Thursday, August 16, 2012

Renungan – Perumpamaan Mutiara yang Berharga

Matius 13:45-46
"Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Di dalam kisah seri tujuh perumpamaan, Matius sungguh-sungguh menguraikan secara luas kedua perumpamaan yang pertama, yaitu perumpamaan ten tang seorang penabur, dan perumpamaan tentang lalang di antara gandum. Kedua perumpamaan itu masing-masing diberikan penafsirannya. Lima perumpamaan yang lain lebih singkat dan langsung menjelaskan tentang isinya. Kedua perumpamaan tentang harta yang terpendam dan tentang mutiara yang berharga masing-masing terdiri atas dua kalimat; dan bagian dari kalimat pertama dari masing-masing perumpamaan ini selalu ada frasa pendahuluan, "Kerajaan Surga seperti ... " Tentu saja, hal pokok dari perumpamaan ini ditemukan di dalam kalimat kedua.


Kedua perumpamaan ini hanya terdapat di dalam Injil Matius dan berbentuk pasangan. Tidak diketahui apakah Yesus mengajarkan kedua perumpamaan ini secara berurutan atau apakah Matius yang menyusun materinya secara topikal dan menempatkan kedua perumpamaan itu bersama-sama: tetapi kenyataannya keduanya ditulis secara bersama-sama.

Dapat dikatakan bahwa kalimat pendahuluan dari kedua perumpamaan sangat tidak seimbang. Di satu sisi Kerajaan Surga seperti harta, dan di lain pihak seperti seorang pedagang. Kita tidak boleh mendekati kedua perumpamaan ini dengan pola pikir Barat yang analitis. Kita harus mencoba memahami arti dasarnya seperti yang dimengerti oleh para murid sebagai orang pertama yang mendengar perumpamaan-perumpamaan ini.


Latar Belakang Perumpamaan
Yesus menceritakan perumpamaan tentang seseorang yang menemukan harta yang terpendam di ladang. Dengan cepat dia menguburkan kembali harta tersebut dan pulang ke rumah dengan senang dan menjual semua yang dia miliki supaya bisa membeli ladang tersebut.


Anak-anak sering berfantasi seandainya mereka menemukan harta terpendam di beberapa ladang atau di beberapa bangunan tua atau gudang yang tidak diperhatikan oleh banyak orang. Di dalam masyarakat kita yang sudah berpengalaman dalam hal-hal duniawi, kita menyebut hal ini tidak realistis; kita berpikir bahwa hal yang demikian tidak akan terjadi lagi. Meskipun penemuan-penemuan terus dilakukan dari waktu ke waktu: seorang anak penggembala menemukan gulungan surat perkamen yang sudah berusia ribuan tahun di dekat Laut Mati; seorang penyelam menemukan emas dan perak yang berada di dalam kapal Spanyol yang tenggelam di abad ke tujuh belas di dasar Laut Florida; seorang petani di Suffolk, Inggris, menemukan sebuah kontainer yang berisi piring perak indah zaman Romawi ketika sedang mencangkul ladangnya.

Sebuah harta terpendam di dalam ladang. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab adalah siapa yang meletakkan harta tersebut di sana dan sudah berapa lama harta itu diletakkan. Kita tahu bahwa pada zaman Palestina dahulu, sebuah negara seringkali dirusak oleh perang, mereka sering menyembunyikan harta atau sebagian dari harta mereka di ladang dan tidak di dalam rumah. Peneuri dapat menemukan harta di dalam rumah; harta tersebut akan lebih aman di ladang. Tetapi jika pemiliknya terbunuh selama perang, dia akan membawa rahasia tersebut ke kuburan, dan tidak seorang pun tahu di mana dia menyembunyikan harta tersebut.

