Wednesday, August 8, 2012

Renungan – Perumpamaan Dua Dasar

Matius 7:24-27
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

Lukas 6:47-49

Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya -- Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan --, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya.

Yesus seringkali menyaksikan hujan lebat yang tiba-tiba yang disebabkan oleh dasar sungai yang kering dan berubah menjadi aliran air sungai yang sangat deras. Pemandangan semacam ini sudah biasa di Israel, karena cuaca dapat berubah dengan cepat dan kadang-kadang merubah daratan secara drastis.

Pada zaman Yesus, rumah-rumah di pedesaan biasanya dibangun dari lumpur yang mengeras. Pencuri bisa melubangi tembok rumah semacam ini (Matius 6:19). Ketika Yesus sedang mengajar di sebuah rumah, empat orang melubangi atap rumah supaya mereka bisa menurunkan temannya yang lumpuh (Markus 2:3, 4). Apabila tukang bangunan ingin memberikan pelayanan bisnis yang baik, maka ia akan membangun rumah jauh dari tempat jalan air, meskipun selokan-selokannya mungkin tetap kering selama bertahun-tahun.

Tukang bangunan yang bijaksana memilih dasar di atas batu karang. Kemudian dia tidak perlu khawatir dengan hujan yang amat deras, kenaikan air secara tiba-tiba yang dapat menyapu bersih rumah-rumah, dan angin keras yang memukul rumah-rumah. Sebuah rumah yang dibangun di atas batu karang mempunyai pondasi yang kuat.

Seorang tukang bangunan yang bodoh membangun rumahnya seperti dia memasang kemah. Tidak terpikir olehnya bahwa sebuah rumah seharusnya dibangun dengan struktur yang permanen. Dia membangun rumahnya di atas pasir, mungkin supaya dekat dan mudah untuk mendapatkan air di sungai kecil. Penghuni rumah tidak perlu takut, sepanjang cuaca tetap baik dan langit tetap biru. Tetapi bila tanpa peringatan yang cukup cuaca berubah, awan sudah berkumpul, hujan turun, aliran air naik, dan angin bertiup, maka rumah itu akan rubuh dengan kerasnya.

Dua penulis Injil yaitu Matius dan Lukas, menyajikan sejumlah perbedaan dalam penyusunan kata di dalam perumpamaan ini. Dalam derajat tertentu, variasi penulisan dapat dijelaskan dengan menunjuk pada pembaca yang dituju oleh Matius dan Lukas. Matius menulis untuk pembaca bangsa Yahudi yang tinggal di Israel, tetapi Lukas memberitakan Injil kepada bangsa Yunani yang tinggal di Asia Kecil dan di bagian-bagian lain di dunia Mediterania. Bagi orang Yahudi yang sangat mengenal teknik-teknik pembangunan di daerah Israel, perumpamaan tentang dua tukang bangunan yang ditulis oleh Matius dapat dengan mudah dipahami. Tetapi, Lukas tidak menulis untuk orang yang tinggal di Galilea atau Yudea. Dia menulis untuk bangsa Yunani dan Helenis. Jadi Lukas mengganti prosedur cara membangun, yang berbeda dengan cara membangun di Israel. Lukas menulis bahwa tukang bangunan menggali pondasi rumah itu dalam-dalam dan meletakkannya di atas batu karang. Lukas harus mempertimbangkan perubahan geografis dan klimatologis, di samping perbedaan konstruksi bangunan. Lukas menunjukkan banjir yang datang dan aliran air yang deras, sedangkan Matius menulis tentang hujan yang turun, aliran air yang naik, dan angin yang bertiup. Lukas berbicara mengenai bangunan di atas tanah, sedangkan Matius berbicara mengenai bangunan di atas pasir. Perbedaan secara rinci ini tidak mengubah arti perumpamaan. Tukang bangunan memikirkan jauh ke depan pada waktu ia memilih untuk membangun rumah di atas dasar pondasi yang permanen.

Orang yang membangun rumah dengan bijaksana adalah orang yang mendengar perkataan Yesus dan melakukannya. Mendengar perkataan Yesus tetapi tidak melakukannya adalah suatu kebodohan. Orang yang demikian diumpamakan dengan orang yang membangun rumahnya di atas pasir atau di atas tanah tanpa pondasi.

