Saturday, April 7, 2012

Tuhan Tidak Akan Pernah Menyerah

Suatu hari, ada sekelompok kecil petani yang sedang berdoa agar turun hujan.  Setiap hari Minggu di gereja, mereka berkumpul dan berdoa untuk hujan.  Tapi pada suatu hari Minggu, pastor mengumumkan, “Bagaimana Tuhan bisa memberi Anda hujan jika Anda tidak memiliki iman?”

Para petani bertanya, “Bagaimana pastor tahu kami tidak mempunyai iman?”

Pastor itu berkata, “Setiap hari Minggu, kalian berdoa untuk hujan.  Tapi berapa banyak dari kalian yang membawa payung?”

Tak seorangpun di gereja itu yang membawa payung.

Pastor melanjutkan, “Tak seorangpun dari kalian yang siap untuk menerima berkat-berkat yang kalian doakan.”

Minggu berikutnya, orang-orang mulai membawa payung.

Dan tak lama kemudian, turunlah hujan.

Teman, apakah Anda siap untuk menerima berkat-berkat Anda?

Nuh membangun bahtera sebelum turun hujan, bukan selama atau sesudahnya.

Anda perlu membangun bahtera Anda sekarang.

Apakah Anda betul-betul mengharapkan jawaban atas doa Anda?

Saya sedang berdoa untuk 1.000 Feast (pertemuan mingguan kami) tersebar di seluruh dunia.

Pada waktunya Tuhan, saya berharap hal itu terjadi.

Tapi bahkan hari ini, kami berdoa untuk berkat itu.  Kami membawa payung kami.  Kami membangun bahtera kami.  Bagaimana?  Kami mendidik 1.000 Pendiri Feast lewat Kursus Leadership kami.

Hari ini, apa payung Anda?  Kenali payung Anda dan bawalah bersama Anda.

Sekarang juga, ada beberapa dari Anda yang siap untuk menyerah atas mimpi yang Tuhan taruh dalam hati Anda.

Jangan menyerah.  Karena Tuhan tidak menyerah atas diri Anda.

Oh ya, Anda mungkin harus menyerah atas versi tertentu dari mimpi Tuhan bagi hidup Anda.

Saya ingat Uskup Soc Villegas memberitahu saya bahwa ia ingin menjadi seorang biarawan – sendirian di pondok bambunya, merawat sebuah kebun kecil.  Itulah cara yang ia inginkan untuk melayani Tuhan.  tapi Tuhan menginginkannya melayani sebagai seorang pastor dan Uskup yang sangat sibuk.

Saya senang menceritakan kisah bagaimana saya terpaku oleh properti seluas 500 meter persegi untuk Pusat Komunitas kami.  Itu adalah tanah sitaan yang akan dijual oleh bank.  Saya begitu menginginkannya, saya mengunjunginya berkali-kali – dan ketika tak seorangpun melihat – saya menumpangkan tangan untuk berdoa dan “mengklaim” tanah itu menjadi milik kami.  (Jika saya melihat seseorang lewat di jalan, saya akan berpura-pura memeriksa pagarnya.)

Saya begitu gigih.  Saya meminta komunitas kecil Light of Jesus untuk berpuasa.  Saya bahkan menjadwalkan doa tiga malam untuk berdoa bagi tempat itu.  Kami juga mencari dana.  Kami menyanyikan lagu-lagu Natal di bulan Agustus.

Tapi suatu hari, kami menerima kabar: Seseorang membeli tanah itu dari bank.  Kami merasa hancur.

Saya ingat persekutuan doa kami ketika kami mengetahui hal itu.  Rasanya sama seperti saya menghadiri sebuah upacara pemakaman.  Beberapa orang bahkan menangis.

Tapi sepuluh tahun kemudian, Tuhan menjawab doa kami.  Akhirnya kami memperoleh sebuah properti.  Hal ini mengajar kami bahwa waktu Tuhan bukanlah waktu kami.

Tapi properti itu bukan 500 meter persegi.  Juga bukan 1000, atau 2000, atau 5000, atau bahkan 10.000 meter persegi.

Tuhan memberi kami 50.000 meter persegi.  (Di atas tanah itu, kami membangun Anawim, pelayanan kami bagi kaum lanjut usia yang terlantar.)

Hal ini mengajar saya bahwa ukuran Tuhan bukanlah ukuran saya.

Saya meminta 500 meter persegi, dan Tuhan pasti mentertawakan saya, sambil berkata, “Engkau tidak akan mampu melakukan apa yang Aku ingin engkau lakukan.  Tunggu saja.”

Ketika berbicara tentang mimpi Anda, jangan terikat pada waktu Anda.  Jangan terikat pada ukuran Anda.  Dan jangan terikat pada versia Anda.

Percayalah kepada Tuhan.  Bukalah diri Anda kepada versi Tuhan.

Harapan Tuhan menjawab doa Anda.

Di atas Salib, dengar Tuhan mengatakan kalimat ini pada Anda, “Aku tidak akan pernah menyerah atasmu.”


SALAM DAMAI
LOG

SUMBER:
CCC-GPPK

No comments:

Post a Comment