Orang yang menemukan harta yang terpendam itu mungkin adalah orang bayaran atau seorang penyewa. Dia mungkin sedang meneangkulladang, menggali parit, atau menanam pohon. Apapun pekerjaannya, dia menyentuh sesuatu di dalam tanah dan tidak berbunyi, seperti sebuah batu. Dia menggalinya keluar dan menemukan sebuah harta terpendam. Kita tidak diberitahu harta apa itu, tetapi orang itu tereengang. Dia tidak pernah melihat harta yang sedemikian berharga sebelumnya. Harta tersebut dapat menjadi miliknya bila dia memiliki ladang itu.

Orang tersebut telah membuat sebuah rencana dengan cepat. Dia segera meletakkan kembali harta tersebut ke asalnya, menutupinya dan pulang ke rumah. Dia tahu bahwa pemilik ladang yang sekarang tidak meletakkan hartanya di ladang itu. Karena itu jika pemilik ladang tersebut menjual ladangnya, dia akan memiliki harta tersebut di tanah miliknya sendiri. Kemudian harta itu benar-benar akan menjadi miliknya. Dia memerlukan uang dan berkeinginan untuk menjual semua yang dia miliki. Orang mungkin akan terkejut menyaksikan keputusannya yang tergesa-gesa; tetapi orang tersebut mengetahui apa yang sedang dia lakukan. Dia bisa membeli ladang dengan uang hasil penjualan semua miliknya tersebut untuk mendapatkan harta yang terpendam.

Matius mencatat perumpamaan Yesus tentang harta yang terpendam dengan menggunakan kuas verbalnya. Seorang pedagang mencari mutiara dan menemukan satu mutiara yang sangat berharga. Dia pergi untuk menjual semua yang dimilikinya dan membeli mutiara itu.

Cerita itu paralel dengan laki-laki yang menemukan harta terpendam. Dedikasi yang sama ditemukan di dalam kedua perumpamaan ini. Masing-masing orang pasti memiliki objek yang diinginkannya me skip un harus dibayar dengan kehidupannya. Kedua orang tersebut seeara harfiah menjual semua yang mereka miliki supaya mendapatkan harta atau mutiara.

Mutiara tampaknya tidak dikenal pada zaman Perjanjian Lama, tetapi mutiara telah menjadi simbol status orang kaya pada abad pertama di zaman kekristenan. Yesus menceritakan kepada pendengarnya, "Jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi" (Matius 7:6), dan Paulus mengharapkan wanita pada zaman itu untuk berpakaian sederhana, "Rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal" (l Timotius 2:9). Di dalam Kitab Wahyu suara dari surga menga takan, "Dan pedagang-pedagang di bumi menangis dan berkabung karena dia, sebab tidak ada orang lagi yang membeli barang-barang mereka, yaitu barang-barang dagangan dari emas dan perak, permata dan mutiara," (Wahyu 18:11, 12).

Pada zaman Yesus dan para Rasul, mutiara sangat diminati. Pedagang-pedagang harus pergi ke Laut Merah, Teluk Persia, dan juga ke India untuk mendapatkan mutiara. Mutiara yang rendah mutunya berasal dari Laut Merah; mutiara yang berasal dari Teluk Persia, pesisir Sri Lanka dan India lebih bagus mutunya. Seorang pedagang harus mengadakan perjalanan di dalam pencariannya untuk mendapatkan mutiara yang lebih besar dan lebih baik.

Orang yang digambarkan oleh Yesus, sedang mencari mutiara yang baik. Kita tidak mengetahui berapa jauh dia telah mengadakan perjalanan, tetapi pada hari yang ditentukan dia menemukan sebuah mutiara yang istimewa yang bernilai besar. Bagi dia, penemuan ini merupakan sebuah kesempatan di dalam kehidupannya. Dia tidak akan bahagia sampai mutiara tersebut menjadi miliknya. Dia mempertimbangkannya kembali, membuat semua kalkulasi, mengevaluasi kekayaannya, dan memutuskan untuk menjual semua miliknya supaya bisa membeli satu mutiara yang sempurna.

