Markus 4:26-29
"Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang
yang menaburkan benih di tanah, lalu
pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu
mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui
orang itu. Bumi dengan sendirinya
mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir
yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila
buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah
tiba.""
Penulisan di dalam Injil Markus tidak dikenal dalam bentuk percakapan;
tetapi bentuk naratif di mana penulis menggambarkan Yesus secara gamblang
sebagai seorang yang selalu bertindak. Markus tidak memasukkan bahan yang
bersifat didaktik (mendidik), misalnya tulisan mengenai tanda-tanda akhir zaman
(pasal 13) dan tiga perumpamaan tentang pertumbuhan (pasal 4). Markus tidak
tertarik menambah jumlah perumpamaan. Dia ingin menunjukkan bahwa dia selektif
di dalam memilih materi-materi yang tersedia. Markus memilih perumpamaan
tentang penabur; benih yang tumbuh, dan perumpamaan ten tang biji sesawi.
Perumpamaan-perumpamaan tersebut merinci penanaman benih, pertumbuhan,
pendewasaan, pematangan dan penuaian dengan jelas. Markus menggunakan
perumpamaan-perumpamaan untuk mengilustrasikan sifat Kerajaan Allah yang
diajarkan oleh Yesus.
Latar Belakang Perumpamaan
Karena perumpamaan ten tang benih yang tumbuh ini kurang rinei, kisah ini
menjadi cerita yang sederhana. Di dalam perumpamaan ini tidak disebutkan
mengenai persiapan tanahnya, curah hujan, sinar matahari, pengendalian terhadap
lalang, atau pemupukan secara organik. Di dalam perumpamaan tentang penabur,
kehidupan petani terlihat paralel, tidur pada waktu malam, dan aktif kembali
pada pagi hari. Pada saat panen dia meletakkan sabitnya di atas biji-biji
gandum.
Meskipun rincian-rincian di dalam perumpamaan ini penting karena menekankan
tentang cara menabur, bertumbuh, dan menyiangi rumput, tetapi perumpamaan ini
tidak menceritakannya secara rinei. Kita seharusnya tidak berasumsi kalau
petani menghabiskan hari-harinya dengan bermalas-malasan. Tentu saja tidak; dia
telah melakukan pekerjaannya, di mana waktunya telah habis banyak untuk
membajak, memupuk, dan menyiangi rumput. Selain tugas harian tersebut, dia
harus membeli dan menjual, merencanakan dan menyiapkan panen. Semua pekerjaan
ini dijamin ada di dalam perumpamaan ini dan dapat dimengerti. Kita juga
mencatat bahwa Allah akan menyediakan hujan yang diperlukan. Allahlah yang
mengontrol semua elemen-elemen alam ini.
Tema pokok yang sebenarnya dari perumpamaan ini adalah Allah yang
mengontrol semua elemen-elemen alam ini. Setelah menabur benih petani harus
menyerahkan saat bertunas, bertumbuh, penyerbukan, dan pendewasaannya kepada
Allah. Petani dapat menjelaskan proses pertumbuhan gandum, tetapi dia tidak
dapat menerangkan kejadiannya. Sesudah gandum ditaburkan, biji itu menyerap
udara yang lembab dari dalam tanah, menggembung, dan bertunas. Sesudah satu
atau dua minggu, daun-daun yang masih kecil muncul ke permukaan;
tumbuh-tumbuhan itu mulai bertunas dengan cepat, bertambah tinggi, dan
bungkulnya mengembang. Kemudian, pada saat tanaman tersebut mati, warnanya
berubah dari hijau menjadi warna keemasan; bijinya telah tua dan tibalah
saatnya untuk menuai. Petani tidak dapat menjelaskan pertumbuhan dan
perkembangan ini. Petani hanyalah seorang pekerja yang pada saat tertentu
menabur dan menuai. Allahlah yang memegang rahasia kehidupan. Allahlah yang
mengontrol kehidupan ini.
Penafsiran :
Perumpamaan benih yang tumbuh hanya ditemukan di dalam Injil Markus. Matius
dan Lukas tidak menulisnya, dan kita tidak dapat menemukan informasi lebih
lanjut yang lain selain yang ditemukan di dalam beberapa ayat di Injil Markus
4:26-29 . Perumpamaan ini didahului dengan kalimat, "Beginilah hal
Kerajaan Surga itu."
Penafsiran dari perumpamaan ini sangat bervariasi. Beberapa komentator
menerangkan kisah ini secara alegoris: Kristus telah menabur dan akan tiba
musim menuai; bagian akhir dari perumpamaan ini menunjukkan pekerjaan Roh Kudus
yang tidak terlihat di dalam gereja dan di dalam jiwa. Komentator yang lain
menekankan hal-hal yang berikut ini: benih, masa pertumbuhan; panen; atau
mengkontraskan antara menabur dan menuai. Semua penafsiran tersebut tentu
saja - yang alegoris sekali pun (dengan persyaratan-persyaratan tertentu) -
mempunyai kelebihan-kelebihan.
