagaimana sikap empat macam pendengar yang berbeda terhadap Firman Allah itu.

Matius maupun Lukas sama-sama memperkenalkan kata hati yaitu, "Datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu." (13:19). Firman Allah menjangkau hati pendengar, tetapi sebelum Firman itu bisa mempengaruhinya, si jahat (Matius), setan (Markus), atau Iblis (Lukas) datang dan merampasnya. Di dalam perumpamaan ini, burung-burung datang ke pinggir jalan dan memakan benih sampai habis, Markus mengatakan, "Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka." (4:15). Kita akan mengatakan, "Masuk telinga kanan, ke luar telinga kiri," atau, "Seperti itik yang meninggalkan bekas jejaknya di air." Beberapa orang mendengarkan Injil dengan sopan, tetapi mereka hanyalah sebagai pendengar. Injil tidak lagi berharga bagi mereka, karena hati mereka sekeras jalan kecil di sepanjang sawah. Mereka benar-benar mengabaikan kesimpulan dari hukum Allah, "Cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu., (Matius 22:37).

Pertama-tama benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu mulai menampakkan pertumbuhannya. Tetapi teriknya musim panas mas uk ke dalam lapisan batu yang paling bawah, dan sekarang melepaskan hawa yang lebih dingin pada bulan November dan Desember secara perlahan-lahan. Pada saat itu akan turun hujan yang cukup yang memungkmkan terjadinya persemian dini karena adanya panas dan udara lembab yang diperlukan. Tunas yang hijau akan bersemi dengan cepat, dan sementara itu sisa tanah masih tetap tandus, yang memperlihatkan pertunjukan yang sangat mengesankan. Mata yang sudah terlatih dari petani-petani itu dapat melihat perbedaannya. Dia tahu bahwa munculnya tangkai hijau dari benih yang tumbuh di atas tanah yang berbatu-batu itu merupakan tipuan; tumbuh-tumbuhan itupun akan layu pada saat hujan berhenti dan matahari musim semi terbit dengan sangat panas. Tanaman tersebut tidak mempunyai akar yang dalam di dalam tanah yang bisa menyediakan air. Tanaman itu akan layu dan mati.

Baik Matius maupun Markus menunjukkan aspek kesiapan di dalam penafsiran dan aplikasi dari segmen perumpamaan ini. "Tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar sa)a. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karen a firman itu, mereka segera murtad." (Markus 4:17). Kesiapan direfleksikan dalam persemian benih yang cepat yang ditaburkan di atas tanah yang berbatu-batu.

Sedangkan Matius dan Lukas menghubungkannya dengan penghindaran dari kesulitan dan penganiayaan, di mana Lukas berbicara mengenai "masa pencobaan" (Lukas 8:13). Kedua penulis Injil ini menyebutkan saat-saat yang sulit yang menyebabkan orang akan berpikir dua kali ten tang agama. Ketika saatnya tiba di mana mereka harus mengambil keputusan dan membayar harga, mereka akan mengubah minat dan keterlibatan mereka dalam iman yang pernah mereka pegang dengan sukacita, Satu kata yang menjelaskan keadaan mereka: dangkal (superficiality). Matahari biasanya diibaratkan sebagai sumber kebahagiaan dan sukacita, dan digambarkan di siru dengan istilah kesulitan dan penganiayaan. Alasan mengapa tanah tersebut mengeras yang terlihat jelas adalah kurangnya udara yang lembab. Sebaliknya, orang benar tumbuh subur seperti pohon yang di tanam di tepi aliran air (Mazmur 1:3). Orang yang dangkal adalah orang yang kurang keyakinan, keberanian, stabilitas, dan ketekunan: Dia akan dipengaruhi oleh semua angin doktrin yang berhembus di jalannya. Karena dia berakar kurang dalam, kehidupan rohaninya menjadi tidak penting.

Benih yang ditaburkan di an tara semak-semak duri kelihatannya mempunyai kesempatan bertumbuh dan berkembang yang lebih balk daripada benih yang ditaburkan di tanah yang keras. Pertama, tanaman mulai bertunas sesudah masa persemian. Kenyataannya, dengan musim semi pada waktu itu tanaman tersebut kelihatannya sangat menjanjikan dan terlihat sarna dengan tanaman-tanaman yang lain. Tetapi ketika panas matahari menunjukkan kekuatan dan panasnya di bumi, akar semak-semak duri itu mu,lai bertumbuh. Sesudah musim dingin berhenti, tanaman itu akan siap menyambut musim yang baru, dan setelah beberapa minggu semak-semak duri itu akan bertumbuh lebih tinggi dari tanaman gandum. Semak-semak duri merebut kelembaban udara dan vitamin di dalam tanah dan benar-benar mencabut tanaman gandum sampai mati.