Pedagang tersebut tidak merundingkan pencarian mutiara yang sempurna itu dengan pencari mutiara yang lain, karena dia mencari mutiara melalui jalur yang biasa dilakukan. Pada waktu itulah dia menemukan mutiara yang terbaik yang belum pernah dilihatnya. Seperti orang yang menemukan harta terpendam, pedagang itu tiba-tiba menemukan mutiara. Dia harus segera memutuskan untuk menjual semua harta dan membeli ladang tersebut atau dia tidak akan pernah mendapatkan mutiara itu. Seorang pedagang yang serius, sementara dia membuat transaksi, dia tidak akan memalingkan wajahnya. Bila mutiara tersebut menjadi miliknya, dia akan merayakannya.

"Tidak baik! Tidak baik!", kata si pembeli tetapi begitu ia pergi, ia memuji dirinya. (Amsal 20:14)

Aplikasi

Teman-teman dan kenalan-kenalan dari kedua orang di dalam perumpamaan ini pasti terheran-heran ketika mereka melihat bahwa kedua orang itu menjual segala sesuatu yang dimilikinya. Mereka pasti terkejut ketika menyaksikan milik kedua orang tersebut telah kembali segera sesudah itu. Dan mereka akan merasa hormat; orang-orang itu tahu apa yang sedang mereka lakukan.

Tetapi, kedua orang tersebut tidak berspekulasi. Di dalam menjual tanah dan membeli mutiara tidak ada resiko; barang yang dibeli nilai nya tidak akan berubah. Apa yang mereka lakukan sangat masuk aka!' Mereka secara kebetulan menemukan barang-barang tersebut. Alangkah bodohnya kalau mereka mengabaikan begitu saja penemuan itu. Kesempatan dibukakan di hadapan mereka, yang harus mereka lakukan adalah mendapatkan harta terpendam dan mutiara itu.

Kedua orang tersebut tidak mengorbankan apa-apa di dalam membeli ladang dan mutiara, meskipun mereka harus menjual segala sesuatu yang mereka miliki. "Ada perbedaan dasar antara harga beli dengan sebuah pengorbanan. Pembelian diarahkan untuk mendapatkan benda dengan nilai yang sama. Sebaliknya pengorbanan adalah suatu pemberian tanpa mengharapkan imbalan." Kedua orang itu yaitu orang yang menemukan harta terpendam maupun pedagang mutiara membayar barang-barang itu dengan harga yang sepadan. Mereka mendengar terbukanya kesempatan dan siap membayar harganya. Mereka memberikan semua yang mereka miliki supaya mendapatkan satu barang yang mereka inginkan.

Kemudian apa yang diajarkan oleh perumpamaan ini? Bapa-bapa gereja seperti Irenaeus dan Augustine mengidentifikasikan harta terpendam dan mutiara dengan Kristus. Mereka melihat dengan benar. Orang-orang yang baru bertobat mengatakan hal yang sama: "Saya telah menemukan Kristus." Seorang Kristen yang masih muda tiba-tiba menemukan Kristus. Dia kembali ke lingkungannya dengan dipenuhi sukacita, berhenti dari gaya hidupnya, dan setia kepada Tuhan sepenuhnya. Beberapa orang menjual bisnis mereka untuk masuk ke pendidikan teologi, ditahbiskan, dan diutus sebagai pendeta atau misionaris demi Injil Kristus.

Kristuslah yang menawarkan harta terpendam dan mutiara bagi mereka yang sedang melakukan perjalanan di dalam kehidupannya. Beberapa orang sedang meneliti. Beberapa lagi sedang mengembara. Tiba-tiba mereka bertemu dengan Yesus dan menemukan harta terpendam yang tidak ternilai di dalam Dia. Salah satu respons mereka terhadap Yesus adalah penyerahan diri secara total. Mereka menjual semua yang mereka miliki dengan penuh sukacita supaya memiliki Yesus. Tentu saja, keselamatan adalah penuh, cuma-cuma, serta tidak dapat dibeli. Keselamatan merupakan suatu pemberian dan Yesus menuntut hati manusia. Di dalam kata-kata sebuah puisi ditulis:


Tuhan Memberkati

SHARED BY
LOG

No comments:

Post a Comment