John Calvin melihat kepada Penulis perumpamaan ini dan kepada
pelayan-pelayan Firman yang menaburkan benih. Calvin mengatakan bahwa jika
mereka tidak melihat hasilnya dengan segera, mereka seharusnya tidak berkecil
hati. Yesus mengajar mereka untuk bersabar dan mengingatkan mereka akan proses
pertumbuhan di dalam alam ini. Sesudah memberitakan Firman, mereka dapat
melakukan tugas biasa sehari-hari, sehingga mereka seharusnya tidak perlu repot
dan resah - tidur pada malam hari dan bangun pada pagi hari dan melakukan
pekerjaan yang harus dikerjakan. Pada saat gandum sudah tua barulah buah
pekerjaan pengkhotbah tersebut akan segera tampak. Pelayan-pelayan Injil
seharusnya berbesar hati dan melanjutkan pekerjaan mereka dengan keinginan yang
besar dan dengan iman.
Allah yang mengerjakan proses persemian, pertumbuhan, dan penuaian benih.
"Buah adalah hasil dari benih; akhir merupakan kelengkapan dari permulaan.
Ukuran besar yang tidak terhingga berasal dari ukuran kecil yang tidak
terhingga". Mengingat kembali kata-kata Paulus yang menggembirakan
adalah baik di mana dia yakin akan hal ini, "Ia yang memulai pekerjaan
yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari
Kristus Yesus." (Filipi 1:6).
Di dalam perumpamaan ini, petani hanya sebagai asisten di dalam pekerjaan
Ilahi. Dia menabur benih dan hari demi hari melakukan pekerjaan yang perlu -
dia pergi untuk bisnisnya. Dia yakin bahwa panen akan segera tiba. Sebenarnya
dia mengetahui berdasarkan pengalaman berapa hari waktu yang diperlukan dari
saat menabur sampai waktu menuai. Dan pada saat hasilnya telah tua dia
tidak akan menunggu hari yang lain. Saat panen telah datang. Demikian juga,
pelayan-pelayan Firman adalah pekerja Ilahi, memberitakan kabar baik tentang
keselamatan di dalam Kristus Yesus. Semen tara Allah melakukan pekerjaan yang
penuh rahasia yaitu pertumbuhan dan perkembangan, mereka harus menyingkir.
Menurut waktu yang ditetapkan oleh Allah, panen akan tiba dan pelayan akan
melihat hasilnya.
Perumpamaan tentang benih yang tumbuh ini benar-benar merupakan perumpamaan
yang merupakan kejadian yang berurutan: masa menabur kemudian tibalah masa
menuai. Manifestasi dari Kerajaan Allah adalah sesudah pelayanan Firman Allah
yang penuh iman. Satu kejadian mengikuti kejadian yang lain, tidak ada sesuatu
yang terjadi tanpa kuasa kerja Allah yang penuh rahasia. "Pengajaran dari
perumpamaan ini adalah: kemenangan itu pasti; saat panen sudah hampir tiba dan
akan segera tiba pada saat yang diputuskan di dalam rencana Allah yang kekal.
Kemudian Kerajaan Allah akan dinyatakan dengan segala kemegahannya".
Kata-kata terakhir dari perumpamaan ini mengingatkan kepada Yoel 3: 13,
"Ayunkanlah sabit, sebab sudah masak tuaian." Tanpa diragukan lagi,
pada akhirnya perumpamaan ini menunjuk kepada hari penghakiman, Menurut Wahyu
14:12-16 ketika Tuhan mengirimkan malaikat-malaikat-Nya untuk mengumpulkan
tuaian di bumi. Karena itu mereka yang diutus untuk memberitakan Firman harus
belajar dari petani untuk bersabar. "Karena itu, saudara-saudara,
bersabarlah sampai kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang
berharga dari tanahnya ... " (Yakobus 5:7). Kurang sabar merupakan
karakteristik manusia. Ketidaksabaran ini pun ada di dalam penjelasan Yohanes
tentang jiwa-jiwa yang telah dibunuh karena Firman Allah. Mereka berseru dengan
suara nyaring, "Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar ...
?" Dan jawaban yang mereka terima adalah bahwa mereka harus menunggu
sedikit lagi (Wahyu 6:9-11). Allahlah yang mengontrol dan menentukan kapan saat
untuk menuai tiba. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hari dan waktunya,
bahkan Yesus sendiri juga tidak mengetahuinya (Matius 24:36).
Tuhan Memberkati
SHARED BY
LOG
No comments:
Post a Comment