Perumpamaan ini menyuarakan perkataan nabi Yehezkiel. Dia menjelaskan tentang dibangunnya tembok tipis, kemudian turun hujan deras, hujan es meluncur dengan keras, dan badai topan melanda, sehingga tembok tersebut runtuh

Yehezkiel 13:10-16

Oleh karena, ya sungguh karena mereka menyesatkan umat-Ku dengan mengatakan: Damai sejahtera!, padahal sama sekali tidak ada damai sejahtera -- mereka itu mendirikan tembok dan lihat, mereka mengapurnya -- katakanlah kepada mereka yang mengapur tembok itu: Hujan lebat akan membanjir, rambun akan jatuh dan angin tofan akan bertiup! Kalau tembok itu sudah runtuh, apakah orang tidak akan berkata kepadamu: Di mana sekarang kapur, yang kamu oleskan itu? Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Di dalam amarah-Ku Aku akan membuat angin tofan bertiup dan di dalam murka-Ku hujan lebat akan membanjir, dan di dalam amarah-Ku rambun yang membinasakan akan jatuh. Dan Aku akan meruntuhkan tembok yang kamu kapur itu dan merobohkannya ke tanah, supaya dasarnya menjadi kelihatan; tembok kota itu akan runtuh dan kamu akan tewas di dalamnya. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN. Begitulah Aku akan melampiaskan amarah-Ku atas tembok itu dan kepada mereka yang mengapurnya dan Aku akan berkata kepadamu: Lenyap temboknya dan lenyap orang-orang yang mengapurnya, yaitu nabi-nabi Israel yang bernubuat tentang Yerusalem dan melihat baginya suatu penglihatan mengenai damai sejahtera, padahal sama sekali tidak ada damai sejahtera, demikianlah firman Tuhan ALLAH."

Pada kesimpulan khotbah di bukit (Matius 5-7) atau khotbah di tempat yang datar (Lukas 6), Yesus menginginkan pendengarnya bukan hanya sebagai pendengar tetapi sebagai pelaku dari Firman yang telah Dia sampaikan. Hanya mendengarkan perkataan Yesus saja tidak cukup. Orang percaya harus percaya pada perkataan Yesus dan membangun rumah imannya di atas dasar Yesus saja. Yesus adalah pondasi di mana orang yang bijaksana membangun rumahnya. Seperti perkataan Paulus, "Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus" :

1 Korintus 3:10
-16
Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.idak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?

Barangsiapa yang bijaksana mau mendengar dengan serius dan mengatur hidupnya sesuai dengan perkataan Yesus. Barangsiapa mendengarkan Yesus tetapi tidak melakukannya, ia akan mengalami keruntuhan yang hebat. Dia tidak menyediakan waktu untuk menggali dan meletakkan pondasi. Rumahnya selesai dalam waktu yang singkat dan untuk semen tara rumah itu dapat memenuhi kebutuhannya. Tetapi, pada waktu kesukaran dan badai kehidupan datang menyerang, rumah yang tidak memiliki Yesus sebagai pondasinya, akan runtuh dan hancur secara total.

Perumpamaan ini secara tidak langsung berbicara tentang penghakiman Allah, di mana setiap orang, baik yang membangun rumahnya dengan bijaksana atau pun yang bodoh, harus menghadapinya. Orang yang bijaksana yang membangun rumah imannya atas dasar Yesus dapat bertahan menghadapi badai kehidupan. Dia tetap aman, bisa mengatasinya, dan menang. Di bagian pengajaran Yesus tentang berbahagialah (Matius 5:1-12), Yesus memanggil orang miskin, orang yang lemah, orang yang tertindas sebagai orang yang berbahagia. Di dalam perumpamaan ini, orang yang membangun rumahnya di atas batu karang menunjukkan ketekunan di dalam melakukan segala sesuatu. Mereka mendengarkan perkataan Yesus dan melakukannya. Karena itu, mereka tidak pemah runtuh. Mereka percaya kepada Yesus dan menaati perkataan-Nya.


Tuhan Memberkati


SHARED BY
LOG

No comments:

Post a Comment