Tanah yang baik adalah tanah yang tidak keras seperti jalan setapak atau tidak dangkal seperti lapisan tanah yang berbatu-batu subur dan menyimpan udara yang lembab. Kekurangan unsur-unsur yang diperlukan di dalam tanah menyebabkan tanaman mempunyai tempat permanen dan akar yang lain. Benih yang ditaburkan di tanah yang subur dengan udara lembab yang tersedia banyak, jauh sebelumnya harus bersaing melawan semak-semak duri yang hijau di atas permukaan tanah untuk menumbuhkan dan mengembangkan akar-akarnya di dalam tanah. Singkatnya, dua macam tanaman sedang memperjuangkan sebuah tempat di bawah matahari, yang memenangkan perlombaan adalah tipe tanaman yang mempunyai akar kuat untuk masuk ke dalam tanah.

"Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah." (Markus 4:18, 19). Orang yang mempunyai kehidupan yang mendua - kehidupan beragama pada hari Minggu dan kehidupan yang tidak beragama selama hari-hari lain dalam seminggu - akan segera menemukan "kekuatiran hidup, tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan duniawi yang lain" mengambil alih kehidupannya, sehingga imannya menjadi tidak berarti. Pesan Injil tidak dapat berbunga dan berbuah, kecuali keinginan-keinginan duniawi dicabut. Orang macam ini mempunyai kehidupan yang mendua pada mulanya. Dia telah menemukan rasa aman di dalam kekayaan dan harta miliknya; dia membuang imannya dengan sengaja dan menjadikannya tempat kedua. Dia adalah orang yang bersifat "keduanya / dan" yang akhirnya menuai panen semak-semak berduri tanpa mendapatkan biji gandum sedikit pun. Kecuali apa yang dia miliki diambil darinya.

Tiga gambaran tanah ini seharusnya tidak membuat petani berkecil hati. Demikian juga, tiga gambaran orang yang memiliki iman yang tidak berbuah seharusnya tidak mengecilkan hati orang-orang percaya yang sungguh-sungguh. Benih yang ditanam di tanah yang baik akan menghasilkan panen yang berkelimpahan, hasil yang melimpah ruah. Orang yang dengan iman meresponi Injil tanpa perhitungan, akan berbuah berlipat-lipat tidak terhingga. "Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat" (Matius 13:23) . Markus memberikan urutan yang meningkat "tiga puluh, enam puluh, atau bahkan seratus kali lipat." Lukas hanya mendaftar "seratus kali lipat" di dalam perumpamaan, tetapi dalam penafsirannya dia menulis, "Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan" (Lukas 8:15). Apa yang dimaksudkan Lukas dengan "menyimpan," ditulis di dalam Injil Markus sebagai "menerima" dan di dalam Injil Matius sebagai "mengerti."

Kemudian, siapa yang merupakan orang yang memiliki hati yang baik dan mulia? Matius memberikan jawabannya. Dia mengatakan, "orang yang mendengar firman itu dan mengerti." Tentu saja, Matius mengingat lagi kutipan dari Kitab Yesaya. Orang yang memiliki hati yang sempurna dan mulia adalah orang yang melakukan kehendak Allah dan menjawab panggilan Allah "Siapa yang harus Aku utus?" jawablah dengan yakin, "Ini aku, utuslah aku, Tuhan." Dia adalah pendengar dan pelaku Firman. Dia mengerti karena hatinya mau menerima kebenaran Allah. Keberadaannya seluruhnya - kemauan, intelektual, dan emosinya - disentuh oleh Firman itu. Orang percaya mengalami pertumbuhan rohani, dan menghasilkan buah; dia melakukan kehendak Allah.

Apakah yang diajarkan perumpamaan ini? Beberapa sarjana menyebut perumpamaan penabur ini sebagai perumpamaan dari perumpamaan-perumpamaan. Bukan berarti bahwa perumpamaan ini perumpamaan yang paling terkenal di dalam Injil Sinoptik, tetapi dikarenakan berisi empat perumpamaan yang dijadikan satu. Keempat perumpamaan ini hanyalah aspek dari satu kebenaran khusus: Firman Allah diberitakan dan memberikan tugas kepada pendengamya; umat Allah menerima Firman, mengertinya, dan dengan taat melakukannya; orang-orang yang lain gagal mendengarkan karena hatinya yang keras, kedangkalan yang mendasar, atau keinginan terhadap kekayaan dan harta yang tidak dapat ditinggalkan. Orang-orang yang demikian gagal menghasilkan buah, dan bahkan apa yang mereka miliki perkataan rohani - akan diambil daripadanya. Karena itu perumpamaan ini menyentuh mereka yang benar-benar ada di dalam gereja maupun mereka yang berada "di luar." Hal ini merupakan kebenaran pokok dari perumpamaan ini. Semua rincian di dalam perumpamaan ini berpusat pada satu tema. Pemberitaan Injil yang penuh iman tidak akan pernah gagal menghasilkan buah, "menghasilkan panen, tiga puluh, enam puluh, atau bahkan seratus kali lipat dari yang ditabur."


Tuhan Memberkati

SHARED BY
LOG